Surat Gembala Uskup Atambua
Surat Gembala Masa Puasa 2023 Uskup Atambua, Aksi Puasa Keadilan Ekologis
Salam jumpa dalam kasih dan damai sejahtera Tuhan. Semoga kita semua selalu sehat, berada dalam damai-sejahtera dan sukacita Tuhan.
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Simaklah Surat Gembala Masa Puasa 2023 Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr bertema Aksi Puasa Keadilan Ekologis di bawah ini. Surat gembala ini diperoleh TribunFlores.com pada 11 Maret 2023 malam.
Para imam, biarawan/wati dan seluruh umat Allah Keuskupan Atambua yang terkasih.
Salam jumpa dalam kasih dan damai sejahtera Tuhan. Semoga kita semua selalu sehat, berada dalam damai-sejahtera dan sukacita Tuhan.
Kita kembali memasuki masa Prapaskah 2023. Kita diajak berdoa lebih tekun, berpuasa dalam semangat ugahari. menjalani laku tapa dan aksi nyata dalam semangat belarasa membangun Keadilan Ekologis bagi seluruh Alam Ciptaan.
Baca juga: Surat Gembala Uskup Atambua, Aksi Puasa Pemulihan Kehidupan
Tema APP 2023 “Keadilan Ekologis Bagi Seluruh Ciptaan” kiranya menyadarkan kita bahwa dosa sering mengecoh. menipu. meracuni dan melukai kita, sehingga kita gampang takluk terbelenggu dalam kuasanya yang jahat. Kita gampang menuntut hak pribadi tanpa peduli atas tanggungjawab dan kewajiban kita bagi yang lain. Sering kita bertindak ceroboh, tega merusak tatanan alam ciptaan, tidak adil terhadap Tuhan, sesama dan alam lingkungan hidup kita.
Sering kita tergoda merusak ekosystem, membinasakan embriyo dan habitat hewan dan tumbuh-tumbuhan, menimbun bumi dengan berbagai jenis limbah kimiawi beracun. Bahkan rasa takut mendorong bangsa-bangsa maju berlomba-lomba mencipta dan memenuhi ruang angkasa dengan segala wahana antariksa, terus memproduski, meracuni, dan meneror bumi dengan senjata pemusnah massal, menguasai dan mengeruk isi bumi dengan nafsu tak terbatas. Banyak pihak terus saja berangan-angan membangun kesejahteraan di atas air mata dan ratap tangis bumi pertiwi dan sesama yang tak beruntung.
Selama masa Prapaskah, kita diundang merefleksikan kekuatan dosa yang melukai tetapi rahmat Allah yang berdaya menyembuhkan. Kita juga diundang lebih berperan sebagai pelaku Keadilan Ekologis terhadap seluruh alam ciptaan. Dalam terang iman, kita dituntun menyadari lagi hakekat diri kita sebagai gambar dan rupa Allah, yang diberi tugas khusus menjaga, memelihara, mengolah dan menguasai bumi dan menjaga tatanan hidup manusia agar menjadi lebih baik dan adil menurut maksud dan rencana Allah sendiri.
1. DOSA MELUKAI, RAHMAT MENYEMBUHKAN
Adam dan Hawa merasa tidak berkecukupan. Secara rohani mereka lapar dan haus akan kepenuhan hidup. Namum mereka salah kaprah. “Pohon Kehidupan” dan “Pohon Pengetahuan yang baik dan yang jahat" (Kej 2, 9b) sebagai “wilayah eksklusif Allah” mereka masuki dan jamah dengan ceroboh. Buah pohon itu menarik hati. membelalakkan mata, menerawangkan angan dan secara imaginer meruntuhkan daya nalar sehat. Melalui kelihayan sugestinya, ular, sang penggoda dan penyesat jiwa manusia (bdk Why 12, 9), sukses memuluskan jalan penyesatan. Terhasut penyesatan, Adam dan Hawa malah mempersalahkan Allah. menuduh-Nya menyembunyikan hal terbaik yang pantas mereka gapai. yakni “menjadi seperti Allah”! Tak tanggung-tanggung, mereka melawan perintah Allah, makan buah pohon terlarang. Mereka jatuh dalam genggaman dosa dan kuasa kejahatan dengan segala akibatnya. “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia. dan suaminya pun memakannya” (Kej 3, 6).
Dosa membawa akibat yang sungguh mengerikan. “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang: lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat” (Kej 3, 7). Hawa dan Adam telah jatuh bersimbah dalam dosa. Secara kodrati mereka teracun dan terluka sampai ke akar-akar kehidupan. Mereka harus mengalami banyak susah-payah, tanah jadi terkutuk dan dengan susahpayah mereka akan mencari rejeki dari tanah seumur hidup. Mereka segera terusir dari Taman Eden, terpisah dari pohon kehidupan, dan harus mati berkalang tanah.
Keturunan Adam dan Hawa selanjutnya hidup dalam suasana tanpa rahmat. Dosa merambat dengan cepat, merambah dan meracuni hati, pikiran dan kehendak semua orang sebagai keturunan Adam dan Hawa. Seluruh umat manusia kehilangan rahmat, terpisah dari sumber kehidupan. hidup dalam suasana konflik dan pertentangan. Kain membunuh Habel. Air bah terjadi. Menara Babel memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan sosial dan menjadikan mereka terserak ke segala penjuru bumi. (Cf. Kej 6, 1-8: 11, 1-9).
Syukur. Di hadapan dosa dan kejahatan yang menghancurkan, rahmat Allah tetap berkarya, dengan daya penyembuhan, kehidupan, dan penyelamatan. Abraham dipanggil memulai tahap baru, memulai perziarahan iman dari Ur-Kasdim menuju Tanah Terjadi, negeri yang berlimpahkan susu dan madu.
Melalui lembah kelam kabut dosa, datanglah rahmat Allah yang menyelematkan. “Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rom 5, 12). “Jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan kurnia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang. yaitu Yesus Kristus. Dan kasih-karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang” (Rom 5, 15c-16).
Puncak penyelamatan manusia terjadi melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Melalui penyucian dosa berkat Darah Kristus, dosa Adam dan Hawa yang merupakan kutukan. dimadahkan secara meriah sebagai Felix Culpa, “Dosa yang membahagiakan” dalam Excultet Malam Paskah. Kutuk atas dosa telah diubah menjadi rahmat berkat pendamaian yang dikerjakan Allah dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.
2. ADIL TERHADAP ALLAH DAN ALAM CIPTAAN
Keadilan secara legal-formal menunjuk keadaan seimbangnya hak dan kewajiban. Hak azasi paling dasar dari alam ciptaan adalah hak untuk berada, hidup, bertumbuh. berkembang secara utuh dan seimbang dalam ekosystem yang berkelanjutan. Dalam ekosystem seluruh alam ciptaan, segala sesuatu terhubung melalui mata-rantai koneksi yang utuh. Ada interdependensi antara satu unsur dengan unsur yang lain, antara individu yang satu dengan yang lain, antara makrokosmos dengan mikrokosmos. Dengan demikian, dosa, kesalahan, dan ketidakadilan sekecil apapun terhadap satu unsur atau individu yang satu merupakan juga dosa, kesalahan dan ketidakadilan bagi tatanan alam ciptaan secara keseluruhan.
Allah mencipta, menyelenggarakan dan menyelamatkan seluruh alam ciptaan menurut tatanan yang luar biasa harmonis, menakjubkan dan memukau. Ada hukum pergerakan dan perubahan dengan gesekan dan tabrakan mahadahsyat yang membelalakkan mata. mencengangkan dan menciutkan nyali. Ada pesona alam mahaindah. Allah sungguh Maha-adil karena Dia menjaga semuanya berlangsung dalam harmoni agung tanpa konflik. Dalam Allah, kehidupan dan kematian bukanlah pertentangan melainkan kesempurnaan.
Benda mati. tumbuh-tumbuhan dan binatang, dipastikan bersikap dan bertindak adil karena semata-mata menuruti impuls (dorongan) kodrati untuk berada, hidup. bergerak. bertumbuh, berkembang. berbuah, mati. Semuanya bergerak menurut irama dan hukum ada, hidup dan mati. Seluruh tatanan alam berlangsung dalam suatu alunan irama alam yang menakjubkan, menggemaskan dan mempesona. Gelombang badai, banjir bandang dan bencana alam, hanyalah gerakan dahsyat alam untuk menjaga keseimbangan. Air tidak ditakdirkan menggenangi dataran tinggi. tetapi untuk mengisi lembah dan dataran rendah. Demikian pun badai berkecepatan maskimum berdaya rusak tinggi hanya taat melaksanakan tugas darurat membagi udara secara adil, sehingga kehidupan di setiap belahan bumi tetap terjaga. Pada saatnya semua makluk hidup harus mati, karena permukaan bumi tidak sanggup menampung semua populasi yang sudah kedaluwarsa.
Manusia, gambar dan rupa Allah. berpotensi sangat besar sebagai pelaku ketidakadilan ekologis. Melalui pilihan bebas dan kecenderungan kepada dosa, manusia berlaku tidak adil terhadap Tuhan. sesama makluk ciptaan dan sesama manusia. Melalui sikap konsumtip berlebihan dan tidak tahu batas, manusia cenderung mengeksploitasi alam secara berlebihan tanpa rasa tanggungjawab. Manusia pun tega melakukan tindak kejahatan KKN dan segala tindak kejahatan lainnya. sehingga rusaklah alam ciptaan. Pada gilirannya sesama yang memiliki hak pakai. hak hidup. dan hak okupasi atas alam ciptaan yang sama pun dirugikan. Ketidakadilan sosial nampak jelas dalam realitas kesenjangan sosial antar manusia.
Dalam tatanan ekologi. kita perlu berpikir jernih dan bertindak profetis kreatif. Mentalitas instan telah menjadikan kita “fakir-miskin massal” karena tidak mau berjerih-lelah melakukan pekerjaan baik dalam iman yang berkanjang. Masyarakat warga, Pemerintah, Gereja dan lembaga lainnya sering tergoda menggelontorkan program-program jangka pendek yang lebih merusak tatanan alam. memanjakan masyarakat dan mengintroduksi gaya hidup konsumeristik yang memalukan. Tanpa pemahaman ekologis yang benar, kita gampang mengubah banyak lahan menjadi pemukiman. Kita merambah dan menghabiskan hutan, merusak sumber air, memusnahkan banyak biota laut hanya untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek. Inilah beberapa contoh ketidakadilan ekologis yang berdampak jauh ke masa depan!
Dalam ranah sosial hidup keluarga. masyarakat, negara-bangsa, gereja, lembaga internasional, dil.. praktik ketidak-adilan masih terjadi. Masyarakat gampang dijadikan “massa mengambang”, diping-pong ke sana ke mari, dijadikan objek banyak urusan dan kepentingan. Dalam ketulusan iman, kita harus mengakui bahwa segala bentuk ketidak-adilan masih terus terjadi di lingkup keluarga, masyarakat, Gereja. biara, lingkup pelayanan publik pemerintah, lingkup lembaga adat, dll.
APP 2023 mengajak kita untuk bekerja dengan lebih rajin, tekun, sabar dan bermartabat membangun tatanan dunia yang lebih baik dan adil. Kita perlu bersih diri dan bersih lingkungan. Mari kita memperkokoh iman kita karena akar dari semua persoalan, krisis dan ketidakadilan adalah krisis iman.
3. GAMBAR DAN RUPA ALLAH
Kita tercipta sebagai gambar dan rupa Allah. “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" (Kej 1, 26).
Gambar dan rupa Allah mengungkapkan keagungan martabat pribadi manusia. Manusia membawa Keagungan dan Kebesaran Allah dalam seluruh sosok dirinya. Melalui sosok diri manusia yang unik dan konkrit, dapat dicerap misteri Allah yang menyata. Allah, dalam Keagungan-Nya yang tak terselami, rela mengerdil, menjadi sosok manusia dalam diri Yesus Kristus, Saudara Angkat setiap orang. Melalui misteri penjelamaan Allah. Sang Sabda Allah rela me-manusia, agar terbukalah jalan bagi manusia untuk meng-Allah. Keagungan diri manusia terletak dalam dinamika yang mengagumkan antara jalan imanensi dan jalan transendensi, jalan turun dan jalan naik. Manusia tercipta dengan martabat dan tugas mulia membawa “harta rohani di dalam bejana tanah liat” (Cf. 2Kor 4, 7) dalam dirinya.
Pada sisi yang lain, rupa Allah menunjukkan jarak yang tak terjembatani antara Allah Sang Pencipta dan manusia, makluk ciptaan Allah. Allah adalah Allah, manusia tetaplah manusia, makluk ciptaan yang raouh. terbatas, berdosa, hina-dina, tertakdir untuk berakhir dalam
Allah berdaulat secara terhomat di dalam kegemilangan alam semesta sementara manusia bergelimang dalam kehinaan lumpur dosa.
Dengan menyadari martabat diri kita sebagai rupa Allah. justru ditegaskan keagungan diri kita sebagai makluk terbatas yang begitu jauh dari Allah, tak pernah sanggup mendekati. apalagi menyamai Allah. Namun justru dalam keterbatasan dan kerapuhan itulah kita jadi sasaran istimewa. destinasi terakhir kasih dan kebaikan Allah. Kita dianugerahi kekuatan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas yang sekalipun sangat terbatas, menjadikan kita musafir kebenaran di bumi. Melalui pencaharian ini, kita tetap berkiblat dan tertarik ke arah Allah, Kebenaran, Kebaikan dan Keadilan Tertinggi.
Masa APP 2023 mengundang kita untuk rela menjadi “Gereja yang terluka dan memar, Gereja yang berani berjerih-lelah, dalam doa yang berkanjang dan keutamaan kerja, agar seluruh alam ciptaan dan tatanan manusia dipulihkan”. Kita akan menanggung banyak penderitaan, tercabikcabik, namun Salib Yesus pasti meneguhkan kita dalam perjuangan membangun tatanan dunia dan mayarakat yang lebih baik dan adil. Per crucem ad mortem, per mortem ad resurrectionem et vitam in abundantia! Bersama Kristus kita ikut tersalib, mati dan bangkit untuk dunia yang lebih baik dan hidup yang lebih berkelimpahan (bdk Yoh 10. 10).
4. BERPUASA: PANGGILAN MEMBUKA BELENGGU KELALIMAN
Apa makna sejati dari puasa, tobat, mati raga, retret agung selama 40 hari? Selama masa Prapaskah banyak orang beriman rajin, tekun dan setia mengatur pola makan-minum, berdoa. berderma. menghadiri pertemuan komunitas basis, dan segala bentuk olah rohani lainnya. Cukupkah semuanya itu dalam upaya mengembangkan diri sebagai pengikut Kristus yang sejati?
Supaya tidak terjebak dalam rutinitas hidup rohani yang menutup hati dan keterbukaan roh untuk menangkap rahasia kehadiran Allah, cetus jiwa sesama, dan rintihan alam semesta, kita mendengarkan seruan profetis Nabi Yesaya: “Berpuasa yang Ku-kehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman. dan melepaskan tali kuk. supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk. supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak meneymbunyikan diri terhadap saudaramu sendiri" (Yes 45, 6-7).
Menjalani puasa berarti membenahi hidup rohani pribadi. Setiap orang beriman diundang mengasah kepekaan hidup dan kerohaniannya di hadapan Allah. Kerohanian pribadi yang dikembangkan dengan setia dan rendah hati dapat menunjang perkembangan relasi pribadi yang makin erat dan mendalam dengan Tuhan melalui peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Namun kita tidak hidup semata-mata untuk diri sendiri. Kita dipanggil untuk membangun komunitas yang makin baik dan berkeadilan. Praksis hidup memperlihatkan maraknya belenggu kelaliman dengan segala bentuknya. Ada belenggu kelaliman kesenjangan ekonomi. Ada kelaliman karena keterbatasan pelayanan publik. Ada bentuk-bentuk kelaliman dalam dunia pendidikan. Ada kelaliman dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, sikap dan perbuatan. Masih ada kuk yang dipasang di tengkuk banyak Orang. Ada kuk egoisme yang melindas altruisme dan sikap peduli. Ada kuk kemiskinan ekstrim. Ada kuk politisasi dan birokratisasi banyak bidang kehidupan. Ada kuk korporasi jahat, kuk kesenjangan hidup, kuk perampasan hak pribadi dan kebebasan, kuk hambatan struktural, kultural dan mental yang menghambat segala upaya inovasi kehidupan.
Bila kita peka, dapat kita cerap adanya belenggu kelaliman dan kuk ekologis. Ada kelaliman sangat masif dan kasat mata terhadap alam. Pepohonan hutam ditebang tanpa rasa salah. Ada belenggu kelaliman berupa peracunan dan pengotoran tanah, air. dan udara dengan berbagai bahan kimia. Ada perambahan hutan dan okupasi kawasan pertanian oleh korporasi jahat. Ada kuk karena rekayasa genetik yang memaksa alam berproduksi lebih dari kapasitas produktif alamiahnya.
Mari kita menanggapi seruan profetis Nabi Yesaya untuk menjalani puasa sebagai kesempatan rahmat kesadaran dan pertobatan ekologis, momentum pengembangan tanggungjawab sosial dan pribadi. demi terwujudnya keadilan bagi seluruh alam ciptaan.
Selamat menjalani masa Prapaskah 2023. Tuhan memberkati selalu. Teriring salam damai-sejahtera, doa dan berkat Apostolik.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.