Berita Sikka
Tak Ada Perayaan Besar saat Dies Natalis ke-2 Politeknik Cristo Re, Ini yang Mereka Lakukan
Pohon Bodhi mengingatkan kita pada Siddharta Gautama mendapat pencerahan setelah bermeditasi sekian lama di bawah naungannya.
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Politeknik Cristo Re Maumere merayakan Dies Natalisnya yang kedua, Jumat 24 Juni 2022.
Terhitung sejak turun ijin operasional dari Kemenristekdikti pada tahun 2020 Polteknik ini baru berusia dua tahun.
Perayaan ulang tahunnya dirayakan dalam suasana sangat sederhana. Tidak ada gebyar pertandingan dan perlombaan.
“Maklumlah akhir-akhir ini kami fokus siapkan seluruh kelengkapan dokumen jelang akreditasi prodi-prodi dan akreditasi insitusi yang pertama kalinya. Tertuang dalam Ijin Opersional bahwa setelah menjalani dua tahun perkuliahan, insitusi kami harus mengajukan akreditasi. Hari-hari ini kami sedang mempersiapkan pengajuan akreditasi dimaksud,” ujar RD. Richardus Muga, Drs. Lic, Direktur Politeknik Cristo Re.
Baca juga: Korban Meninggal di Kos-Kosan Maumere Jarang Keluar Kamar
Sekalipun tidak ada perlombaan dan pertandingan seperti tahun sebelumnya, satu dua acara penting dan harus ada tetap dijalankan untuk menjadi tradisi.
Empat acara itu adalah pertama, nyekar ke pusara para misionaris Yesuit di Pemakaman Umum Katolik St. Yosep; kedua, berdoa bersama di taman doa Kristus Raja di sentral kita maumere;ketiga, penanaman pohon; dan keempat, perayaan ekaristi syukur.
Acara wajib pertama, nyekar di pusara para misionaris Yesuit dilaksanakan untuk mengenang jasa para misionaris Yesuit ketika pada sebelum akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an membawa warta Injil di tanah Sikka.
Mengapa Yesuit? Politeknik Cristo Re memiliki ikatan batin dengan Tarekat Religius yang didirikan S. Ignasius Loyola tersebut.
Baca juga: Jenazah Paulus Tanpa Ratapan Keluarga di IPJ RSUD Maumere
Betapa tidak, keberadaan dan manajemen Politeknik Cristo Re mendapat sentuhan awal para Romo Yesuit khususnya dari Politeknik ATMI Surakarta dan PT. BizDEC Solo.
Nyekar ke pusara para misionaris Yesuit mengungkapkan ikatan batin ini.
Acara kedua, berdoa bersama di taman doa Kristus Raja.
Acara pertama dan kedua ini terjadi sehari sebelum Cristo Re Day. Doa bersama segenap civitas akademika Politeknik Cristo Re di taman doa Kristus Raja diadakan pada pukul 16.00, satu jam sebelum seluruh aktivitas kampus biasanya berhenti.
Mengapa berdoa di taman doa Kristus Raja? Yah, mudah diduga. Kristus Raja adalah pelindung Politeknik ini. Cristo Re adalah bahasa italia dari Kristus Raja.
Nama Kristus Raja dipilih menjadi nama Politeknik ini karena Kristus Raja adalah nama pelindung Keuskupan Maumere, dan bahkan sejak lama di kalangan umat Katolik di Sikka sudah ada Cristus Ratoe Itang.
Berdoa di taman doa Kristus Raja pada momen yang berbahagia bagi segenap kampus Cristo Re memberi nuansa spiritual yang khusus.
Acara wajib ketiga dalam rangkaian ulang tahun sekolah yang hendak ditradisikan di kampus Politeknik Cristo Re adalah penanaman pohon. Jika tahun lalu pada ulang tahun pertama ditanam pohon beringin sebagai simbol persatuan, sejalan dengan motto uskup emeritus Mgr.
Gerulfus Kherubim Pareira, SVD: Ut omnes unum sint, agar semua mereka bersatu; kali ini ditanam pohon Bodhi.
Baca juga: KMK St.Thomas Aquinas FKM Undana Kupang Lantik BP Periode 2022/2023
Pohon Bodhi mengingatkan kita pada Siddharta Gautama mendapat pencerahan setelah bermeditasi sekian lama di bawah naungannya.
Begitu pula segenap civitas academika Politeknik Cristo Re hendaknya mencintai keheningan agar, sebagaimana motto Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu: Duc ini altum, bertolak ke tempat yang dalam.
Dalam keheningan orang dapat bertolah lebih dalam, menyibak makna hidup lebih kaya. Hanya dalam keheningan dapat dihasilkan karya-karya besar.
Dalam kotbah perayaan syukur Dies Natalis yang menjadi puncak seluruh acara, Romo Direktur tegaskan makna penanaman pohon Bodhi: “Pohon Bodhi ditanam di ulangtahun kampus kita kali ini untuk menegaskan bahwa karya-karya besar hanya diperoleh dalam keheningan.
Pelukis-pelukis besar, yang karya-karyanya mashyur, menghasilkan karya itu dalam keheningan yang lama dan mendalam. Penemuan-penemuan besar dalam sejarah diperoleh berkat ketekunan para ilmuwan dalam laboratorium-laboratorium yang sepi dan hening.
Dan saya kira kita semua sepakat bahwa hanya dalam keheningan dapat dihasilkan karya-karya yang memuaskan. Seorang penulis hanya dapat menghasilkan satu artikel yang menarik kalau ia berani hening seberapa lama di depan laptop atau komputernya.
Demikian pula seorang mahasiswa hanya dapat menghasilkan satu karya akademis (skripsi atau tesis) yang bermutu kalau berani sepi di perpustakaan.
Demikian pula prodi-prodi kita dapat menghasilkan alat-alat teknologi tepat guna yang bermanfaat dan punya nilai jual kalau berani tekun dan hening dalam desain rekayasa gambar teknik dan uji coba bengkel.
Baca juga: KRI Dewaruci Bawa Laskar Rempah Singgahi Kupang
Akan tetapi Romo Richard mengingatkan pula bahwa keheningan menjadi lebih urgen di era digital ini. Suasana tenang tidak sama dengan keheningan batin.
Bisa saja orang diam, tenang tapi sedang terhubung ke mana-mana, tenggelam dalam keramaian media. Tentu amat disayangkan jika semua yang disajikan media atau yang diakses hanya yang remeh temeh dan tidak untuk mendukung pengembangan diri dan ilmunya.
Misa syukur ulang tahun kedua Politeknik Cristo Re bermakna khusus karena bertepatan dengan Hari Raya Hati Yesus Mahakudus dalam liturgi Gereja Katolik.
Hati mengingatkan segenap civitas akademica Politeknik Cristo Re pada Motto insitusi: Cor, Mens, et Manus atau Hati, Pikiran, dan Tangan. Cor atau hati ditempatkan pada posisi pertama karena hati adalah simbol dari karakter.
Hati adalah ruang keutamaan-keutamaan. Dengan menempatkan cor atau hati sebagai pertama, Politeknik Cristo Re menekankan karakter dalam seluruh aktivitas akademisnya.
Tidak kebetulan bahwa ini sejalan pula dengan motto angkatan kedua: Character First. Bapak Proklamator negara kita, Bung Hatta pernah berkata: “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar; kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman; namun tidak jujur sulit diperbaiki.” Padahal, demikian Frans Magnis Suseno: “Kejujuran adalah dasar keutamaan moral.” Oleh karena “Tak ada harta pusaka yang sama berharganya dengan kejujuran,” tegas Bung.