Festival Tedo Tembu Wesa Wela 2023
Ritual Adat So Bhoka Au, Jelang Festival Tedo Tembu Wesa Wela 2023 di Ende
Masyarakat adat Desa Pemo masih mempertahankan ritual adat untuk menghormati leluhur, alam dan sang pencipta.
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Cristin Adal
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo
TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Masyarakat adat Desa Pemo masih mempertahankan ritual adat untuk menghormati leluhur, alam dan sang pencipta.
Desa Pemo, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores. Berada di ketinggian 960 mdpl di lereng di lereng Gunung Kelimutu.
Desa ini menjadi salah satu desa wisata penyanggah kawasan Taman Nasional Kelimutu. Desa ini memiliki beragam potensi wisata alam hingga budaya.
Salah satunya Festival Tedo Tembu Wesa Wela 2023 yang direncanakan dilakukan tahun 2023 dan tahun ini menjadi kali ketiga dilakukannya festival ini.
Mengembangkan potensi desa dan melestarikan warisan budaya, masyarakat adat Desa Pemo akan menggelar ritual Joka Ju yang ditentukan dari hasil ritual So Bhoka Au (bakar tunas bambu aur).
Baca juga: Festival Kelimutu Syarat Makna Religius Bukan Sekedar Rutinitas
Ritual So Bhoka Au dilakukan tepat pada Minggu pagi 1 Oktober 2023, menjadi titik awal ritual Joka Ju. Ritual ini dilaksanakan dengan tujuan meminta petunjuk leluhur, alam dan arwah, hari dan tanggal pelaksanaan ritual adat Joka Ju.
Ritual adat ini hanya bisa dilakukan oleh para mosalaki atau tetua adat Desa Pemo yang terdiri sebelas mosalaki di Desa Pemo, dan disaksikan masyarakat Desa Pemo.
Sehari sebelum melaksanakan ritual So Bhoka Au, salah satu Mosalaki Pu'u sudah mengambil beberapa tunas bambu (aur) pilihan di wilayah itu yang berjumlah ganjil yang panjangnya kurang lebih 30 centimeter.
Bambu aur yang telah disiapkan, terlebih dahulu disimpan di Wara Kamba atau rumah adat induk yang terletak di tengah perkampungan selama satu malam.
Pada sore atau malam hari sebelem pelaksanaan ritual adat, Mosalaki Pu'u lainnya sudah mengumumkan kepada masyarakat Desa Pemo bahwa akan dilaksanakan ritual adat So Bhako Au. Mosalaki Pu'u sendiri berjumlah tiga orang dari total sebelas mosalaki yang ada di Desa Pemo.
Baca juga: Misa Pembukaan Festival Golo Curu Maria Ratu Rosari Dihadiri Ribuan Umat Katolik
Pengumuman itu juga bisa dilakukan oleh aji ana atau keluarga mosalaki. Minggu pagi sekitar pukul 06.00 Wita, para mosalaki mulai saling memanggil satu sama lain dari rumah ke rumah setiap mosalaki.
Di setiap rumah para mosalaki, selain saling mengajak untuk berkumpul di induk rumah adat Tana Pemo (Sa'oRia, Tenda Bewa Pusu Ate), dan bersama-sama menuju tempat ritual yang berlokasi Kopo Gana, tepatnya di pelataran rumah adat Wara Kamba.
Selama perjalanan dari induk rumah adat (Sa'o Ria Pusu Ate) para mosalaki wajib singgah di salah satu rumah adat Seko Lengo sambil menunggu mosalaki-mosalaki yang belum datang untuk bisa bersama-sama menuju tempat ritual So Bhoka Au.
Di rumah adat ini mereka (Para Mosalaki) juga menyempatkan diri makan siri pinang dan mengisap rokok tembakau. Saat ritual adat So Bhoka Au dimulai, masyarakat Desa Pemo dilarang membuat bunyi-bunyian dan larangan lainnya.
Setelah sebelas mosalaki berkumpul, mereka kemudian berjalan menuju Kopo Gana, tempat pelaksanaan ritual adat So Bhako Au yang berada di halaman rumah adat Mosalaki Wara Kamba, yohanes woda yang disebut Wara Kamba.
Saat para mosalaki berjalan menuju Kopo Gana, masyarakat atau pengunjung tidak dilarang berjalan mendahului para mosalaki atau menghalangi jalan para mosalaki. Hal ini dipercaya masyarakat setempat karena jalan tersebut sudah dilalui terlebih dahulu oleh para leluhur.
Kopo Gana merupakan tempat pelaksanaan ritual So Bhoka Au yang dilaksanakan setiap bulan Oktober setiap tahun.Wara Kamba adalah salah satu dari sebelas mosalaki yang bertugas untuk melakukan pembakaran tunas bambu aur (Bhoka Au). Sedangkan, Kopo Gana adalah tempat yang sudah sejak nenek moyang sebagaitempat untuk membakar bambu aur (So Bhoka Au).
Setibanya di Kopo Gana, sebelas mosalaki duduk mengelilingi batu mesbah yang luasanya kurang lebih 6 meter persegi dan mulai melaksanakan ritual adat So Bhoka Au.
Di areal sekitar Kopo Gana hanya bisa dimasuki oleh para mosalaki dan Aji Ana atau keluarga mosalaki, selain itu, harus melalui ijin dan persetujuan para mosalaki.
Sebelum melakukan pembakaran bambu, mosalaki yang ditugaskan untuk mengambil bambu aur yang sudah disiapkan, kembali memeriksa bambu-bambu tersebut apakah sudah pecah atau masih utuh.
Setelah itu, Mosalaki Pu'u dan Mosalaki Wera Kamba mulai melakukan pembakaran yang sebelumnya dilakukan perjanjian di antara para mosalaki yang didahului dengan permohonan leluhur agar ritual So Bhoka Au berjalan lancar.
Pada saat proses bakar bambu, para mosalaki mulai menentukan angka dari angka yang tertinggi yaitu angka 23 dan diikuti angka ganjil kebawahnya hingga angka tiga.
Angka-angka ganjil itu merupakan perhitungan hari pelaksanaan ritual So Bhako Au. Apabila pada saat disebutkan angka 23 dan bambu meletus, para mosalaki memeriksa bambu tersebut, apakah letusan bambu itu tegak lurus dari ujung hingga pangkal ataukah masih bengkok.
Apabila tegak lurus, maka 23 hari kedepan, akan dilaksanakan ritual adat Joka Ju. Namun apabila masih bengkok, akan dilakukan pembakaran lagi dengan angka ganjil dibawahnya yakni angka 21 dan seterusnya.
Pada ritual adat So Bhoka Au yang terjadi pada Minggu, 1 Oktober 2023, bambu yang dibakar meletus tegak lurus pada angka 23.
Setelah dilakukan pemeriksaan kembali oleh para mosalaki untuk memastikan garis lurus bambu yang pecah saat dibakar, ditentukan ritual adat Joka Ju akan dilaksanakan 23 hari lagi yakni tepat pada tanggal 23 Oktober 2023 dan Festival Tedo Tembu Wesa Wela dimulai pada 24 Oktober 2023.
Selama 23 hari menuju persiapan ritual adat Joka Ju, masyarakat Desa Pemo harus menjaga perilaku dalam kehidupan sehari-harinya. Apabila melanggar, akan dikenakan sanski adat oleh para mosalaki sesuai dengan jenis pelanggaran atau berat ringannya pelanggaran yang dilakukan.
Larangan itu antara lain, tidak diperbolehkan membuat keributan dalam rumah tangga hingga mengganggu ketenangan warga, dilarang membunyikan musik dengan suara keras, dilarang melakukan tindak pidana yang dapat menghilangkan nyawa orang lain atau yang merugikan orang lain, menjaga tutur kata dalam kehidupan bermasyarakat dan beberapa larangan lainnya.
Semua masyarakat adat Desa Pemo yang mengikuti jalannya ritual adat So Bhoka Au wajib mengenakan pakian adat Ragi (Untuk Laki-Laki) dan Lawo Lambu (Untuk Perempuan). Untuk pemakaian pakian ini juga berlaku untuk para tamu atau wisatawan yang ingin menyaksikan langsung jalannya ritual adat Joka Ju di Desa Pemo.
Bahkan, warna pakian yang dikenakan pun tidak diperbolehkan mengenakan pakaian yang berwarna mencolok seperti merah atau putih polos. Semua aksesoris seperti anting, kalung, jam, tangan, gelang dan lain sebagainya wajin dilepas selama mengikuti ritual adat Joka Ju.
Setelah penentuan tanggal pelaksanaan ritual adat Joka Ju, Mosalaki Ria Bewa akan melakukan pengumuman kepada seluruh masyarakat adat (Ana Kalo Fai Ealu) di pelataran Sao Ria Tenda Bewa Pusu Ate.
Berita TribunFlores.Com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.