Festival Tedo Tembu Wesa Wela
Menari Tanpa Alas Kaki, Keintiman Masyarakat Pemo dengan Alam saat Tarian Wanda Pa'u dan Gawi
Saat menari semua menanggalkan alas kaki, sebagai simbol keintiman manusia dengan alam yang memberikan kehidupan untuk masyarakat Pemo.
Penulis: Cristin Adal | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, ENDE- Dalam tarian Wanda Pa'u dan Gawi masyarakat Pemo di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende menari tanpa alas kaki.
Menari di atas tanah lapang yang berbatu. Tanah dan batu bagi masyarakat Pemo tidak bisa lepas dari kehidupan mereka.
Saat menari semua menanggalkan alas kaki, sebagai simbol keintiman manusia dengan alam yang memberikan kehidupan untuk masyarakat Pemo.
"Menari dalam pesta adat tidak boleh pakai sendal, kaki kosong saja. Karena dari tanah dan batu kita manusia hidup. Biarkan kita dekat dengan alam sebagai syukur kita,"kata Gaspar Gasa (75), Mosalaki Pu'u Desa Pemo kepada TribunFlores.Com, Rabu (25/2023).
Baca juga: Menelisik Makna Tarian Gawi Masyarakat Pemo saat Festival Tedo Tembu Wesa wela Tana Pemo
Mosalaki Pu'u Desa Pemo ini menjelaskan, saat Gawi maupun Wanda Pa'u tidak ada pengecualian untuk tidak menanggalkan alas kaki saat menari.
Semua wajib melepaskan aksesoris, seperti gelang, kalung, cincin dan akseoris lainnya. Hal ini memiliki makna bahwa manusia harus meraskan kedekatan dengan alam yang murni memberi tanpa pilih kasih.
Hari Kedua Festival Tedo Tembu Wesa Wela, Masyarakat Desa Pemo Bersukaria dengan Tarian di Pelataran Seka Ria
Masyarakat Desa Pemo bersukaria dalam tarian pada hari kedua Festival adat Tedo Tembu Wesa Wela Tana Pemo, Rabu 24 Oktober 2023.
Tarian Wanda Pau'u dan Gawi menjadi bentuk syukur dan kebahagian mereka usai ritul hari pertama pada Selasa 24 Oktober 2023.
Baca juga: Hari Kedua Festival Tedo Tembu Wesa Wela, Masyarakat Desa Pemo Ende Bersukaria dengan Tarian Adat
Hari pertama menyambut musim tanam Masyarakat Desa Pemo melaksanakan ritual adat Nggua Bapu Joka Ju. Ritual ini dikemas dalam festival yang berlangsung sejak Selasa 24 Oktober hingga 28 Oktober 2023.
Festival ini bertajuk Tedo Tembu Wesa Wela Tana Pemo, hari pertama dibuka dengan ritual yang berlangsung dari matahari hari terbit hingga tenggelam di balik Gunung Kelimutu.
Ritual hari pertama terasa mistik, persembahan yang diantar masyarakat Desa Pemo kepada para mosalaki yang duduk di depan tenda rumah adat utama. Kemudian dilanjutkan dengan penyembelian hewan seperti babi dan ayam, bakar nasi bambu di dekat mata air, persembahan kepada empat arah mata angin, tangkap tikus, gawi dan ritus lainnya.
Gaspar Gasa (74), Mosalaki Pu'u Desa Pemo menjelaskan bahwa hari pertama Festival Tedo Tembu Wesa Wela bisa disebut sebagai harinya mosalaki. Rangkaian ritual semuanya dilakukan mosalaki untuk memohon restu, memanjatkan doa kepada pencipta, leluhur dan alam untuk menyambut musim tanam.
"Ritual hari pertama semua lebih lekat kepada mosalaki, karena kami bertanggung jawab sebagai mosalaki untuk melaksanakan ritual. Dan hari kedua ini sebagi bentuk syukur kita dengan tarian telah melaksanakan ritual joka ju untuk menyambut musim tanam,"kata Gaspar.
Berita TribunFlores.Com lainnya di Google News
Alam desa pemo
Tarian Wanda Pau dan Gawi
Festival Tedo Tembu Wesa Wela
Pesta Adat Sambut Musim Tanam
Pemo Ende Flores
Balai Taman Nasional Kelimutu
Tempat Wisata Flores
Tribun Flores.com
Menelisik Makna Tarian Gawi Masyarakat Pemo saat Festival Tedo Tembu Wesa wela Tana Pemo |
![]() |
---|
Kunjungan Jokowi ke Manggarai Tertunda, Bupati Hery Sebut Meski Tertunda Persiapan Terus Dilakukan |
![]() |
---|
Hingga September 2023, Pengunjung Taman Nasional Komodo Capai 219.693 Orang |
![]() |
---|
Tarian Wanda Pa'u, Simbol Persaudaraan Masyarakat Desa Pemo Ende dalam Festival Tedo Tembu Wesa Wela |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.