Berita Lembata
Nobar dan Diskusi Film,Komunitas Sekolah Gembira Rayakan HUT Otonomi Daerah Lembata
Memperingati HUT ke-22 Otonomi Daerah Lembata,Komunitas Sekolah Gembira Lembata menyelenggarakan nonton bareng dan diskusi film dokumenter.
Laporan Reporter TRIBUN FLORES.COM, Ricko Wawo
TRIBUN FLORES.COM,LEWOLEBA-Memperingati HUT ke-22 Otonomi Daerah Lembata, Komunitas Sekolah Gembira Lembata menyelenggarakan nonton bareng (nobar) dan diskusi film dokumenter produksi Watchdoc berjudul 'Karpet Merah Oligarki' di Aula MAS Lewoleba, Selasa, 12 Oktober 2021.
Nobar dan diskusi film Ini pun diikuti oleh partisipan dari perwakilan komunitas Onek Tou, Gerakan Muda Peduli Alam Raya dan Komunitas Lorong Pengetahuan Dikemengi Hoelea.
Pada sesi diskusi, dua pembedah yakni Abdul Gafur R. Sarabiti yang juga adalah Founder Sekola Gembira dan Hasnan Ladopurap sebagai panelis masing-masing menyampaikan materinya tentang film dokumenter tersebut.
Abdul Gafur mengulas soal situasi pembangunan nasional yang timpang karena oligarki seperti yang digambarkan dalam film, baik dalam skala nasional maupun belakangan di Kabupaten Lembata.
Baca juga: Proyek Jalan Provinsi Rp 36 Miliar di Pulau Lembata Dilanjutkan Pengerjaan
"Lembata juga saya kira berpotensi mengalami ketimpangan yang ekstrim karena praktek oligarki belakangan ini. Melawan oligarki perlu kerja sama semua pihak, Pemda, Pemdes, dan civil society", ungkap pemuda penggiat budaya Lembata ini.
Seirama dengan Abdul Gafur, Hasnan Lado Purap berharap agar pemerintah desa dan masyarakat terutama komunitas dapat menghidupkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Masyarakat dan Pemda harus berkolaborasi membangun kembali BUMD.
"Perlu kreasi dan inovasi dari anak muda Lembata yang berkomunitas untuk terlibat dalam mendorong Pemdes hidupkan Bumdes dan mendorong Pemuda menghidupkan BUMD, tanpa keterlibatan generasi muda situasi ini akan berkepanjangan, " ungkapnya.
Setelah beberapa pertanyaan dan tanggapan, kegiatan tersebut berakhir dengan komitmen bersama dalam mendorong pembangunan daerah melalui partisipasi politik komunitas dalam menghidupkan kembali Bumdes, BUMD dan terlibat dalam urusan pemberdayaan masyarakat di desa.
Baca juga: Sehari 26 Kali Erupsi Ile Lewotolok Tak Bikin Warga Lembata Panik
Menurut Ketua Panitia sekaligus moderator diskusi, Handika Lamadike, tujuan dari nobar dan diskusi yaitu sebagai bentuk perayaan otonomi daerah ke-22 kabupaten Lembata.
Alasan film Karpet Merah Oligarki yang dijadikan bahan edukasi, Lamadike menambahkan, bahwa kondisi kabupaten Lembata yang beberapa waktu belakangan mulai dikuasai oleh kaum-kaum oligark, maka film tersebut dipilih untuk dibedah.
"Agar dapat menyadarkan kita bahwasannya sistem oligarki merupakan sistem yang patut untuk diperhatikan entah itu bersekala kabupaten maupun yang bersekala nasional karena menimbulkan ketimpangan ekonomi politik," ungkapnya.
"Yang dapat dipelajari dari film tersebut adalah agar kita melihat kondisi Indonesia yang sudah dikuasai oleh oligarki melalui adanya UU Cipta Kerja yang bukan untuk kepentingan rakyat melainkan kepentingan investasi," tutupnya.
Baca juga: Proyek Jembatan Apung Awalolong Lembata Rugikan Negara Rp 1,4 Miliar
Secara terpisah, Mardoatillah Kepala Sekolah Komunitas Sekola Gembira Lembata berharap agar di usia yang ke 22 tahun ini segala bentuk ketidakadilan dan kebodohan di Lembata dapat dilawan oleh semua pihak.
"Masyarakat harus cerdas dan kita harus bersatu untuk melawan oligarki yang semakin merajalela di negeri ini, terkhusus di Kabupaten Lembata, Lembata bisa", tutup perempuan asal Bima, Nusa Tenggara Barat ini.
Untuk diketahui, Sekola Gembira kini menjadi satu-satunya pendidikan alternatif bagi anak-anak pesisir Lewoleba. Kendati baru berusia setahun lebih, Sekola Gembira berhasil menyajikan pendidikan yang berbeda bagi anak-anak pesisir. Kegembiraan, nilai yang anak-anak tidak temukan di sekolah formal, jadi aspek yang paling ditekankan.