Stunting di Flores Timur

Stunting di Wulanggitang Flores Timur Naik 3 Bulan Terakhir, Ini Penyebabnya

Prevalensi stunting (tengkes) atau gagal tumbuh kembang anak di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, sedikit mengalami peningkatan selama t

|
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Kegiatan mini lokakarya tentang stunting di Kantor Camat Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 2 Agustus 2024 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Prevalensi stunting (tengkes) atau gagal tumbuh kembang anak di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, sedikit mengalami peningkatan selama tiga bulan terakhir.

Peningkatan stunting dipaparkan Koordinator Penyuluh KB Kecamatan Wulanggitang, Ladia Pala Soge, saat giat Mini lokakarya Percepatan Penurunan Stunting untuk Tahap V, VI, dan VII di Kantor Camat Wulanggitang, Jumat, 2 Agustus 2024.

Pemaparan prevalensi stunting meliputi 11 desa, yaitu Ojan Detun, Hewa, Waiula, Boru, Nawokote, Pululera, Nileknoheng, Pantai Oa, Hokeng Jaya, Boru Kedang, dan Klatanlo.

Ladia Pala Soge menyebutkan, stunting bulan Mei ada 184 orang dari 896 sasaran (20 53 persen), bulan Juni 184 dari 892 sasaran (20,6 persen), dan Juli 182 orang dari 876 sasaran (20,7 persen ).

Baca juga: Cegah Stunting, Melalui Jelajah Timur, Plan Indonesia Serahkan Infrastruktur Air Bersih di Manggarai

 

 

"Prevalensi stunting kita selama tiga bulan terakhir memang mengalami sedikit kenaikan berturut-turut," katanya kepada wartawan.

Ladia mejelaskan, kegiatan mini lokakarya juga membahas sejumlah masalah atau kendala yang ditemukan tenaga kesehatan dan kader posyandu saat penanganan stunting melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Di antaranya, jelas Ladia, kondisi alam sudah tak sehat selama beberapa bulan akibat dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki berstatus Level III (Siaga) yang mencemari sebagian besar wilayah Wulanggitang.

Kemudian kesadaran dan partisipasi sasaran penerima stunting yang masih minim saat ada pemberian makanan tambahan (PMT) bergizi di posyandu.

"Banyak sasaran (penerima PMT) tidak mau datang. Kebanyakan tidak ambil makanan, termasuk juga sasaran yang diganti karena sudah tidak ada di tempat tinggal," ungkapnya.

Tantangan yang tak kala sulit lainnya adalah pola asuh dan lingkungan. Kendati tak mudah mengatasi pelbagai persoalan, kerja keras tak pernah pupus demi menekan angka stunting hingga zero persen.

Baca juga: Kikin Tarigan Datang ke Larantuka untuk Pastikan Pemenuhan hak Disabilitas

"Nakes dan para kader sambangi rumah para sasaran yang tidak datang. Selain membawa makanan, kita pasti terus berupaya dengan edukasi-edukasi yang menyadarkan," ungkap Ladia Pala Soge.

Mini lokakarya tentang stunting ini dihadiri Camat Wulanggitang, Fredy Moat Adeng dan Sekretaris Camat, Karolus Kelemur, serta Bhabinsa setempat, Yanto Puka.

Karolus Kelemur menjadi fasilitator saat giat masuk ke sesi diskusi. Kesempatan bertanya pertama oleh Ketua TP-PKK Desa Boru, BPD Waiula, Kepala Desa Hokeng Jaya, Kepala Desa Boru, TP-PKK Desa Boru Kedang, dan kader posyandu Desa Nileknoheng.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

 
 
 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA
Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved