Berita Nagekeo
Rawat Alam, Warga Tanam Anakan Pohon di Kawasan Mata Air Tiba Go Aeramo, Nagekeo
Kawasan mata air Tiba Go terletak di Desa Aeramo Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, MBAY - Sejumlah warga, mahasiswa, aparat pemerintahan di Mbay, Nagekeo, melakukan penanaman ratusan pohon di kawasan mata air Tiba Go di Desa Aeramo, Kamis 14 Desember 2023.
Mereka harus berjuang keras untuk sampai ke mata air Tiba Go.
Sejumlah mahasiswa dari Institut Nasional Flores, warga, petugas BPBD Nagekeo, serta Dinas Lingkungan Hidup harus memikul bambu dan anakan melewati jalan licin dan berbatu.
Mereka juga harus berjalan berhati-hati sejauh 2 km melewati tanjakan berbatu di sepanjang bantaran sungai untuk sampai ke sumber mata agar Tiba Go.
Baca juga: Manfaat Aplikasi Srikandi yang Dilaunching Pemda Nagekeo
Walapaun membawa beban dengan medan sulit, mereka tetap semangat berjalan karena keindahan kolam-kolam di sungai ini.
Ketika sampai di sumber mata air mereka langsung antusias menanam 7 jenis anakan pohon seperti pohon enau, gayam, ara, beringin, pandan, dan loko yanag disiapkan Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Nagekeo.
Mereka menanam sekitar 500 anakan. Sumber mata air ini menjadi harapan satu-satunya sekitar 238 jiwa dengan 52 kepala keluarga di RT 33, desa Aeramo ketika musim kemarau.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nagekeo, Remigius Jago, menjelaskan penanaman ini sebagai aksi nyata Forum Pengendalian Resiko Bencana Kabupaten Nagekeo.
Baca juga: Siswa Muslim di MAN Nagekeo Tampilkan Jogek Adhak Saat Sambut Imam Katolik
Mereka melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin dalam perambahan hutan selain itu sebagai pesan kepada masyarakat bahwa hutan di sekitar mata air ini dilarang untuk dipotong karena akan berdampar rusaknya mata air.
Menurut Remigius sungai dan mata air bukan hanya untuk dinikmati namun harus dirawat. Akis itu dalam rangka mencegah terjadinya bencana kekeringan dan kekurangan air bersih.
"Ini sebagai tindakan pencegahan. Aksi forum ini ingin juga menyampaikan ke masyarakat, radius 200 meter dari sumber mata air maka hutan tidak boleh dirambah atau dipotong apalagi di mata iar tiba go ini hutan tutupan,"ujar Remigius.

Sementara itu ketua RT 33, Desa Aeramo, Efridus Sisi, menyebutkan mata air menjadi penopang utama warganya ketika musim kemarau walaupun sebagian pipa PE yang dipasang pemerintah rusak akibat terbakar ketika kebakaran sabana melanda daerahnya.
"Air di mata air ini aman ketika musim panas. Tapi kalau musim terbakar pipa habis. Makanya saya korban uang 3 juta beli pipa lalu kasih lubang di pipa biar captering aman,"ujar Efridus.
Ia berharap penanaman dan penghijaun terus dilakukan dalam beberapa kali ke depan untuk memperluas hutan tutupan.
Selain itu mereka berharap bantuan pemerintah untuk membatasi hutan dengan parit pembatas karena rawan terbakar di musim kemarau akibat savana yang terbakar.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.