Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Katolik Hari Ini Minggu 25 Februari 2024, Turun dari Gunung Kenyamanan Diri

Mari simak Renungan Katolik Hari Ini Minggu 25 Februari 2024.Judul renungan Katolik hari ini yaitu Turun dari Gunung Kenyamanan Diri.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
RENUNGAN HARIAN KATOLIK PATER JOHN LEWAR -Mari simak Renungan Katolik Hari Ini Minggu 25 Februari 2024.Judul renungan Katolik hari ini yaitu Turun dari Gunung Kenyamanan Diri. 

Oleh: Pastor John Lewar, SVD

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Katolik Hari Ini Minggu 25 Februari 2024.

Judul renungan Katolik hari ini yaitu Turun dari Gunung Kenyamanan Diri.

Renungan Katolik hari ini disusun oleh Pastor John Lewar, SVD.

Renungan Katolik hari ini disiapkan untuk pekan II Prapaskah tahun 2024.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 26 Februari 2024, Melepaskan Diri dari Segala Dosa

 

Bacaan liturgi hari ini:

Kejadian 22:1-2,9a,10-13,15-18.
Mazmur 116:10,15,16-17,18-19.
Roma 8:31b-34.
Markus 9:2-10.

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Di sebuah bukit hiduplah seorang ibu bersama dengan dua orang anaknya. Nama ibu itu Agnes. Ketika hujan dan badai menerjang ibu  Agnes kebingungan; mau turun ke kota takut disambar kilat. Bila tetap tinggal di bukit pasti basah kuyup dan kedinginan. Bagi sang ibu hanya
ada satu jalan.

Dia membuka mantel di badan dan menutupi tubuh kedua anaknya dan mencari perlindungan dalam sebuah gua. Tetapi karena gua itu gelap gulita dan dinginnya udara di malam hari sangat mencekam, sang ibu secara sadar membuka kerudung di kepala dan pakaian di badan
untuk menutupi tubuh kedua anaknya yang masih kecil.

Ibu pun menggigil kedinginan. Namun karena sayang kepada anaknya dia rela melepaskan segala dan terus berjaga. Keesokan harinya kedua anak itu bangun dan menemukan Sang bunda telah kaku badannya. Ibu Agnes telah tiada. Kematiannya membawa selamat bagi kedua anaknya.

Baca juga: Bacaan Injil Katolik Senin 26 Februari 2024 Lengkap Renungan Harian Katolik

Cinta yang tulus bisa mendorong seseorang untuk mengorbankan segalagalanya, apa saja yang ada padanya. Apabila memiliki iman yang teguh, orang bisa memberikan apa saja bila dituntut daripadanya. Hal ini ditunjukkan oleh Abraham yang rela dan tidak segan-segan mempersembahkan anak kandungnya ketika Tuhan meminta daripadanya.

Di kala hendak menikam dan membunuh anaknya, Malaikat Tuhan datang dan membatalkan rencana itu. Di sini nampak jelas ketaatan Abraham kepada Allahnya. Dia patuh setia dan rela mengorbankan anaknya kepada rencana Tuhan. Tanpa banyak pertimbangan dia menyerahkan dan mempersembahkan anaknya yang tunggal.

Ketaatan ini menandakan bahwa Abraham adalah seorang yang sungguh percaya. Dan kepercayaan Abraham membuat dia menjadi Bapa yang terberkati, rahmat Allah melimpah limpah turun ke atas dirinya dan keluarganya.

Kisah injil hari ini menampilkan pengalaman transfigurasi di atas Gunung Tabor disaksikan oleh tiga murid kesayangan Yesus, yakni Petrus Yakobus dan Yohanes. Di atas Gunung Tabor, mereka menyaksikan penampakan mulia Kristus. Pemandangan begitu indah, membuat mereka terpesona sekaligus kerasan tetap tinggal di tempat itu.

Di sana mereka merasakan kenyamanan bersama Tuhan. Maka Petrus dengan suara nyaring
mengatakan kepada Yesus:” “Guru, betapa bahagiannya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Luk. 9:33).

Pengalaman di atas  Gunung menjadi kekuatan tiga murid untuk memberi kesaksian kepada dunia bahwa Yesus adalah Putera Allah yang kepadaNya Ia berkenan. Tuhan rela mengurbankan Anak kesayanganNya demi umat manusia. Tentang hal itu Paulus mengatakan, Tuhan tidak menyayangkan PutraNya sendiri tetapi menyerahkanNya untuk kita semua.

Contemplasi:

Keinginan Petrus untuk tetap tinggal dalam “keadaan enak” di atas gunung itu merupakan suatu contoh keinginan kita untuk tetap merasakan yang enak, aman, memuaskan, dan menyenangkan yang bersifat sementara. Keinginan Petrus ini memberikan gambaran jelas mengenai kita manusia yang lupa diri, lupa daratan untuk „turun‟ dari gunung kenyamanannya. Gunung kenyamanan terwujud dalam bentuk egoisme, individualisme, kemalasan, mau menang sendiri, ketidaksabaran, amarah, dengki, iri hati, serakah, kesombongan, dan kenikmatan sesaat dengan menghalalkan segala cara untuk dapat hidup berfoya-foya meskipun orang lain menderita.


Dalam peristiwa kemuliaan di atas gunung itu, Yesus berhasil membawa Petrus dan teman-temannya turun ke bawah, untuk kembali ke dunia (realitas hidup) dan berjuang di dalamnya. Kita diingatkan kembali akan perjalanan dan perutusan kita sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin.

Hidup kita bukan hanya berguna bagi sesama namun juga bagi kemuliaan Allah. Perutusan kita adalah jalan menuju kebahagiaan kekal bersama Kristus. Kita tidak hanya merasa senang,nyaman tetapi ada susah dan derita, seperti Yesus sendiri. Dia mengorbankan dan merekndahkan diri dan mati di salib demi selamat dunia, anda dan saya.

Ayo, mari kita turun dari gunung kenyamanan diri menuju realitas hidup
sehari-hari.

Doa:

Allah Bapa Surgawi, Engkau menyruh kami mendengarkan PuteraMu yang tercinta dan menyinari batin kami dengan sabdaMu. Murnikanlah hati kami dengan ajaranMu supaya kami dapat menatap kemuliaanMu. Demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami...Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Minggu II Prapaskah. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved