Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Senin 4 Maret 2024, Satu Hati dan Satu Rasa dengan Yesus

Mari simak Renungan Harian Katolik Senin 4 Maret 2024.Judul Renungan Harian Katolik yaitu Satu Hati dan Satu Rasa dengan Yesus.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
RENUNGAN HARIAN KATOLIK PATER JOHN LEWAR - Mari simak Renungan Harian Katolik Senin 4 Maret 2024.Judul Renungan Harian Katolik yaitu Satu Hati dan Satu Rasa dengan Yesus. 

Oleh: Pastor John Lewar,SVD

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Harian Katolik Senin 4 Maret 2024.

Judul Renungan Harian Katolik yaitu Satu Hati dan Satu Rasa dengan Yesus.

Renungan harian katolik disusun oleh Pastor John Lewar,SVD .

Renungan harian katolik hari ini ada dibagian akhir artikel ini.

Baca juga: Bacaan Injil Katolik Hari Ini Senin 4 Maret 2024 Pekan III Praspakah

 

Senin 4 Maret 2024 merupakan Hari Senin Prapaskah III, Peringatan fakultatif Santo Kasimirus, Pengaku Iman, Santo Lusius, Paus dan Martir, dengan Warna Liturgi Ungu.

Adapun Bacaan Liturgi Katolik Hari Senin 4 Maret 2024 adalah sebagai berikut:

Bacaan Pertama 2 Raj 5:1-15a

Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi pahlawan tentara itu sakit kusta.

Sekali peristiwa orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel.

Anak itu menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya, “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”

Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya, “Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” Maka jawab raja Aram, “Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel.”

Lalu berangkatlah Naaman. Sebagai persembahan ia membawa sepuluh talenta perak, enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.

Ia menyampaikan surat raja Aram itu kepada raja Israel, yang berbunyi, “Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya.”

Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata, “Allahkah aku ini, yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.”

Segera sesudah didengar oleh Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya, “Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah orang itu datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.”

Kemudian datanglah Naaman dengan kuda dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa. Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan, “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata,

“Aku sangka, setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu, dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?”

Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya, “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.”

Maka turunlah Naaman membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak, dan ia menjadi tahir. Kemudian kembalilah Naaman dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu.

Sesampai di sana majulah ia ke depan Elisa dan berkata, “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 42:2.3;43:3.4

Ref : Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

Seperti rusa yang merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.

Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!

Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, sukacita dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!

Bacaan Injil Luk 4:24-30

Ketika Yesus datang ke Nazaret, Ia berkata kepada umat di rumah ibadat, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.

Tetapi Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan, dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.

Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon.

Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.”

Mendengar itu, sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Hari ini saya ingin mengajak kita semua untuk satu hati dan satu rasa dengan Yesus yang mengalami penolakan. Yesus ditolak di kampung halamanNya sendiri, di Nazaret tempat Ia dibesarkan. Ia nyaris saja
dibunuh dengan cara dijatuhkan dari tebing gunung yang tinggi. Bagaimana perasaan Yesus saat itu? Bukankah orang-orang yang hendak mencelakakan-Nya itu mengenal diri-Nya karena mereka berasal dari
tempat yang sama? Bagaimana perasaan kita kalau kita ditolak oleh rekan, tetangga, kerabat, saudara, atau bahkan keluarga kita sendiri?

Injil hari ini menunjukkan bagaimana orang-orang Nazaret tidak menghargai dan menolak kedatangan Yesus sebagai utusan Allah, yang dikenal juga dengan istilah nabi. Itulah sebabnya, kepada mereka yang saat itu tengah berkumpul di rumah ibadat, Yesus menegaskan, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya (Luk 4:24). Yesus memberi contoh dua nabi besar dari Israel
kuno, yaitu Nabi Elia dan Nabi Elisa (ay. 25-27). Sebagai nabi besar mereka justru melayani orang-orang bukan Israel.

Mengapa? Karena orang-orang Israel berlaku sombong. Mereka menutup hati, tidak terbuka terhadap pelayanan Nabi Elia dan Nabi Elisa di Israel. Mereka tidak menghargai kehadiran nabi, utusan Allah, di rumah mereka sendiri, yakni Israel. Demikian juga dengan Yesus, sebagai nabi, ketika pulang ke rumah-Nya, dalam hal ini Nazaret yang dipandang sebagai rumah-Nya, mereka tidak mau menerima-Nya. Mereka tidak menghargai kedatanganNya. Itu juga berarti, mereka tidak menghormati Dia sebagai utusan

Allah. Mereka tidak menghormati Yesus bahkan sebagai Pribadi. Pengalaman ditolak pasti menyakitkan. Kita akan merasa bahwa diri kita dibuang dan tidak dianggap. Ini bisa menimbulkan kemarahan, kebencian, perasaan kehilangan, bahkan depresi. Namun, kalau kita mengalami hal itu, kita bisa melihat dan belajar dari sikap Yesus ketika diri-Nya mengalami penolakan. Meskipun masyarakat setempat tidak menghargai dan menghormati-Nya, Yesus tidak terguncang, tidak pula merasa gentar. Ia tahu akan tujuan dari misi-Nya di dunia. Tujuan dan tugas pengutusan itu melampaui segalanya, sehingga jauh lebih penting daripada penghargaan dan penghormatan dari orang lain.

Contemplasi:

Kita bisa belajar dari idealisme Yesus yang teguh pada misi dan tugas pengutusan-Nya. Pengalaman ditolak tentu tidak enak dan menyakitkan. Akan tetapi, jangan sampai kita lalu mundur karenanya dan melupakan
panggilan kita. Mari kita menyatukan pengalaman itu dengan pengalaman Yesus. Penolakan justru sebuah undangan bagi kita untuk berusaha lebih giat lagi. Yang mengalami penolakan bukan hanya kita sendiri, banyak orang juga mengalami hal yang sama, bahkan lebih berat dari apa yang kita alami. Kita mengikuti Yesus yang "Berjalan lewat di tengah-tengah mereka lalu pergi!" Artinya yang sudah biarlah, kita mengerti, kita ampuni dan kita memulai lagi yang baru.

Masih ada tempat lain yang harus memperoleh pewartaan Injil seperti Yesus pergi ke tempat lain Pertanyaan refleksi: beranikah kita untuk tetap menjalankan tugas dan panggilan kita meskipun berhadapan dengan berbagai penolakan? Beranikah kita seperti Yesus yang tetap fokus pada misi dan pengutusanNya?

Doa:

Allah Bapa sumber pengharapan, Engkau telah mengikat perjanjian dengan semua orang melalui Yesus yang terurapi. Semoga kami selalu berpegang teguh pada Dia dan berkembang menjadi umat yang patuh setia. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami...Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Senin. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google news

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved