Lumbung Padi Mbay
Ironi Petani di Lumbung Padi Mbay Tak Ada Persediaan Padi untuk Makan
Ribuan petani di Mbay sedang menghadapi masalah serius tidak punya stok padi terdampak belum rampung rehabilitasi saluran irigasi Bendungan Sutami
Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM, MBAY-Rehabilitasi saluran Bendung Sutami di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Provinsi NTT berdampak besar terhadap persediaan padi (beras). Saat ini tidak ada lagi persediaan padi disimpan di rumah-rumah warga.
Persawahan Mbay dikenal sabagai sentra penghasil beras mensuplai kebutuhan beras masyarakat Nagekeo dan kabupaten tetangga, Ende, Sikka sampai Flores Timur. Namun kondisi saat ini, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga setempat, rumah-rumah tangga petani membeli beras di pasar berkisar Rp 15.000 sampai Rp 16.000 perkilogram.
Rehabilitasi saluran primer dan sekunder Bendungan Sutami berlangsung sejak bulan Juni 2023. Proyek tersebut belum rampung 100 persen, sehingga belum menyuplai air ke sawah.
Keluhan tak punya stok padi disampaikan Ozias Ou, dan Yohanes Lewa warga Dusun 1 Desa Aeramo, serta Muhamad Hasan (58) warga Desa Tongguramba, Kecamatan Aesesa, kepada Pos-Kupang.com, dan TribunFlores.com, Rabu siang 20 Desember di Aeramo.
Baca juga: Bupati Nagekeo Optimis Revitalisasi Sistem Irigasi Mbay Tak Berdampak Rawan Pangan
“Bulan November, saya punya stok sisa lima karung sudah digiling untuk dijual dan yang lain untuk makan sehari-hari,”ujar Ozias.
Ozias memiliki sawah seluas setengah Ha dipanen 25 karung pada bulan Mei 2023. Padi itu digiling untuk konsumsi sehari-hari dan sebagian lain dijual untuk belanja kebutuhan yang lain.
“Saat ini, saya tidak punya stok. Penutupan saluran irigasi (rehabiltasi) dampaknya luar biasa bagi petani. Sumber kami satu-satunya untuk makan dan belanja dari padi,”sahut Ozias.
Didampingi Ny.Ozias, menambahkan sehari-hari mereka memasak 3 Kg beras untuk makan pagi, siang dan malam untuk 10 orang anggota keluarga. Memang, saat ini masih ada stok beras untuk kebutuhan selama satu sampai dua minggu ke depan. Setelah stok tersebut habis, mereka harus membeli ke pasar.
Baca juga: Proyek Saluran Irigasi Mbay, Pemda Nagekeo Kaji Dampak Dialami Petani
Bahkan sekitar tiga hingga empat bulan tahun 2024, mereka harus beli beras sebelum musim panen tiba di bulan Mei atau Juni 2024.
“Saya akan jual ternak (ayam atau babi) supaya bisa beras. Direncanakan air saluran primer akan dilepas pada awal tahun depan,” katanya.
Ozias tak menampik, hampir semua rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya mengalami nasib serupa dengannya. Sekitar satu sampai dua bulan terakhir, rumah tangga di Mbay beli beras ke pasar.
Keluhan serupa disampaikan Yohanes Lewa. Warga RT 01 Dusun Satu Aeramo hanya menyimpan satu karung padi merupakan stok terakhir dari panen 30 karung padi pada musim tanam terakhir 2023 sebelum penutupan saluran irigasi.
Baca juga: Warga Alorawe Bersyukur Bupati Nagekeo Tepati Janji Bangun Jembatan, Kini Tak Susah Lagi
Yohanes punya dua Ha sawah di kawasan saluran sekunder satu pintu enam. Padi dipanen itu, kata Yohanes, sebagian digiling dijual untuk belanja kebutuhan yang lain dan selebihnya untuk kebutuhan makan sehari-hari.
‘Tahun ini paling berat bagi petani sawah di seluruh Mbay. Sawah tidak bisa diolah sama sekali. Kejadian sebelumnya, kita masih pinjam padi kepada tetangga atau keluarga nanti diganti ketika panen, tapi saat ini nasib kami semua sama. Tidak ada lagi stok padi di rumah,” kata Yohanes.
“Yohanes punya rencana menjual pisang membeli beras. Ia punya rumpun pisang lumayan banyak, meski tanaman pisang tidak akan mampu menalangi semua kebutuhan beras dan lainnya.
“Empat atau lima bulan ke depan, keadaanya akan berat sekali bagi kami untuk beli beras sampai ada panen baru,”kata Yohanes.
Baca juga: Manfaat Aplikasi Srikandi yang Dilaunching Pemda Nagekeo
Lain lagi cerita Muhamad Hasan. Rabu siang, dia datang ke Bendungan Sutami memastikan proyek rehabilitasi saluran ini. Pensiunan PNS Dinas PKO Nagekeo menyaksikan rehabilitasi saluran induk belum selesai, sehingga air belum dilepas ke saluran induk.
Hasan mengaku punya empat Ha sawah. Semua padi dipanen pertengahan tahun lalu telah habis digiling dijual. Yang tersedia di rumahnya hanya cukup untuk makan, namun persediaan itu akan habis sebelum musim tanam.
“Tahun depan, kami harus beras ke pasar sampai ada panen baru,” imbuh Hasan.
Hasan berharap pemerintah Kabupaten Nagekeo menepati janji melepas air pada awal bulan Januari 2023, sehingga petani bisa mulai menggarap lahan dan menanam padi.
Kepala Dinas Pertanian Nagekeo, Oliva Monika Mogi, dihubungi Selasa siang masih bertugas di desa. Dia janji akan memberi tanggapannya. *
Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/LAHAN-SAWAH-MBAY.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.