Hari Rabu Abu

Makna Hari Rabu Abu dalam Agama Katolik

Makna instrospeksi diri, pertobatan, dan kesediaan pembaruan diri yang dimulai pada Rabu Abu bukan berarti di luar masa

Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO
TERIMA ABU - Warga kota Maumere saat mengikuti perayaan Ekaristi rabu abu di gereja Santo Gabriel Waioti, Kabupaten Sikka, Rabu 14 Februari 2024. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Sebelum memasuki masa prapaskah umat Katolik sedunia akan menerima abu.

Ibadat penerimaan abu dilaksanakan sebelum 40 hari memasuki paskah.

Hari Rabu abu ternyata memiliki makna tersendiri.

Melansir berbagai sumber Rabu Abu merupakan awal dari masa Prapaskah yang ditandai dengan instrospeksi diri, pertobatan, perkabungan, dan kesediaan menerima pembaruan diri.

Baca juga: Kalender Liturgi Katolik Hari Ini Sabtu 17 Februari 2024, Peringatan Setelah Rabu Abu

 

Makna instrospeksi diri, pertobatan, dan kesediaan pembaruan diri yang dimulai pada Rabu Abu bukan berarti di luar masa Prapaskah umat boleh hidup dalam sikap yang tidak mawas diri dan tanpa pertobatan.

Sikap mawas diri dan pertobatan merupakan panggilan hidup umat percaya sepanjang hidupnya. Namun secara khusus selama masa Prapaskah yang dimulai pada Rabu Abu sampai Kamis Putih memiliki tempat yang khusus.

Karena itu umat dipersiapkan untuk menyambut Triduum (Tri hari Suci), yaitu: Kamis Putih (Yesus mencuci kaki para murid-Nya dan Perjamuan Malam Terakhir), Jumat Agung (jalan penderitaan dan wafat di bukit Golgota), Sabtu Sunyi (Jenasah Yesus di dalam makam), dan Paskah (Yesus bangkit dari kematian-Nya).

Menjelang Paskah umat dipanggil untuk mempersiapkan diri dengan sikap mawas diri, bertarak, dan bertobat selama empat puluh hari.

Persiapan yang cukup panjang selama masa Prapaskah merupakan media disiplin rohani yang diatur oleh gereja agar umat mampu menghayati karya keselamatan Allah di dalam kematian dan kebangkitan Kristus dengan pembaruan hidup.

Pada misa rabu abu yang diterima oleh umat Katolik adalah abu. Melansir katolistas.org, abu adalah tanda pertobatan.

Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).

Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved