Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Katolik Hari Ini Minggu 15 Desember 2024, Penantian Penuh Sukacita
Mari simak renungan Katolik Minggu 15 Desember 2024.Tema renungan katolik penantian penuh sukacita.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”
Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
Minggu ke-3 Adven, dikenal sebagai Minggu Gaudete. Kita diajak untuk bersukacita dan
menemukan harapan akan kedatangan Tuhan. Bacaan-bacaan suci hari ini mendorong kita
untuk merayakan kehadiran Tuhan, menemukan kedamaian dalam kasih-Nya, dan
mempersiapkan hati kita bagi Yesus. Nabi Zefanya mengajak segenap bangsa Israel untuk
bersukacita: “Bersukacita dan bersorak sorailah hai puteri Sion, bergembiralah hai Isarel.
Bersukacitalah dan bersorak-sorailah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem”(Zefanya 3:
14). Dia minta mereka melupakan masa lalu yang suram dan buruk di tanah pembuangan
Babel; masa lalu penuh kejahatan dan kemerosotan moral.
Dia ajak orang Israel untuk bersukacita karena walau mereka berdosa dan salah, Allah tidak mendatangkan hukuman dan
kebinasaan tetapi tetap hadir sebagai penyelamat, penolong bagi mereka terhadap segala
bahaya. Tuhan sangat berbelaskasih kepada mereka, maka mereka tidak perlu cemas dan
takut. Sebab Tuhan ada di pihak mereka. Tuhan telah menghalau musuh-musuhnya (Zefanya
3:14-18a).
Santo Paulus memberi tahu kita untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan dan tidak perlu
khawatir tentang apa pun. Ia mendorong kita untuk berdoa dan mengucap syukur kepada
Tuhan, maka kita akan mengalami kedamaian dalam Tuhan. Kita bersukacita karena percaya
bahwa Allah itu dekat. Ketika kita berfokus pada Allah dan kasih-Nya kepada kita, kita dapat
menemukan kebahagiaan bahkan di masa-masa sulit.
Hidup di dalam Allah berarti damai dan tenang. Kedamaian ini tidak seperti kedamaian yang diberikan dunia. Kedamaian ini adalah
rasa tenang dan percaya yang mendalam bahwa Allah memelihara kita. Ketika kita merasa
cemas atau khawatir, kita dapat berpaling kepada Allah dalam doa dan mengalami
kedamaian-Nya. Santo Paulus mengingatkan kita untuk berfokus pada Tuhan dan berkat
berkat-Nya. Saat kita mempersiapkan Natal, marilah kita ingat untuk menemukan sukacita
dan kedamaian dalam hubungan kita dengan Tuhan dan membagikan sukacita itu kepada
orang lain (Filipi 4:4-7).
Dalam injil Lukas, Yohanes Pembaptis mengajak orang banyak untuk bersukacita. Dan
supaya sukacita itu menjadi penuh, maka orang harus berbagi. Orang banyak bertanya kepada
Yohanes:”Apa yang harus kami perbuat? Yang harus kita buat adalah meningkatkan amal
kasih, berlaku jujur, tidak serakah, tidak memeras, tidak merampas, mencukupkan diri
dengan penghasilan yang kita peroleh. Yohanes Pembaptis memberi kepada kita nasihat
nasihat praktis yang bisa kita lakukan. Barangsiapa mempunyai pakaian atau makanan
hendaklah membagi dengan mereka yang tidak memiliki. Jangan menagih lebih dari apa yang
telah ditentukan.
Apa yang harus kita lakukan di masa Adven ini? Pertama, memperteguh iman kita kepada
Tuhan. Kita percaya bahwa Tuhan itu baik dan tetap menyayangi kita. Sebagaimana Israel
berbuat jahat namun bertobat, maka Allah tetap mencintai mereka. Dosa dan kesalahan
mereka dihapus dan Allah menjaga serta memelihara umat yang percaya dan setia
kepadaNya. Kita pun patut melambungkan madah syukur karena Tuhan masih sangat
mencintai kita. Kita punya kekurangan dan dosa tetapi Dia masih tetap menjaga dan
memelihara kita.
Hendaklah kita pun bertobat dan menantikan kedatanganNya. Kita
menyatakan Syukur kepada Allah. Kedua, melakukan kebajikan. Bagi Rasul Paulus, sukacita
itu harus diwujudnyatakan dalam perbuatan baik kepada sesama. “ Bersukacitalah!
Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang”. Orang yang bersukacita adalah orang
yang dapat memberi dan bukan hanya menerima. Dengan melakukan sesuatu yang baik maka
orang dapat mengetahui kebaikan hati kita sedangkan orang yang tidak melakukan kebajikan
terhadap sesamanya berarti hatinya kosong oleh kebaikan.
Orang yang pelit jarang mengalami kebahagiaan karena selalu kuatir bahwa hartanya dan dirinya akan habis digerogoti orang lain. Ketiga, bersukacitalah dalam Tuhan. Kita bersukacita karena
belaskasihan dan kebaikan Tuhan kepada kita. Kita bersukacita karena berjumpa dengan
Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan nampak dalam kehidupan sehari-hari teristimewa dalam
keluarga. Gereja bergembira dan bersukacita karena anda berdua suami-istri telah
dikukuhkan dalam Sakramen Ekaristi. Perkawinan anda berdua adalah sebuah sakramen,
sebagai tanda kehadiran Allah Tritunggal dalam keluargamu. Pasangan suami istri percaya
bahwa Allah memberkati dan mencintaimu.
Berbahagialah anda suami istri karena masih setia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka. Bersukacitalah suami-istri bapa dan mama dan anak-anak, karena kamu saling mengasihi, membutuhkan, dan melengkapi. Sabar
walau kadang marah, mengerti satu sama lain, dan bersama saat makan, doa, dan pergi ke
gereja adalah wujud nyata kasih sayang tersebut. Bersukacitalah keluarga karena membangun
hubungan spiritual/rohani dengan Allah melalui doa dan ibadat, perayaan ekaristi, pembinaan
di lingkungan, sehingga kerinduan akan Sabda Allah tumbuh, iman makin tangguh,
kepasrahan meningkat, dan pengalaman dicintai Allah semakin dirasakan. Bersukacitalah
keluarga karena mempererat relasi kasih, saling memaafkan, menunjukkan sikap tenggang
rasa dan keberanian berkorban, serta sadar akan tanggungjawab pada generasi selanjutnya,
yakni anak-anak. Bersukacitalah keluarga karena ada kepedulian terhadap orang lain,
pelayanan tulus terhadap sesama, dan keteladanan hidup.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.