Wisata NTT
Mengenal Tiga Fosil Hewan Laut Penguasa Laut Purba Pulau Timor di Museum Geologi
Museum Geologi menyimpan fosil hewan laut berumur ratusan hingga puluhan juta tahun lalu yang pernah mendominasi lautan purba di Pulau Timor.
Belemnit
“Belemnite (belemnit)” berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata “belemnon” yang berarti anak panah atau lembing, yang mencerminkan bentuk runcing dari fosil belemnit yang umum ditemukan pada batuan sedimen.
Belemnit merupakan kelompok moluska yang berkerabat dengan cumi-cumi dan sotong modern, yang hidup pada periode Trias Akhir (234 juta tahun lalu) hingga Kapur Akhir, dan punah sekitar 65 juta tahun lalu bersamaan dengan punahnya amonit dan dinosaurus.
Meskipun memiliki struktur tubuh yang menyerupai cumi-cumi, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan dimana belemnit memiliki kerangka (kerangka) internal yang keras yang mempunyai bentuk menyerupai peluru dan disebut “ rostrum ”, dan bagian inilah yang sering dijumpai sebagai fosil.
Rostrum berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan daya apung belemnit selama berenang. Mimbar tersusun atas kristal kalsit berserat, dan dapat mengindikasikan cincin pertumbuhan seperti yang sering dijumpai pada pohon, yaitu menunjukkan umur belemnit. Fosil belemnit ditemukan di berbagai lokasi di Indonesia, khususnya pada batuan sedimen Mesozoikum diantaranya di Pulau Timor, Maluku, Kepulauan Misool – Papua, dan Sawahlunto – Sumatera Barat.
Crinoid
Fosil crinoid merupakan kelompok fosil hewan laut dari filum echinodermata, kelas crinoidea (lili laut) yang biasa hidup di laut hingga kedalaman 6000 meter. “Crinoid” berasal dari bahasa Yunani “krinon” yang artinya lili.
Crinoid pertama kali muncul di lautan pada pertengahan Kambrium, yaitu sekitar 300 juta tahun sebelum kemunculan dinosaurus. Hewan ini berkembang di era Palaeozoikum dan Mesozoikum, dan beberapa spesies yang masih hidup hingga sekarang.
Crinoid melimpah pada awal Karbon, sehingga Zaman Karbon disebut juga The Age of Crinoid . Meskipun kenampakan lili laut yang masih hidup pada era sekarang berbeda dengan fosilnya, namun dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana fosil crinoid hidup.
Fosil Crinoid memiliki dua bagian tubuh yang utama, yaitu: “Calyx” adalah bagian tubuh berbentuk mangkuk kecil yang berfungsi sebagai tempat masuknya makanan dan organ pencernaan, dan “Stem (lengan)” merupakan bagian tubuh menyerupai batang yang terdiri dari lempengan-lempengan menyerupai cakram (kolumnar) yang menumpuk satu sama lain, yang berfungsi menampung makanan.
Pada saat menjadi fosil, bagian-bagian tubuh seperti kelopak dan batang dapat terawetkan dengan baik dalam batuan sedimen. Di Indonesia, keberadaan fosil Crinoid hanya dapat ditemukan di Pulau Timor, Pulau Seram Timur, Kalimantan Barat, Pulau Rote, dan Papua. Di Pulau Timor sendiri setidaknya terdapat 239 spesies dari 75 genus, dimana 2/3 dari spesiesnya tidak ditemukan di tempat lain. Fosil tersebut berumur Perm Awal – Perm Akhir (272 - 251 juta tahun yang lalu).
Koleksi tersebut bukan sekedar benda mati, namun mereka menyimpan informasi berharga tentang kehidupan laut purba dan kondisi lingkungan selama mereka hidup di bumi. (Sumber:Badan Geologi)
Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.