Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Senin 26 Agustus 2024, Manis di Bibir Lain di Hati
Mari simak renungan harian Katolik Senin 26 Agustus 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Manis di Bibir Lain di Hati.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Dan kalian berkata, ‘Bila bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.’ Hai kalian orang-orang buta, manakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi bait suci, ia bersumpah demi bait suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi surga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
Ungkapan “manis di bibir lain di hati” tentunya kita sudah sering
mendengarnya. Apa yang dikatakan belum tentu sama dengan apa yang
ada dalam hati. Ucapannya bisa begitu manis terdengar, tetapi isi hatinya
penuh dengan kebencian atau kemarahan. Setiap kita membutuhkan
kejujuran. Apa yang dikatakan selaras dengan apa yang ada di hati. Apa
yang ada di dalam hati itulah yang dinyatakan.
Mereka yang konsisten, tidak hidup dalam kepura-puraan adalah pribadi yang berintegritas.
Saya punya seorang sahabat bernama Brayen. Dia sedang bergumul
dengan salah satu anak bimbingannya. Dalam penuturannya ketika
bercakap-cakap dengan saya, dia menceritakan bahwa anak
bimbingannya ini bisa dikatakan bermuka dua. Ketika berhadapan
dengannya dia seakan patuh dan menurut.
Tetapi saat dia sudah pergi, anak itu tidak mau melakukan apa yang dia katakan. Tentu saja Brayen
dibuat pusing karena tidak tahu apa maunya anak ini, karena di satu sisi
kelihatannya dia menurut, namun disisi lain dia membantah
komitmennya. Mendengar ceritanya, saya hanya bisa berkata sabar saja,
ini ujian buat kamu agar lebih tabah karena orang dengan tipe unik
namun menyebalkan seperti ini akan membuat kita belajar memiliki
karakter kesabaran.
Tuhan Yesus dalam bacaan injil pada hari ini, mengecam para ahli taurat
dan orang farisi. Ia mengkritik perilaku, cara hidup mereka yang tidak
sesuai dengan apa yang mereka katakan. Orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat mengajarkan Kitab Suci dan mengajak orang untuk percaya
kepada Allah, tetapi perilaku mereka sendiri tidak sesuai dengan apa
yang mereka ajarkan.
Mereka bersikap munafik dan meletakkan beban pada orang-orang yang
mendengarkan pengajaran mereka. Mereka hanya pandai berbicara,
tetapi tidak mampu memberikan contoh yang baik. Bahkan, mereka
sering mencari keuntungan diri dengan kedok pengajaran isi Kitab Taurat.
Akibatnya, mereka menjadi batu sandungan bagi pertumbuhan iman dan
kekudusan orang-orang pada masa itu. Akar dari semua masalah itu
adalah kemunafikan. Yesus menemukan kesenjangan antara penampilan
dan kenyataan, antara apa yang mereka katakan dan apa yang mereka
lakukan.
Perilaku seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini masih sering
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin kita sendiri
pernah atau malah sering melakukannya.
Seruan-seruan kritis Yesus itu dapat kita jadikan checklist pemeriksaan
batin untuk melihat kehidupan iman kita. Apakah tutur kata dan tingkah
laku kita di hadapan sesama sejalan dengan iman yang kita yakini?
Apakah kita sungguh-sungguh menghidupi iman kita dalam kata dan
perbuatan? Sayangnya, dewasa ini banyak orang menghayati kehidupan
keagamaan yang dikomersialkan, tanpa antusiasme dan kemurahan hati,
tanpa sukacita dan keterbukaan. Ini adalah kultus kosong yang
memuliakan Allah dengan bibir, sementara hati mereka sebenarnya
sangat jauh dari-Nya.
Kritik Yesus terhadap orang Farisi dan para ahli Taurat ini adalah juga
panggilan yang mendesak kita untuk melepaskan topeng-topeng kita,
agar kita menampilkan wajah kita yang sesungguhnya. Jika kita hidup
tanpa topeng di hadapan Tuhan dan sesama, wajah kita akan menjadi
sumber cahaya dan sumber kedamaian bagi mereka yang bertemu
dengan kita. Itu karena wajah kita memancarkan cahaya sebagai buah
dari relasi kita yang mesra dengan-Nya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.