Kematian Ibu dan Anak di Sikka

Dinkes NTT Akui Kekurangan Dokter Spesialis, Ibu Hamil dan Bayi Meninggal di Maumere

Maria Yunita (36), seorang ibu hamil dan bayinya meninggal dalam kandungan di RSUD TC Hillers Maumere pada Rabu, 9 April 2025. Peristiwa itu terjadi a

Editor: Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM/IRFAN BUDIMAN
KADINKES-Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) drg. Iien Adriany saat ditemui wartawan, Jumat (11/4/2025) 

TRIBUNFLORES-KUPANG.COM, KUPANG –Maria Yunita (36), seorang ibu hamil dan bayi di dalam kandungannya meninggal dunia di RSUD TC Hillers Maumere pada Rabu, 9 April 2025. Peristiwa itu terjadi akibat ketiadaan dokter spesialis anestesi yang dibutuhkan untuk melakukan operasi.

Laporan POS-KUPANG.COM, Maria Yunita dilarikan ke RSUD TC Hillers setelah mendapatkan rujukan dari Puskesmas Beru, Sikka.

Namun, saat tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD), diinformasikan bahwa tidak ada dokter anestesi untuk melakukan operasi. 

Pihak rumah sakit kemudian melakukan komunikasi dengan rumah sakit di luar kabupaten itu, tetapi karena tarik ulur waktu, nyawa Maria dan bayinya tidak tertolong.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) drg. Iien Adriany yang ditemui POS-KUPANG.COM mengakui bahwa di NTT memang mengalami kekurangan tenaga dokter spesialis.

Baca juga: DPRD Sikka Pertanyakan Mundurnya Dua Dokter Anestesi dari RSUD Maumere: Ada Apa?

"Sebetulnya NTT kekurangan dokter. Kalau pun ada misalkan hanya satu orang dan juga punya hak cuti. Kalau cuti ya terjadi kekosongan dokter," katanya.

Ia mencontohkan kondisi kekosongan dokter terjadi di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang. Di Kabupaten Sabu Raijua mengalami kekurangan dokter spesialis anak dan radiologi. Sementara di Kabupaten Kupang ketiadaan dokter spesialis penyakit dalam. 

Kekurangan dokter menurutnya, tidak hanya terjadi di dua kabupaten, tetapi ada juga di wilayah lain di NTT.

Terkait peristiwa di RSUD TC Hillers, Iien Adriany mengatakan bahwa rumah sakit tersebut memiliki dua dokter anestesi. Satu berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) dan satu tenaga kontrak.

“Dokter anestesinya ada dua. Satu ASN satunya tenaga kontrak. Intinya, (mereka) menghendaki untuk mendapat insentif yang lebih, tetapi karena keuangan daerah tidak memungkinkan, yang terjadi seperti itu,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa dokter PNS yang bertugas di RSUD TC Hillers sebenarnya sudah mengajukan pengunduran diri sejak Februari lalu. Namun pengunduran diri itu belum diterima karena dokter masih sangat dibutuhkan.

Untuk sementara waktu, kata Iien, pihak RS sudah mendatangkan seorang dokter dari RS Komodo Labuan Bajo yang akan bertugas hingga akhir April 2025.

Kadis Kesehatan NTT mengakui, situasi seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Namun saat itu, Dinas Kesehatan masih memiliki kewenangan untuk memindahkan dokter sesuai kebutuhan. Sekarang kebijakan tersebut tidak bisa dilakukan.

“Tahun sebelumnya kita punya kewenangan untuk izin, tetapi sekarang kewenangan itu bukan ada di kita,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa tidak mudah untuk menarik dokter spesialis praktik NTT. Menurutnya dibutuhkan daya tarik tertentu.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved