Wisata di Sikka

Wisatawan Belanda Terpesona dengan Atraksi Seni Budaya di Sanggar Bliran Sina Sikka

Wisatawan Belanda kagum dengan atraksi seni budaya di Bliran Sina, Sikka, NTT. Tarian tarian tradisioanl hingga tenun ikat membuat mereka terpesona.

Penulis: Cristin Adal | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/KRISTIN ADAL
ATRAKSI- Wisatawan Belanda menjajal tari tradisional di Sanggar Bliran Sina Watublapi, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka pada Minggu, 4 Agustus 2024. 

Tak hanya terpesona melihat proses membuat tenun ikat dari pewarnaan alam, mereka kagum dengan keindahan lembaran tenun ikat yang dipajang di pasar Sanggar Bliran Sina.

Beberapa di antara mereka membeli aksesoris yang terbuat dari benang seperti gelang, kalung hingga peralatan tari soka papak.

 

bersamammm
FOTO- Rombongan wisatawan Belanda dan anggota Sanggar Bliran Sina Watublapi foto bersama, Minggu, 4 Agustus 2024.

 

Erna (64) satu dari 17 wisatawan Belanda yang mengunjungi Sanggar Bliran Sina ini. Ia tampak menikmati atrakasi seni budaya di sanggar ini.  Gawai pintar di tangan kanannya tak berhenti untuk mengambil foto dan video selama aktivitas wisata.

"Ini pertama kalinya saya ke tempat ini dan ke Flores. Tarian tradisional ini sangat indah dan menakjubkan. Wanita-wanita yang seumuran dengan saya menarik dengan indah, pakaian mereka cantik. Ini tidak terlupakan,"kata Erna kepada TribunFlores.com.

Wanita paruh baya ini juga melihat proses membuat kain tenun ikat mulai dari penyediaan bahan baku dari alam, pewarnaan alam hingga menenun.

"Ini seni yang sangat indah. Semoga saya bisa kembali untuk menenun,"ungkap Erna sambil tertawa.

mlihat tenun ikat
TENUN- Wisatawan Belanda melihat tenun ikat yang dipajang di pasar Sanggar Bliran Sina Watublapi, Minggu, 4 Agustus 2024.

 

Yosef Gervasius, ketua sanggar ini menyampaikan aktivitas wisata di Sanggar Bliran Sina Watublapi menawarkan atraksi budaya dan agrowisata mulai dikembangkan baru-baru ini.

"Atraksi budaya ini menjadi ciri khas dari sanggar kami. Tari tradisional tua reta lo'u menjadi daya tarik utama untuk memancing wisatawan. Tapi fokus utama kami untuk tenun ikat ini, karena pendapatan yang palin besar dari penjualan tenun ikat para anggota sanggar,"kata Yosef juga berprofesi sebagai guru ini.

Yosef mengakui, sanggar yang didirikan tahun 1988 ini selalu dikunjungi wisatawan mancanegara. Sanggar yang beranggotakan 33 orang yang aktif ini memberikan dampak ekonomi baik dari tenun ikat maupun  melalui pentas tarian.

Kata Yosef, sanggar ini dibuka setiap hari. Wisatawan mancanegara maupun lokal bisa berkunjung dengan melakukan pemesanan terlebih dahulu. 

"Tempat ini dibuka setiap hari. Untuk harga itu per paket mulai dari Rp 250 ribu, wisatawan bisa melihat proses membuat tenun ikat,"pungkasnya.

 

Berita TribunFlores.com lainnya di Google News

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved