Prakiraan Cuaca

BMKG Ungkap Penyebab Pertumbuhan Potensi Hujan Lokal pada Sore hingga Malam Hari

Indonesia masih dipengaruhi pola peralihan musim yang ditandai dengan perbedaan suhu udara signifikan pagi hingga siang hari. 

Penulis: Cristin Adal | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/KRISTIN ADAL
CUACA- Hujan lokal saat sore hari di kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan sepekan ke depan, wilayah Indonesia masih dipengaruhi peralihan musim yang ditandai perbedaan suhu udara signifikan pagi hingga siang hari. 

Proses konvektif yang tinggi pada pagi hingga siang hari akibat intensitas radiasi matahari, menyebabkan pertumbuhan potensi hujan lokal pada sore hingga malam hari. 

Selain itu, fenomena MJO diperkirakan konsisten berada di wilayah selatan Indonesia hingga beberapa hari mendatang. Aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin juga diprakirakan masih berpropagasi di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan.

Bibit siklon tropis 91W masih terpantau di Laut Cina Selatan, dengan kecepatan angin maksimum sebesar 15 knots, tekanan di pusat siklon 1007 hPa, dan pergerakan ke arah Barat Laut. 

 

Baca juga: Harga Tiket Kapal Pelni KM Tilongkabila 2025, Lengkap Semua Rute

 

 

Sistem ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin memanjang dari Kalimantan Utara hingga Perairan utara Kalimantan, Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Timur, Selat Makassar, Laut Cina Selatan, dan di sekitar daerah bibit siklon tropis tersebut. 

Kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan gelombang Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama diperkirakan aktif di sebagian besar Laut Andaman, perairan utara Aceh, Laut Cina Selatan, dan Laut Sulu, sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.

Sirkulasi Siklonik diprediksi berada di Samudra Hindia barat Sumatra Barat, Perairan selatan Banten, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, dan di Laut Banda, yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin memanjang di Samudra Hindia selatan Jawa, dari Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tenggara, dan Laut Seram hingga Maluku. 

Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan sebagai salah satu indikator terjadinya cuaca ekstrem, meskipun dengan cakupan area hujan yang tidak sebesar yang biasa terjadi pada periode musim hujan.

 

Baca juga: BMKG: Perahu Nelayan dan Kapal Fery Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Samudra Hindia Selatan NTT

 

Di sisi lain, pergerakan massa udara kering dari benua Australia tetap mengindikasikan penurunan curah hujan di sebagian wilayah, seiring dengan masuknya musim kemarau. 

Kondisi ini juga memicu peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian selatan, serta kenaikan tinggi gelombang di Laut Andaman, Perairan selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur, dan Laut Coral.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved