Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Selasa 20 Agustus 2024, Kekayaan Sarana Keselamatan

Mari simak renungan harian Katolik Selasa 20 Agustus 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Kekayaan Sarana Keselamatan.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
PATER JOHN LEWAR SVD - Sosok Pater John Lewar, SVD. Mari simak renungan harian Katolik Selasa 20 Agustus 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Kekayaan Sarana Keselamatan. 

Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Meditatio:

Orang yang berharta bisa memiliki apa saja, bisa membeli apa saja, bisa 
pergi ke mana saja, bisa menikmati fasilitas apa saja, tetapi ia tidak bisa 
membeli surga. Surga akan menjadi milik siapa saja, dimasuki oleh siapa
saja yang Allah kehendaki, bukan dengan membeli tetapi dengan 
memberi.

Dikisahkan dalam injil Matius hari ini, bahwa seorang muda yang kaya 
akan harta, pergi meninggalkan Yesus dengan sedih sebab hartanya 
banyak. Hartanya yang banyak tidak bisa untuk membeli surga, bukan 
saja karena tidak cukup untuk membelinya, tetapi juga karena ia harus 
memberikan hasil segala harta milik yang dimiliki dan dijual tersebut 
kepada orang-orang miskin, dan itu yang dia tidak mau. Terlalu berat 
permintaan Yesus. Hal itu tidak mungkin bagi si muda yang kaya harta 
itu. Upayanya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga terhalang oleh 
hartanya yang banyak.

Menanggapi reaksi si muda yang kaya harta, Yesus berkata kepada 
murid-murid-Nya, Aku berkata kepadamu: Sungguh, sukar sekali bagi 
orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku 
berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum 
daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga (Mat 19:23-34). 

Pernyataan Tuhan Yesus tersebut menjadi pengingat kita semua untuk 
berani melepaskan kelekatan-kelekatan duniawi yang kiranya dapat 
menghambat kita masuk ke Kerajaan Allah. Kekayaan, jabatan, harta 
benda, aneka gelar yang kita terima adalah sarana, bukan tujuan hidup 
kita. Bagaimana semuanya itu berdimensi sosial dan menjadi berkat bagi 
kita dan sesama

Dalam kelekatan dan kelepasan, jelas bahwa apa yang tidak mungkin 
tetap tidak mungkin. Apa yang tidak mungkin bisa berubah 
menjadi mungkin hanya jika ia mau bekerja sama dengan Allah dan hidup 
dalam rahmat-Nya. Sebab, untuk memperoleh hidup yang kekal, untuk 
masuk ke dalam Kerajaan Surga diperlukan semangat lepas bebas secara 
total dan yang dapat membebaskannya hanyalah Allah. Karena itu, “Ia 
tidak dapat mencapai tujuan akhirnya (masuk ke dalam Kerajaan Surga, 
red) tanpa bantuan rahmat” (Katekismus Gereja Katolik, No. 308).

Gereja juga mengajarkan agar kita dapat mempergunakan harta yang 
kita punya secara wajar dan benar. Kita mempergunakan benda tercipta 
secara wajar: Iman akan Allah yang esa mengajar kita mempergunakan 
segala sesuatu yang bukan Allah, sejauh hal itu mendekatkan kita kepada 
Allah, dan melepaskannya, sejauh ia menjauhkan kita dari Dia (Mat 
19:23-24) (Katekismus Gereja Katolik, No. 236).

Kekayaan adalah sarana untuk mengabdi Allah dan mencintai sesama. 
Kita memang membutuhkannya selama hidup di dunia ini. Kekayaan 
bukan tujuan, tetapi sarana keselamatan.
Melalui sabda Tuhan hari ini kita diingatkan untuk menggunakan 
kekayaan dengan bijaksana, agar tidak menjadi penghambat bagi kita 
masuk ke dalam surga. Bagaimana kita bisa lepas bebas dan tidak lekat 
dengan kekayaan duniawi.

Ada nasihat yang mengatakan, “Janganlah kita bangga dengan rumah 
kita, karena rumah kita yang terakhir kuburan atau tempat abu jenasah. 
Jangan bangga dengan gelar kita, karena gelar terakhir kita adalah 
almarhum atau almarhumah. Jangan bangga dengan mobil kita, karena 
mobil yang akan kita pakai terakhir adalah mobil ambulan”.

Missio:

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved