Berita Sikka
Kasih Senyap Frans Josef Luttig untuk Orang Kecil, Pater Goris Nulle SVD: Dia Misonaris Awam
Frans Josef Luttig pria berkebangsaan Jerman ini menetap hingga akhir hayat di Nian Tanah Sikka. Ia dikenal dengan kasihnya yang senyap.
Penulis: Cristin Adal | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Frans Josef Luttig pria berkebangsaan Jerman ini menetap hingga akhir hayat di Nian Tanah Sikka. Ia dikenal sebagai sosok yang senyap membantu orang-orang kecil yang tak mampu.
Frans begitulah nama yang akrab dikenal masyarakat di Kewapante maupun orang-orang yang pernah ditolong tangan kasihnya.
Pria berusia 81 tahun ini menghembuskan napas terakhir pada Minggu, 30 Juni 2024 di kediamannya yang tak jauh dari Gereja Paroki Renha Rosario Kewapante, di Desa Namangkewa, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.
Saat misa Requiem atau ibadah pemberkatan jenazah di Gereja Katolik Paroki Renha Rosario Kewapante, Rabu, 4 Juli 2024, Pater Goris Nulle SVD mengenang sosok Frans yang mudah membantu yang miskin dan menyebutnya sebagai misionaris awam.
Baca juga: Petugas Pantarlih di Sikka Jalan Kaki 3 KM Lewati Medan Terjal demi Sukseskan Pilkada Sikka 2024
Kasih yang Senyap
"Frans dikenal dengan kasihnya yang senyap bagi mereka yang membutuhkan dalam hidup miskin dan sederhana. Dia seorang misonaris awam yang justru diutus dari Jerman ke Indonesia. Meskipun bolak-balik Jerman-Indonesia, dia bersama keluarganya fokus menolong orang-orang kecil di Kabupaten Sikka,"kata Pater Goris Nulle SVD, pastor paroki setempat dalam kotbahnya.
Pater Goris Nulle mengatakan, Frans dan istrinya membantu biaya sekolah anak-anak yang tak mampu hingga membangun lima perpustakaan yang tersebar di Kabupaten Sikka.
"Bapa Frans dan ibu Nety, istrinya sudah membantu biaya sekolah 250 anak yang tak mampu dan juga pengadaan perpustakaan. Satu ada di wilayah pastoran dengan buku-buku bacaan yang lengkap. Itulah hati yang penuh kasih yang diungkapkan Frans kepada keluarga secara khusus umat di Kewapante,"ungkap Pater Goris Nulle.
Pater Goris Nulle juga mengagumi sosok Frans yang sederhana dan mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya khususnya di Kewapante. Dia berbaur dalam ketekunan sambil menghayati misinya di Maumere.
"Sebagai pastor paroki saya ucapkan terima kasih kepada Bapa Frans yang mesikpun datang dari Eropa dengan budaya yang sangat berbeda dengan Maumere. Tapi ibu Nety membuatnya menjadi sangat adaptif dan menyukai wilayah Kewapante, Maumere, Sikka. Beliau menghayati misinya di Maumere,"kenang Pater Goris Nuller.
Baca juga: Siswi SMAN 1 Maumere Wakili Indonesia Suarakan Isu Perubahan Iklim dalam Side Event PBB di New York
Frans di Mata Sumar
Ayustus Jogong Nong Sumar (31), satu dari anak yang dibantu Frans dan keluarganya hingga menyelesaikan pendidikan di salah satu SMK di Kota Maumere.
Sumar mengenal Frans saat usia belia dan putus sekolah saat masih SD. Ia ingat betul pada Minggu sore mengunjungi Perpustakaan Berbudi Kewapante untuk membaca buku dan bertemu istri Frans di sana.
"Saya sore-sore datang baca buku di perpustakaan ini hari Minggu, saya tidak tahu dan tiba-tiba istri dari almarhum ini datang dan gendong saya. Dia tanya saya sekolah di mana dan beliau bilan kalau ia sedang mencari orang yang tidak sekolah,"ujar Sumar.
Sumar mengisahkan saat itu ia belum lancar membaca. Ia menyadari pentingnya membaca buku dan memutuskan untuk setiap hari mengunjungi perpustakaan yang didirikan Frans itu. Ia kembali bertemu istri Frans di perpustakaan.
"Saya saat itu baca buku juga masih mengeja toh, saya memutuskan untuk datang setiap hari baca buku di perpustakaan. Kemudian saya bertemu ibu Nety dan tanya tentang kehidupan saya. Saya ceritakan semua dan beliau balik tanya, apakah saya benar-benar mau sekolah dan saya bilang saya mau. Kemudian Bapa dan Frans dan istrinya bantu saya dari saat itu hingga saya selesai SMA,"lanjut dia.
Hingga kini Sumar menjadi penjaga Perpustakaan Berbudi Kewapante. Dia mengakui upah sebagai penjaga perpustakaan itu mencukupi hidupnya dan bisa membeli sebuah mesin jahit untuk kursus menjahit.
"Saya jaga perpustakaan ini. Dan dari gaji yang saya kumpulkan selama kerja di sini itu sudah saya pakai untuk beli mesin jahit karena saya ikut kursus menjahit juga. Saja jaga dari jam 7 sampai jam 10 pagi. Kemudian saya ke Maumere untuk ikut kursus. Semua ini berkat dorongan bapa Frans dan ibu Nety,"tutupnya.
Biografi Frans Josef Luttig
Diketahui Frans Josef Luttig lahir di Jerman 16 November 1943. Ia anak pertama dari dua bersaudara.
Frans Luttig menyelesaikan pendidikan di Jerman, dan mulai berkiprah di Firma Helmut sebagai accounting. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang suplai makanan untuk hewan.
Ia menikahi Nety, wanita asal Sikk, NTT. Di hari tuanya ia kembali ke Indonesia bersama keluarganya. Di hari tuanya ia dan istri membantu sesama, terutama membantu sekolah anak - anak putus sekolah karena tak mampu.
Melalaui organisasi "KASIH " Frans membantu biaya pendidikan kurang lebih 250 sampai 300 anak .
Frans Luttig juga membangun 5 perpustakaan di Kewapante, Nelle, Habi, Ili - Kokowahor, Wololuma - Desa Mekendetung.
Frans dan keluarganya juga memiliki sebuah resort di pinggir pantai bernama Budi Sun Resort.
Terletak 16 kilometer arah timur Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Budi Sun Resort salah satu resort terbaik di Kota Maumere.
Berita TribunFlores.com lainnya di Google News
Frans Josef Luttig
Kasih Senyap Frans
Pater Goris Nulle SVD
Misonaris Awam asal Jerman
Budi Sun Resort
Maumere
Kabupaten Sikka
TribunEvergreen
TribunFlores.com
Petugas Pantarlih di Sikka Jalan Kaki 3 KM Lewati Medan Terjal demi Sukseskan Pilkada Sikka 2024 |
![]() |
---|
Ambros Kodo Copot Kepala SMK Negeri 5 Kupang, Larang Tidak Boleh Lagi Segel Sekolah |
![]() |
---|
Siswi SMAN 1 Maumere Wakili Indonesia Suarakan Isu Perubahan Iklim dalam Side Event PBB di New York |
![]() |
---|
Ikan Naik ke Darat, Warga Berhamburan Pilih Ikan di Pesisir Pantai Lela Sikka |
![]() |
---|
Budi Sun Resort Tawarkan Pemandangan Pantai & Taman, Cocok untuk Staycation |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.