Renungan Katolik
Renungan Katolik Kamis 19 Desember 2024, Merawat Pengharapan
Mari simak renungan Katolik Kamis 19 Desember 2024.Tema renungan Katolik yaitu merawat pengharapan. Renungan katolik disiapkan oleh Bruder Pio Hayon.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia (Sukacita Kasih), yang dimaklumkan
pada 19 Maret 2016 lalu, Paus Fransiskus menghimbau keluarga-keluarga
Katolik agar menerima anak sebagai karunia dari Allah dengan keterbukaan hati
dan kasih sayang (Amoris Laetitia, No. 166). Karena anak adalah karunia dari
Allah, maka, kata Paus Fransiskus, Setiap anak adalah unik dan tidak
tergantikan…
Kita mengasihi anak-anak kita karena mereka anak-anak, bukan
karena mereka rupawan, atau mereka adalah seperti ini atau seperti itu; bukan,
karena mereka adalah anak! Seorang anak adalah seorang anak (Ibid., No.
170). Seorang anak adalah seorang anak, yang pada hakikatnya adalah karunia
atau anugerah dari Allah. Gereja Katolik, dalam Katekismus juga
mengajarkan, Anak bukanlah sesuatu yang dapat dituntut, melainkan suatu
anugerah. Jadi, “anugerah perkawinan yang paling unggul” adalah satu pribadi
manusia (Katekismus Gereja Katolik, No. 2378), yaitu anak.
Pasutri bernama Zakharia dan Elisabet ketika mereka menikah tentu juga
mengharapkan anugerah seorang anak, bahkan bisa jadi lebih dari seorang
anak. Mereka telah melakukan apa yang menjadi bagian mereka dan Allah
diharapkan juga melakukan apa yang menjadi bagian-Nya, menganuerahkan
keturunan bagi mereka. Mereka telah berusaha dan berdoa. Hal ini rupanya
dilakukan bukan hanya untuk waktu yang singkat, satu-dua tahun, namun
terus-menerus. Sebagai suami istri, mereka terus merawat pengharapan, yakni
suatu saat dapat menerima anugerah anak bagi mereka dan bagi masa depan
merek(https://mkk.or.id/renungan-detail.php?r=2072739318).
Ketika imam dari kalangan imam Abia ini bertugas sebagai imam di hadapan
Allah, dia masuk ke dalam Bait Allah Yerusalem, pusat pengharapan Umat Allah,
dan membakar ukupan di situ. Ia melihat seorang Malaikat Tuhan berdiri di
sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Tentu saja Zakharia menjadi takut,
bahkan terkejut atas kehadiran yang tidak biasa dari makhluk surgawi itu. Agar
ketakutan Zakharia segera sirna, malaikat itu segera berkata, Jangan takut, hai
Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan; Elisabet, istrimu, akan melahirkan
seorang anak laki-laki bagimu, dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.
Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan
bersukacita atas kelahirannya (Luk 1:13-14).
Malaikat itu, yang memperkenalkan diri sebagai Malaikat Gabriel (ay. 19),
berbicara kepada Zakharia cukup lama (dari ayat 13-17, dilanjutkan ayat 19
21). Namun, saya tidak akan mengutip semuanya. Cukup saya mengutip kata
kata malaikat itu pada ayat 13-14, terutama pada ayat 13, yang mana dia
berkata, Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan. Dari kata
kata tersebut, tampak bahwa Zakharia adalah seorang suami yang – selain
hidup benar di hadapan Allah, dan hidup menurut segala perintah serta
ketetapan dengan tidak bercacat (ay. 6) – setia dan tekun berdoa, antara lain
berdoa memohon anugerah anak.
Inilah cara dia merawat pengharapan hingga usia tua (ay. 18), demikian juga dengan usia perkawinan mereka. Allah pun
melakukan apa yang menjadi bagian-Nya. Ia mengabulkan doa Zakharia. Ia
bersama istrinya, akan menerima anugerah seorang anak laki-laki yang hendak
nya diberi nama Yohanes. Yohanes inilah yang ditentukan Allah sejak semula,
bahkan akan penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (ay. 15), untuk
menjadi perintis jalan bagi Mesias.
Dalam Injil hari ini kita renungkan beberapa hal: Pertama, setiap orang punya
pengharapan, yang disampaikan kepada Allah melalui doa-doa permohonannya.
Apakah dia berdoa dengan iman, harapan dan kasih, serta merawat
pengharapannya seperti dilakukan Zakharia dalam mengharapkan keturunan
anak? Kedua, banyak pasutri muda, hidup dalam usia produktif, namun mereka
belum ingin punya anak atau sudah ingin punya anak namun belum mendapat
anugerah anak dari Allah.
Apakah mereka mengharapkan dengan tekun dan merawat pengharapan tersebut dalam hari-hari hidup perkawinan mereka,
seperti dilakukan Zakharia dalam mengharapkan keturunan anak? Ketiga, Masa
Adven yang sudah memasuki Pekan Khusus Adven adalah masa penantian,
masa pengharapan akan kedatangan atau kelahiran Yesus sebagai Juruselamat.
Apakah kita merawat pengharapan kita akan kelahiran Yesus dan mempersiapkannya dalam doa, matiraga dan metanonia (pertobatan) serta dengan sukacita? Mari kita merawat apa pun yang menjadi pengharapan kita.
Seperti Zakharia yang setia merawat pengharapan akan anugerah anak hingga
usia tua, demikianlah kita perlu merawat pengharapan kita akan anugerah
tertentu, yang selama ini kita harapkan dari Allah
Missio:
Aku berkata dan bertindak benar dalam setiap langkah hidupku.
Doa:
“Ya Allah, aku menyadari bahwa tidak ada manusia yang luput dari penderitaan dan kesusahan. Namun aku percaya seperti yang Engkau janjikan bahwa orang yang benar pasti Kautolong seperti halnya Elisabet dan Zakaria. Maka aku tetap mempercayakan hidupku pada-Mu. Amin.”
Sahabatku yang terkasih.
Selamat Hari Kamis Pekan III Adven. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh
Kudus...Amin.
Berita TRIBUNFLROES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.