Nama Bayi Katolik

Nama Bayi Katolik Berdasarkan Nama Orang Kudus Diperingati pada 1 Agustus

Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera

Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM / GG
Gereja Katolik di Flores. Nama Bayi Katolik Berdasarkan Nama Orang Kudus Diperingati pada 1 Agustus 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Simaklah Nama Bayi Katolik Berdasarkan Nama Orang Kudus Diperingati pada 1 Agustus.

Nama orang kudus yang diperingati pada 1 Agustus yakni Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja.

Sahabat Tribuners dapat memilih nama sesuai orang kudus yang diperingati pada 1 Agustus.

Simak selengkapnya, Nama Bayi Katolik Berdasarkan Nama Orang Kudus Diperingati pada 1 Agustus.

Baca juga: Nama Bayi Katolik Sesuai dengan Tanggal Lahir, dari Maret hingga April

 

1 AGUSTUS

Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada 1 Agustus 1787. ;

Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik da de pean baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpang yat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan als giliter dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur jntai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.

Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luar biasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude”.

Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.

Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk ita ja berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia.

Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. la mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya
merenungi kekalahannya.

Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk Menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama.

Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya tuatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang mMelayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengat \uatu suara ajaib berkata: ’Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu".

Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas, Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan,

Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. Ia mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusay, itu disampaikan kepada orangtuanya.

Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biara pun berkeberatan menerimany, karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan nig bekas advokat itu.

Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teolog; dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbela. kangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkay keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.

Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726.

Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbah. nya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi

umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang. orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia ber. usaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bim bingan rohani.

Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru, Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga.

Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama ‘Sanctissimi Redemptoris’, dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan.

Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suamiisteri dan anak-anak.

Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya.

Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dala bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.

Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun.

Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang dt Pagani, dekat Napoli, Italia.

Sumber Buku: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Penyusun: Mgr. Nicolas Martinus Schneider, CICM.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved