Renungan Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 17 Oktober 2023, Belajar untuk Menjadi Orang Baik

Mari simak Renungan Harian Katolik Selasa 17 Oktober 2023.Tema renungan harian katolik yaitu Belajar untuk Menjadi Orang Baik.

Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM /ARNOL WELIANTO
GEREJA - Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka di Kabupaten Flores Timur. Mari simak Renungan Harian Katolik Selasa 17 Oktober 2023.Tema renungan harian katolik yaitu Belajar untuk Menjadi Orang Baik. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Harian Katolik Selasa 17 Oktober 2023.

Tema renungan harian katolik yaitu Belajar untuk Menjadi Orang Baik.

Kalender Liturgi Selasa 17 Oktober 2023 merupakan Hari Selasa Pekan Biasa XXVIII, Peringatan Wajib Santo Ignasius dari Antiokia, Uskup dan Martir, dengan Warna Liturgi Merah.

Sebelum menyimak renungan harian katolik hendaknya membaca bacaan-bacaan liturgi berikut ini:

Baca juga: Injil Katolik Selasa 17 Oktober 2023 Lengkap Mazmur Tanggapan

Bacaan Pertama : Rm. 1:16-25

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.

Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.

Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan : Mzm. 19:2-3,4-5

Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;

tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,

yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.

Bait Pengantar Injil : Ibrani 4:12

Ref. Alleluya, alleluya.

Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji segala pikiran dan maksud hati.

Bacaan Injil : Lukas 11:37-41

Berikanlah sedekah dan semuanya menjadi bersih.

Pada suatu ketika, selesai mengajar, Yesus diundang seorang Farisi untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Yesus ke rumah itu, lalu duduk makan.

Tetapi orang Farisi itu heran melihat Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang Farisi, kalian membersihkan cawan dan pinggan bagian luar, tetapi bagian dalam dirimu penuh rampasan dan kejahatan.

Hai orang-orang bodoh, bukankah Yang menjadikan bagian luar, Dialah juga yang menjadikan bagian dalam? Maka berikanlah isinya sebagai sedekah, dan semuanya akan menjadi bersih bagimu.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Bagi kita, tidak mencuci tangan sebelum makan juga merupakan hal yang tidak biasa. Normalnya sejak kecil kita diajari untuk selalu mencuci tangan sebelum makan. Tujuannya jelas, supaya tangan bersih dan kita bisa mekan dengan sehat.

Jika tangan kotor, maka akan banyak kumat yang masuk melalui makanan ke dalam tubuh kita. Akibatnya adalah kita terkena penyakit dari kuman itu.

Maka jika ada anak yang makan dengan tidak mencuci tangan, orang tua biasanya mengingatkan terlebih dahulu. Sudah menjadi wajar dalam masyarakat tindakan yang demikian.

Mendengar Injil hari ini, bisa jadi kita sependapat dengan orang-orang Farisi yang gelisah melihat Yesus makan dengan tidak mencuci tangan terlebih dahulu.

Kebiasaan mereka adalah mencuci tangan sebelum makan. Apakah Yesus lupa atau memang sengaja, kita tidak tahu.


Tetapi dengan peristiwa itu justru Yesus masuk ke dalam pengajaran-Nya. Dia masuk lebih dalam dari pada sekedar mencuci tangan yang kelihatan.

Mencuci tangan atau membersihkan bagian luar dari tubuh adalah hal yang penting. Itu adalah kelanjutan dari proses pemeliharaan diri.

Dengan membersihkan diri maka kita ikut menyegarkan tubuh kembali. Jika kita tidak bersih, sudah pasti banyak penyakit yang mengintai.

Disanalah berlaku semboyan mens sana in corporae sano (di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat). Supaya jiwa segar, tubuh juga perlu segar dan sehat.

Yesus sama sekali tidak merendahkan hal itu. Tetapi Yesus memberi pengajaran lain berkaitan dengan itu.


Membersihkan diri secara rutin pada bagian dalam adalah yang jauh lebih penting. Apa yang tidak kelihatan justru memerlukan perawatan yang lebih baik.

Jika dalamnya baik, maka tampilan luar akan mengikuti. Tetapi yang sering terjadi, orang hanya mementingkan tampilan luar supaya dilihat orang.

Pura-pura berderma tetapi ternyata sebenarnya merampas lebih banyak. Pura-pura ramah tetapi dibelakang menyebat fitnah. Semua itu hanya menampilkan luaran yang baik saja.

Yesus mengajak kita untuk setia mengisi bagian dalam jiwa kita dengan kabaikan dan kekudusan. Dengan begitu, kita bisa dengan lebih bebas menampilkan kebaikan pada perilaku kita.

Kita tidak menjadi lelah karena terus bersandiwara. Kita menampilkan siapa diri kita, tidak perlu memakai topeng atau penutup lainnya.

Semoga kita mampu terus menerus belajar untuk menjadi orang baik, mulai dari dalam diri dan seluruh perilaku kita. (sumber renungan katolik.com).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved