Penganiayaan Jurnalis di Manggarai

Pemimpin Redaksi Floresa Ceritakan Kronologi Dianiaya Aparat di Poco Leok, Manggarai NTT

Kejadian ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap kebebasan jurnalistik, terutama dalam konteks peliputan isu-isu publik yang krusial.

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/TANGKAPAN LAYAR
AKSI MASSA - Sejumlah elemen masyarakat mengecam keras aksi bentrok antara masyarakat dan aparat keamanan yang terjadi di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, pada Rabu, 2 Oktober 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Pemimpin Redaksi Floresa, Herry Kabut,  mengalami tindak kekerasan dari aparat kepolisian saat meliput aksi unjuk rasa warga di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, Rabu 2 Oktober 2024. 

Aksi tersebut merupakan protes menentang proyek geotermal yang kontroversial di daerah itu.

Dalam insiden yang memprihatinkan ini, Herry tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga ponselnya dirampas oleh polisi. Aparat memeriksa isi ponselnya tanpa alasan yang jelas, tindakan yang dinilai melanggar privasi dan kebebasan pers. 

Kejadian ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap kebebasan jurnalistik, terutama dalam konteks peliputan isu-isu publik yang krusial.

Baca juga: BEM IFTK Ledalero dan JPIC OFM Indonesia Kecam Aksi Kekerasan Aparat di Poco Leok Manggarai

 

Floresa secara resmi merilis kronologi lengkap peristiwa tersebut, yang ditulis langsung oleh Herry. 

Herry Kabut yang berusaha dikonfirmasi TribunFlores.com sejak, Rabu, 2 Oktober 2024, namun baru bisa memberi keterangan pada Kamis, 3 Oktober 2024 sekira pukul 23.40 WITA.

Herry mengaku saat ini dirinya berada di tempat yang aman.

"Saya sudah ada di tempat yang cukup aman," kata Herry melalui pesan WhatsApp kepada TribunFlores.com.

Dia juga memberi ijin TribunFlores.com untuk mengutip kronologis kejadian saat dirinya mengalami kekerasan saat meliput aksi di Poco Leok, Kabupaten Manggarai.

Berikut kronologinya:

Saya mulai ditangkap aparat keamanan sekitar pukul 14.37 dan baru dilepaskan pukul 18.00 Wita. Inilah cerita saya.

Pada 2 Oktober, saya berangkat menuju Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai setelah mendapat informasi bahwa tiga orang warga adat Poco Leok ditangkap aparat keamanan dalam aksi unjuk rasa menolak proyek geotermal. 

Informasi itu menggerakkan saya untuk meliput aksi itu.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved