Berita Manggarai Barat

Program Todo Cama, Masyarakat Golo Mori Manggarai Barat Diajar Olah Sampah

Langkah sederhana untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sangat diperlukan

Penulis: Berto Kalu | Editor: Hilarius Ninu
POS-KUPANG.COM/BERTO KALU
Foto bersama usai acara peluncuran Program Todo Cama di Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.   

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu

POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Langkah sederhana untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sangat diperlukan. Upaya itulah dilakukan masyarakat Desa Golo Mori, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

Melalui program Todo Cama masyarakat Desa Golo Mori diberdayakan dengan mengelola sampah organik menjadi pupuk dan produk lain yang memiliki nilai ekonomi. Proyek yang digagas GoTo Impact Foundation (GIF) bersama konsorsium changemakers ini resmi diluncurkan pada Kamis 14 Desember 2023.

Jeffri Ricardo, perwakilan konsorsium changemakers menjelaskan, proyek tersebut ditargetkan 100 persen pengelolaan sampah organik untuk kebutuhan pertanian, 2000 kg/bulan sampah anorganik menjadi bahan baku daur ulang dan dijual dalam bentuk kreasi produk yang bernilai ekonomi.

"Selain itu diharapkan peningkatan pendapatan rata-rata petani lokal sebesar 30 persen melalui praktik pertanian regeneratif dan permakultur," jelasnya.

 

 

Baca juga: Kisah Kristin dan Lia, Dua Bocah di Kota Maumere Pungut Botol Bekas Demi Beli Baju Natal

 

Sementara itu Monica Oudang, Chairperson dari GoTo Impact Foundation menjelaskan, proyek ini bertujuan untuk menjadikan Golo Mori sebagai desa berdaya penyangga di lokasi yang diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), melalui pengelolaan sampah untuk pertanian regeneratif yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.

Menurut dia, potensi Golo Mori menjadi KEK bisa mendorong Destinasi Pariwisata Super Prioritas Labuan Bajo menjadi pariwisata kelas dunia. Pertumbuhan pariwisata ini bisa menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi Desa Golo Mori yang akan menjadi tetangga KEK.

"Pertumbuhan ini juga bisa menjadi tantangan bagi masyarakat desa bila belum diimbangi dengan pelestarian lingkungan yang bebas dari sampah serta pengembangan agrikultur sebagai potensi ekonomi," jelasnya.

Labuan Bajo dan wilayah sekitar masih menghadapi tantangan terkait 16 ton sampah yang masuk ke TPA setiap hari. Selain itu, sekitar 70 persen masyarakat Desa Golo Mori bekerja sebagai petani sehingga kontribusi agrikultur terhadap perekonomian masih dominan.

"Bila masyarakat Desa Golo Mori masih belum mempraktikkan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, peningkatan ekonomi dapat terhambat," jelasnya.

Pihaknya berharap proyek percontohan ini bisa mendorong Golo Mori menjadi desa wisata penyangga KEK yang berdaya, tangguh, dan berkelanjutan, dan proyek percontohan ini bisa diadopsi oleh destinasi wisata lain di NTT maupun Indonesia.

"Saya mengundang semua elemen masyarakat untuk Bergerak, Berdampak, Bersama, dalam menciptakan masa depan yang lestari melalui intervensi ekonomi sirkular di Indonesia," ucapnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved