Berita Sikka

Kepala SMPN Henga Sikka: Kami Ujian di Atas Bukit Sudah Memasuki Tahun Kedua

Sebanyak 31 siswa kelas delapan di SMP Negeri Henga di Desa Henga, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT mengikuti gladi bersih Analisis Nasional

Penulis: Arnol Welianto | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLDUS WELIANTO
Kepala SMPN Henga, Silvina Sinta. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Sebanyak 31 siswa kelas delapan di SMP Negeri Henga di Desa Henga, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT mengikuti gladi bersih Analisis Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di atas bukit Tobikulubelek yang berlangsung selama 2-5 September 2024. 

Hal ini terpaksa dilakukan karena di sekolah tempat asal mereka tidak ada akses jaringan internet.

Puluhan siswa harus berjalan kaki sejauh satu kilometer dari sekolah mereka, melintasi jalan setapak di perbukitan untuk mengikuti gladi bersih menjelang ujian ANBK yang akan dilaksanakan pada 9-10 September 2024 mendatang.

Kepala SMPN Henga, Silvina Sinta menuturkan minimnya akses internet ini membuat pihak sekolah terpaksa menyelenggarakan kegiatan ANBK diatas bukit sudah memasuki tahun kedua.

"Di sekolah tidak ada jaringan internet sehingga kami laksanakan diatas bukit sudah tahun kedua ini,"ujarnya Kamis 5 September 2024.

Meski demikian, Karena terkendala jaringan internet saat berlangsungnya gladi ANBK, para siswa ini terpaksa harus bertahan diatas bukit hingga larut malam.

"Saat sementara berlangsung kegiatan, jaringan hilang sehingga kami bertahan di atas bukit hingga jam 8 malam," ujarnya.

Baca juga: Miris, Tower BTS di Sikka NTT Hanya Sebatas Tiang, Jaringan Tidak Ada 

 

 

Kata dia, memang ada alternatif lain untuk nebeng di sekolah lain namun pihak sekolah terkendala dengan biaya operasional dari sekolah asal ke lokasi ujian ANBK di Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.

Dikatakannya, di SMPN Henga mempunyai satu unit penguat jaringan internet bantuan dari pemerintah Kabupaten Sikka namun tidak digunakan pihak sekolah karena terkendala biaya operasional pengisian pulsa.

"Ada satu unit untuk penguatan jaringan bantuan dari pemerintah namun kami sendiri isi pulsa, kami tidak mampu karena sekali isi biayanya sekitar 1 juta rupiah dan tergantung pemakaian, tapi hingga saat ini kami tidak gunakan," ujarnya.

Selain kesulitan akses jaringan internet, di sekolah tersebut masih terkendala dengan laptop untuk operator karena satu unit laptop yang digunakan operator sekolah tidak stabil.

Minimnya akses internet ini juga membuat para guru harus naik ke bukit setiap hari untuk mencari informasi dari Dinas PKO Sikka untuk mengupdate informasi. Meski ditengah cuaca buruk, para guru rela untuk tetap bertahan di atas bukit untuk mengupdate informasi dari Dinas PKO maupun instansi pemerintah lainnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved