Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Selasa 1 November 2022, Berbahagialah
Renungan Harian Katolik hari ini dibawakan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK Frateran Ndao - Ende.
Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK Frateran Ndao - Ende.
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Harian Katolik Selasa 1 November 2022.
Renungan Harian Katolik hari ini dibawakan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK Frateran Ndao - Ende.
Judul Renungan Harian Katoli hari ini yaitu Berbahagialah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 31 Oktober 2022, Do Ut Des
SEMANGAT PAGI, pada hari ini gereja katolik sejagat merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Dan bacaan Injil hari ini dikisahkan tentang Kotbah Di Bukit atau Ucapan Bahagia (Mat. 5: 1 - 12a).
Terhitung 9 x Yesus mengucapkan kata berbahagialah: orang miskin, orang berdukacit, orang lemah lembut, orang lapar dan haus akan kebenaran, orang yang murah hati, orang suci hatinya, orang membawa damai, orang yang dianiaya, orang yang dicela dan dianiaya, sebab besarlah ganjaran di Surga.
Bahagia atau berbahagialah adalah tujuan akhir hidup kita manusia. Oleh karena itu, tidak ada satupun manusia yang hidup di dunia ini, ingin hidup menderita, dan atau ingin hidup sengsara. Maka, dengan segala macam daya, manusia berusaha terbebaskan dari yang namanya hidup menderita dan atau hidup sengsara, sekalipun itu sengsara membawa nikmat.
Dan yang perlu disadari bahwa bahagia atau berbahagialah, tidak terletak pada harta atau kekayaan duniawi, melainkan terletak pada suasana hati, yang lapang tanpa tekanan, beban. Atau bahagia atau berbahagialah tidak terletak di luar diri kita, melainkan ada di dalam diri kita, di dalam hati setiap keluarga, di komunitas.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 31 Oktober 2022, Berbagi kepada Sesama Tanpa Mengharapkan Imbalan
Oleh karena itu, jika ingin mencari kebahagiaan, di dunia ini dan diakhirat, maka masuklah ke dalam hatimu, kedalam dirimu, ke keluargamu, ke komunitasmu, disana akan engkau dapatkan kebahagiaan hidup yang sejati?
Mengapa? Sebab menjadi miskin dihadapan Allah, berdukacita, lemah lembut, orang lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, membawa damai, orang dianiaya demi kebenaran, dicela dan dianiaya demi Yesus, itu harus dimulai dari diri, keluarga dan komunitas.
Jika kita tetap setia dan percaya kepada Yesus yang merupakan Sang sumber kebahagiaan, maka kelak kita akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang kekal.
Ingatlah bahwa: pertama jika kita mencari kebahagiaan di luar diri kita, maka kebahagiaan itu sifatnya semu dan sementara. kedua, bahwa kebahagiaan itu tidak bisa diukur dengan harta atau kekayaan duniawi, melainkan dengan kasih sayang, cinta dan perhatian, yang tulus, lewat kepedulian, lewat sikap empati, simpati dan welas asih.
Akhirnya, jika kita ingin hidup bahagia, maka: carilah dan cintailah Tuhan, carilah dan cintailah keluarga dan komunitas, maka kelak kita akan disebut sebagai yang berbahagialah.
Semoga demikian.