Surat Gembala Uskup Maumere

Surat Gembala Pra Paskah 2024 Uskup Maumere, Ekonomi Ekologis

Surat Gembala Pra Paskah 2024 Uskup Maumere, Ekonomi Ekologis Ikhtiar Membangun Solidaritas dengan Sesama dan Alam Semesta.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
SEKSI HUMAS SINODE II
Uskup Maumere, Mgr.Ewaldus Martinus Sedu. Uskup Maumere, Mgr.Ewaldus Martinus Sedu telah mengeluarkan surat gembala Pra Paskah 2024. Tema surat gembala Pra Paskah 2024 Uskup Maumere yaitu Ekonomi Ekologis:Ikhtiar Membangun Solidaritas dengan Sesama dan Alam Semesta. 

Keterikatan yang erat antara manusia dan alam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari harmoni alam semesta. Manusia mesti mengalami pemenuhan diri melalui hubungan yang harmonis dengan alam dan mengakui kesejahteraan individu terkait erat dengan kesejahteraan alam. Manusia bukanlah penguasa tunggal yang berhak mengesploitasi alam demi memenuhi keinginannya. Pemenuhan diri manusia tidak bisa dipisahkan dari kesadaran akan keterkaitannya dengan alam (Arnes Naess - Filsuf Norwegia).

Karena itu, “serangan terhadap alam mempunyai konsekuensi terhadap kehidupan masyarakat” (Sinode Para Uskup untuk Wilayah Pan-Amazon, Oktober 2019). Namun, terlalu sering manusia lupa bahwa dirinya bersinergi dengan alam sehingga penggunaan sumber daya alam kerap kali mengancam kehidupan ekologis.
Pada tingkat global, ancaman terhadap kehidupan ekologis nampak lewat perubahan iklim yang tidak menentu dan peningkatan limbah rumah tangga dan pabrik. Kita menyadari bahwa perubahan iklim membawa dampak yang luas dan kompleks bagi keluarga besar umat manusia. Perubahan iklim cenderung memperlebar kesejangan ekonomi dan sosial. Hal ini paling dirasakan oleh kaum miskin dan terpinggirkan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan seringkali menghadapi kerugian ekonomi akibat bencana alam dan kekeringan. (LD, 3)

Lebih jauh lagi, benda-benda atau materi yang berasal dari aktivitas manusia turut mengancam bumi yang indah ini. Salah satu dampaknya yakni hilangnya habitat alami, di mana lahan yang dulu subur dan lestari berubah menjadi kawasan yang terdistorsi akibat pembangunan, pertambangan, dan industri yang intensif. Hal ini makin diperparah dengan adanya sampah-sampah plastik yang menumpuk di laut maupun darat yang mengakibatkan kerusakan ekosistem dan mencemari lingkungan.

Pada tingkat lokal Keuskupan Maumere, kita menyaksikan konsekuensi langsung dari perubahan iklim yang tidak menentu dan faktor-faktor lingkungan yang menyesakkan. Perubahan iklim yang tidak stabil, curah hujan yang semakin rendah, fluktuasi suhu yang ekstrem, dan polusi lingkungan telah merusak siklus alamiah pertumbuhan tanaman dan menurunkan kualitas tanah. Dalam situasi ini, kita merasakan betapa beratnya beban yang ditanggung oleh umat, yang hidup bergantung pada hasil panen. Kita juga merasakan dampak gagal tanam yang berpotensi memperdalam kesenjangan dan ketidakadilan sosial. Oleh Karena itu, gaya hidup ekonomi ekologis yang berkelanjutan perlu diperhatikan secara serius oleh semua umat.

Baca juga: Profil Uskup Maumere Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, Pr dan Motto Tahbisannya

PIJAKAN SOLIDARITAS

Saudara-Saudari yang terkasih...

Dalam menghadapi tantangan lingkungan seperti perubahan iklim dan kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kita dipanggil untuk membangun solidaritas dan memperdalam pemahaman kita akan hubungan antara manusia dan alam ciptaan Tuhan. Allah adalah pemilik alam semesta. Allah yang menciptakan alam semesta ini dengan keindahan dan kesempurnaan (Maz 24: 1). Pemahaman ini dapat meluruskan kekeliruan spiritualitas modern mengenai manusia sebagai pusat segala sesuatu dan terpisah dari alam atau disebut juga sebagai Sindrom Allah. Manusia bukan penguasa alam semesta melainkan bagian yang tak terpisahkan dari komunitas ekologi. Manusia dikaruniai tanggung jawab moral untuk merawat dan menjaga ciptaan-Nya dengan penuh integritas dan kejujuran (Leonardo Boff) sebab “yang diminta dari kita tidak lain adalah tanggung jawab tertentu atas warisan yang akan kita tinggalkan setelah perjalanan kita di dunia ini” (LD, 18).

Paus Fransiskus menekankan bahwa manusia harus jujur untuk mempertanyakan berbagai model pembangunan, produksi, dan konsumsi yang dapat mempengaruhi perkembangan ekologis (LS 138). Manusia menipu dirinya sendiri apabila pengetahuannya tentang alam terputus-putus, terkotak-kotak, dan menghalangi pemahaman akan hubungan yang kompleks antara diri kita dengan alam. (Bdk. Maz. 24: 4, LS. 138). Karena itu, penting untuk mengadopsi visi yang lebih luas tentang manusia dan alam yang saling terhubung satu sama lain. Hal ini mencakup pemahaman bahwa alam bukan hanya sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, tetapi juga sebagai rumah bersama yang perlu dijaga dan dihormati.

Memang perlindungan lingkungan harus menjadi bagian integral dari proses pengembangan dan tidak dapat dipandang terpisah daripadanya.”(LS.141). Disamping itu, kita juga dipanggil untuk memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terkena dampak negatif dari kerusakan lingkungan (Maz 24: 4). Hal ini sejalan dengan pesan Paus Fransiskus bahwa kerusakan lingkungan dan kemerosotan masyarakat lebih berdampak terhadap pihak yang paling lemah di bumi (LS, 48). Oleh karena itu, upaya untuk mencapai keberlanjutan lingkungan haruslah disertai dengan usaha untuk memperjuangkan keadilan sosial, termasuk akses yang adil terhadap sumber daya dan pemberdayaan masyarakat yang terpinggirkan.

LANGKAH PRAKTIS PASTORAL

Saudara-saudari terkasih

Solidaritas manusia dengan alam tentu saja membutuhkan pertobatan yang mendalam pada tingkat personal maupun komunal. Pertobatan sebagai jalan kekudusan dapat kita wujudkan lewat langkah pastoral yang mendukung solidaritas manusia dengan sesama dan alam ciptaan. Untuk itu saya mengajak kita untuk memperhatikan beberapa langkah praksis pastoral yang dapat dilakukan selama masa Pra-Paskah, antara lain:

Pertama, memperkuat kapasitas komunitas lokal untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan, pendampingan, dan dukungan teknis dalam pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan ekonomi lokal.

Kedua, bekerja sama dengan komunitas dan lembaga lain untuk mengembangkan dan mempromosikan model-model ekonomi berkelanjutan yang berbasis pada prinsip-prinsip keadilan sosial dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana.

Ketiga, menyediakan pelayanan pastoral khusus yang berfokus pada isu-isu lingkungan dan ekonomi di komunitas terpinggirkan. Ini bisa melibatkan pelayanan sosial bagi mereka yang terkena dampak kerusakan lingkungan, dukungan pastoral bagi mereka yang mengalami stres lingkungan, dan pembinaan rohani untuk memperkuat iman dalam menghadapi tantangan ekologi.

Keempat, mendorong aksi konkrit untuk melindungi lingkungan seperti menanam pohon membersihkan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi pemakaian plastik, dan mendukung program pelestarian lingungan.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved