Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Kamis 27 Juni 2024, Iman Tanpa Perbuatan adalah Mati
Mari simak renungan harian katolik Kamis 27 Juni 2024.Tema renungan rarian katolik yaitu Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, ‘Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!'”
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas wadas.
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,
sehingga rubuhlah rumah itu, dan hebatlah kerusakannya.” Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
Saya sangat yakin bahwa sebagai orang beriman, setiap hari kita berdoa,
membaca dan merenungkan Kitab Suci. Setiap hari kita berbuat amal,
membantu dan menolong sesama. Setiap hari kita aktif membersihkan
halaman Gereja, aktif mengikuti doa di lingkungan. Dan masih banyak
lagi. Saya juga berkeyakinan penuh bahwa masing-masing orang sudah
menyebut nama Tuhan ribuan kali. Barangkali kita selalu menangis setiap
kali berdoa. Barangkali kita sudah disebut orang saleh, orang suci oleh
orang-orang di sekitar kita. Tetapi apakah dengan kesalehan dan banyak
berdoa, menjadi jaminan orang masuk Kerajaan Surga?
Pada bagian akhir khotbah-Nya di bukit, Yesus memberikan sebuah
pedoman untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. “Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan..Tuhan', akan masuk ke dalam Kerajaan
Surga, kecuali dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku disurga” (Matius 7:
21). Kata-kata Yesus itu berkenaan dengan doa.
Doa tidak cukup hanya berseru kepadaNya: Tuhan..Tuhan, tetapi harus didukung dengan
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Bapa di Surga. Kehendak Bapa
yang dimaksudkan bukan kehendak yang dilaksanakanNya sendiri dalam
rencana penyelamatan, tetapi kehendakNya harus dilaksanakan manusia
dalam hidupnya, yaitu menunjukkan kasih kepadaNya. Dengan demikian,
doa sendiri tak akan menyelamatkan manusia kalau tidak dibarengi
pelaksanaan konkrit kehendak Bapa. Orang yang berdoa dan melakukan
kehendak Bapa, itulah orang beriman. Orang yang berdoa dan melakukan
kehendak Bapa itulah orang beriman yang benar yang sama dengan
orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Sedangkan
setiap orang yang hanya mendengarkan perkataan Yesus dan tidak
melakukannya, sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumah di
atas pasir. Rumah di daerah Palestina memang tidak memiliki pondasi
sehingga kokoh tidaknya rumah itu tergantung pada tanah tempat
berdirinya. Oleh karena itu perumpamaan ini mau berbicara tentang
siapa yang akan bertahan pada ujian akhir. Sebab hujan, banjir dan angin
bertiup kencang, seturut Perjanjian Lama adalah gambaran campur
tangan Allah yang menguji ketangguhan hidup manusia.
Nasib manusia pada akhirnya tidak terletak pada kata yang diucapkannya
kepada Yesus sekarang, atau pada kata yang akan diucapkannya nanti
pada akhir zaman, tetapi pada kenyataan: “Apakah ia melakukan apa
yang diucapkannya, apakah pengakuan verbalnya disertai dengan
ketaatan moral?” Pengakuan akan Yesus sebagai Tuhan harus
dibuktikan/dinyatakan dalam perbuatan. Tanpa perbuatan, pengakuan
iman itu tidak ada artinya. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati
(Yak. 2:17, 26) dan tidak dapat menyelamatkan (Yak. 2:14). Yang akan
masuk ke dalam Kerajaan Surga adalah mereka “yang melakukan
kehendak Bapa-Ku yang di surga.”
Yesus diutus ke dunia sebagai teladan bagi kita dalam melaksanakan
kehendak Bapa. Kehendak Bapa-Nya agar semua orang selamat, bahagia,
dan sejahtera. Yesus menunjukkan hal itu dengan perkataan dan
tindakan-Nya selama tiga tahun hidup bersama para rasul-Nya. Ia
berusaha agar semua orang bahagia bahkan dirinya menjadi kurban
untuk jaminan keselamatan kita. Apakah dalam hidup, kita juga berusaha
untuk membahagiakan dan menyelamatkan orang lain? Atau sebaliknya,
hanya mencari kebahagiaan dan kesejahteraan diri sendiri, keluarga,
komunitas, atau kelompok sendiri? Mari kita belajar dari Sang Guru,
Yesus Kristus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.