Renungan Katolik Hari

Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024, Aku Mau Jadilah Engkau Tahir

Mari simak Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024.Tema renungan harian katolik Aku Mau Jadilah Engkau Tahir.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-BRUDER
Br. Pio Hayon, SVD. Mari simak Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024.Tema renungan harian katolik Aku Mau Jadilah Engkau Tahir. 

Oleh: Bruder Pio Hayon, SVD

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024.

Tema renungan harian katolik Aku Mau Jadilah Engkau Tahir.

Renungan harian katolik disiapkan oleh Bruder Pio Hayon, SVD.

Renungan harian katolik untuk Peringatan Wajib Santo Ireneus dari Lyons.

Renungan harian katolik ada dibagian akhir artikel ini.

Jumat 28 Juni 2024 merupakan Hari Jumat Biasa XII, Peringatan Wajib Santo Ireneus dari Lyons, Uskup dan Martir, dengan Warna Liturgi Merah.

Baca juga: Bacaan Injil Katolik Hari Ini Jumat 28 Juni 2024, Pekan Biasa XII

 

Adapun Bacaan Liturgi Katolik Hari Jumat 28 Juni 2024 adalah sebagai berikut:

Bacaan Pertama 2Raj 25:1-12

Rakyat Yehuda diangkut ke pembuangan.

Pada tahun kesembilan pemerintahan Raja Zedekia, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal sepuluh bulan itu, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya menyerang Yerusalem.

Ia berkemah mengepung kota itu dan mendirikan tembok pengepungan sekelilingnya. Demikianlah kota itu terkepung sampai tahun yang kesebelas zaman raja Zedekia. Pada tanggal sembilan bulan yang keempat,

ketika kelaparan sudah merajalela di kota itu dan tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu, maka dibelah oranglah tembok kota itu dan semua tentara melarikan diri malam-malam melalui pintu gerbang antara kedua tembok yang ada di dekat taman raja, sekalipun orang Kasdim mengepung kota itu sekeliling. Mereka lari menuju ke Araba-Yordan.


Tetapi tentara Kasdim mengejar raja dari belakang dan mencapai dia di dataran Yerikho; segala tentaranya telah berserak-serak meninggalkan dia. Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia.

Orang menyembelih putera-putera Zedekia di depan matanya, dan kemudian dibutakannyalah mata Zedekia. Lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dibawa ke Babel. Dalam bulan yang kelima pada tanggal tujuh bulan itu yaitu tahun kesembilan belas zaman raja Nebukadnezar,

raja Babel datanglah Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, pegawai raja Babel, ke Yerusalem. Ia membakar rumah Tuhan, rumah raja, dan semua rumah di Yerusalem; semua rumah orang-orang besar dibakarnya dengan api.

Tembok sekeliling kota Yerusalem dirobohkan oleh semua tentara Kasdim yang ada bersama-sama dengan kepala pasukan pengawal itu. Sisa-sisa rakyat yang masih tinggal di kota itu dan para pembelot yang menyeberang ke pihak raja Babel, dan sisa-sisa khalayak ramai diangkut ke pembuangan oleh Nebuzaradan,

kepala pasukan pengawal itu. Hanya beberapa orang miskin dari negeri itu ditinggalkan oleh kepala pasukan pengawal itu; mereka menjadi tukang-tukang kebun anggur dan peladang.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 137:1-2.3.4-5.6

Ref: Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku,bila aku tidak mengingat engkau.

Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita menangis apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.

Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”

Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!

Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!


Bait Pengantar Injil Mat 8:17

Yesus memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.

Bacaan Injil Mat 8:1-4

Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku.

Setelah Yesus turun dari bukit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah kepada-Nya seorang yang sakit kusta. Ia sujud menyembah Yesus dan berkata,

“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir!”

Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya, “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Ketika orang yang sakit dan menjadi tahir berarti dia menjadi sembuh dari sakit atau penyakit yang di deritanya. Dan biasanya kata tahir dipakai dalam konteks Kitab Suci selalu dalam hubungannya dengan yang najis. Maka orang yang ditahirkan itu artinya dikembalikan pada kekudusannya, kesuciannya. Maka ketika orang menjadi tahir artinya dia menjadi kudus kembali atau kembali pada diri yang asali yang tak berdosa.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini gereja kembali memperingati seorang Kudus yaitu Santo Irenius, Uskup + Martir. Ireneus lahir di Asia Kecil kira-kira pada tahun 140. Pendidikannya berlangsung di Smyrna. Pelajaran agama diperolehnya dari Santo Polykarpus, seorang murid Santo Yohanes Rasul. Riwayat hidupnya kurang diketahui, tetapi dari tulisan-tulisannya sendiri dapatlah diperoleh banyak informasi tentang dirinya. Irenues bekerja di Lyons sebagai seorang imam. Pada tahun 177, timbullah aksi penghambatan agama di Lyons. Uskup kota Lyons, Potinus, meninggal karena suatu penganiayaan yang kejam atas dirinya.

Ireneus diangkat menjadi penggantinya. Sebagai uskup, ia menggembalakan umatnya dengan penuh perhatian dan cinta. Kepada umatnya ia selalu berkhotbah dalam bahasa setempat, meskipun ia sendiri dibesarkan dalam bahasa Yunani. Dalam kepemimpinannya, ia selalu berusaha membela ajaran iman yang benar. Ia juga memperjuangkan kesatuan Gereja dan menegakkan kewibawaan Paus. Namanya Ireneus, yang berarti pencinta damai, diusahakan menjadi kenyataan di dalam seluruh hidupnya. Dalam perselisihan antara Gereja Latin dan Yunani tentang tanggal hari raya Paska, ia menjadi juru bicara Sri Paus. Sepanjang hidupnya, Ireneus dengan gembira mengenang perkenalannya dengan Polikarpus, yang pernah akrab dengan Rasul Yohanes.

Jadi, tidaklah mengherankan bahwa ia berpegang pada keabsahan para rasul ketika ia menolak paham Gnostik. Sang uskup menegaskan bahwa para rasul mengajar di tempat-tempat umum dan tidak ada satu pun yang dirahasiakan. Di seluruh kekaisaran, gereja-gereja berpegang pada ajaran-ajaran yang hanya disampaikan para rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan. Ireneus menyatakan bahwa para uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah penerus para rasul. Dengan demikian, ia telah mengangkat martabat para uskup. Dalam bukunya "Melawan Ajaran Sesat", Ireneus menetapkan standar bagi teologi gereja. Semua kebenaran yang kita butuhkan sudah tercantum dalam Alkitab. Ia juga membuktikan bahwa dirinya adalah seorang teolog terbesar semenjak Rasul Paulus. Argumentasinya yang tersebar luas merupakan pukulan besar bagi aliran Gnostik pada masanya. Ia meninggal pada tahun 202 selaku seorang martir Kristus.

Ia diakui sebagai Santo baik oleh Gereja Ortodoks Timur maupun Gereja Katolik Roma. Gereja Katolik Roma bahkan menganggap Ireneus sebagai salah satu Bapa Gereja. Kisah hidup Santo Irenius ini mengajarkan sikap keredahan hati untuk tetap mempertahankan ajaran Gereja dari serangan ajaran sesat. Irenius sudah mempraktekan pola hidup yang benar menurut ajaran gereja. Untuk hal ini, Yesus sudah mengajarkan juga kepada kita dalam kisah penyembuhan orang kusta itu. Orang kusta itu datang kepada Yesus da berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Dan setelah itu, Yesus mengulurkan tanganNya menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir!” Dan orang itu menjadi tahir seketika itu juga. Yang menjadi menarik adalah Yesus baru turun dari bukit dan bayak orang mengikutiNya, dan tiba-tiba seorang kusta menghadangNya.

Bagi Yesus ini bukan semata menyembuhkan orang kusta yang dianggap najis oleh masyrakat pada umumnya dan kalau Yesus menjamah (bersentuhan) maka Yesus juga akan dianggap najis. Untuk itu, dalam situasi ini, Yesus pasti membuat disermen yang baik untuk memastian bahwa semua akan berjalan baik sehingga masyarakat yang melihat ini pun bisa mengerti apa yang dilakukan Yesus. Untuk itu pada bagian akhir Yesus meminta orang kusta itu untuk memperlihatkan dirinya kepada imam, karena hanya imamlah yang bisa menyatakan seorang itu tahir atau najis. Hal ini jalan yang diambil Yesus untuk menghidari salah tafsir dari masyarakat pada umumnya. Begitu juga dengan kita. Kita kadang atau sering terlalu dikuasai oleh pandangan sosial tertentu lalu kita tak mampu melawan bahkan saat kita melakukan satu kebaikan. Kita harus belajar dari Yesus dan Santo Irenius untuk tak takut dan setia melakukan kebaikan walau ditentang.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: kita adalah murid-murid Tuhan yang juga hidup dalam satu sismtem sosial. Kedua, maka kita butuh adaptasi tapi bukan berarti kita harus takut untuk berbuat baik. Ketiga, dalam situasi apapun, tetaplah berbuat baik.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved