Wisata Flores Timur
Rehat Sejenak dan Isi Tenaga di Bukit Tanjung Cinta Eputobi Flores Timur
Bukit Tanjung Cinta Eputobi salah satu tempat rehat perjalanan terbaik sambil menikmati kopi yang terletak di Jalur Trans Flores Larantuka-Maumere.
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Cristin Adal
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Bukit Tanjung Cinta Eputobi salah satu tempat bersantai terbaik yang terletak di Jalur Trans Flores Larantuka-Maumere. Tepatnya di Desa Lewoingu, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penggunaa jalan yang melewati destinasi wisata ini pasti memilih rehat sejenak untuk menikmati pemandangan perairan Tanjung Eputobi.
Selain perairan tanjung yang tenang, pengguna jalan atau wisatawan bebas menikmati keindahan alam seperti hutan bakau, Pulau Konga, Pulau solor, serta Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Sembari menikmati pemandangan yang eksotis, pengunjung bisa isi tenaga dengan segelas kopi hangat dan kelapa muda yang dijual pelaku UMKM di tempat ini.
Baca juga: Wisata Flores, Bukit Watunariwowo "Bukit Avatar" di Bajawa Ngada
Terdapat juga lopo-lopo yang disedikan UMKM tepat menghadap perairan Tanjung Eputobi untuk pengguna jalan yang rehat atau wisatawan.
Selain kopi, tersedia jagung titi, jagung tembak, kacang tanah, keripik singkong, pisang goreng, kerepe, buah nanas, rambutan, jambu, serta mie instan.
Elisabeth Kelang adalah satu dari belasan UMKM di Tanjung Eputobi. Ia menjajakan kopi leworok yang merupakan brand kopi andalan warga Titehena.
Ragam makanan lokal juga ia jual dari hasil suaminya yang menanam di kebun tak jauh dengan kampungnya di Desa Lewoingu.
Ia berjual di lapaknya menghadap langsung ke alam terbuka. Membuat pengunjung betah saat menikmati kopi dan mengunyah jagung titi.
Baca juga: 4 Cagar Budaya dan 2 Museum di Flores NTT, Tempat Wisata yang Dikunjungi Selain Pantai
"Kami bangga, menjual dari apa yang kami tanam. Memang prosesnya agak susah olah ubi menjadi kerepe. Kerepe itu bahan utama dari singkong, kita parut lalu kukus. Ini adalah makanan khas selain jagung titi," ceritanya.
Maria Goreti Tukan, pelaku UMKM lainnya, juga sibuk memutar kopi pesanan sejumlah pelanggan. Lapaknya dihiasi aneka tanaman bonsai atau miniatur pohon. Seperti Elisabet, Maria juga menjajakan makanan lokal seperti pisang, kacang goreng dan keripik.
Dalam sehari, ibu-ibu pejuang rupiah ini bisa meraup omzet Rp 350 ribu- Rp 600 ribu. Dijual sejak pukul 07.00 Wita hingga 20.00 Wita di wisata Tanjung Cinta Eputobi.
"Awalnya masih kecil, tempatnya juga kami bangun sederhana, atap pakai alang-alang. Sekarang sudah mulai berkembang. Kami juga menyediakan toilet yang tarifnya Rp 3.000 per orang," ucap Maria Goreti.
Menurutnya, selain warga lokal, tempat itu selalu disinggah para turis asing. Mereka kadang datang dengan kendaraan beriringan. Maria percaya usaha mereka kian berkembang karena wisatawan kagum dengan keindahan alam di sana.
"Ngopi di rumah itu memang sering, tapi kalau di alam terbuka akan beda. Kesannya lebih menarik," tuturnya.
Ricky Datin hendak pulang ke Desa Bokang Wolomatang setelah seleai dengan urusannya di Larantuka. Tanjung Cinta Eputobi selalu ia kunjungi saat pergi atau pulang kegiatan.
"Panorama alam di sini sangat lengkap, ada gunung, gugusan pulau, laut, hutan. Kita juga bisa melihat aktivitas nelayan mencari ikan," tutur Ricky Daton, salah satu pengunjung.
Menurutnya, beberapa tahun lalu lokasi itu sangat sepi karena tak ada aktivitas UMKM. Sejak ibu-ibu merambah usaha, areal itu bak transit antar para pelintas yang penuh dengan keramaian hingga gelak tawa.
"Orang-orang selalu singgah. Dari sini kita bisa lihat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki yang sesekali erupsi. Alam di sini sangat mewah," ucapnya.
Berita TribunFlores.com Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.