Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025, Tidak Penting Rebut Harta Kekayaan
Mari simak renungan harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025. Tema renungan harian Katolik tidak penting rebut harta kekayaan.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.’
Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah!’
Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
Tidak sedikit keluarga yang terpecah, saling bertikai, bahkan saling membunuh hanya karena memperebutkan harta warisan. Bagi orang yang serakah, harta akan dipandang lebih bernilai daripada hidup seseorang. Yesus juga dihadapkan pada kasus pembagian harta warisan. Pada zaman-Nya, sudah menjadi kebiasaan orang-orang membawa perselisihan mereka kepada para rabi untuk diselesaikan. Namun, Yesus menolak untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Sebaliknya, la memberikan nasihat kepada mereka yang berselisih itu melalui perumpamaan. Yesus tidak mengkritik soal harta warisan, tetapi la mengkritik sifat egois dan serakah yang lebih mementingkan diri sendiri daripada berbagi dengan banyak orang yang membutuhkan. Perumpamaan Yesus tentang orang kaya yang bodoh sebenarnya hendak menunjukkan tipikal orang yang telah kehilangan rasa peduli terhadap orang lain. Bagi orang yang tidak memiliki rasa peduli, hidup adalah menghabiskan harta yang dikumpulkan untuk dirinya sendiri. Sayangnya, ketika nyawanya diambil oleh Sang Pencipta, tampak bahwa semua harta yang dikumpulkannya itu akan menjadi sia-sia belaka. Sebab bukan dia yang menikmati harta itu, melainkan orang lain.
Dalam perumpamaan ini, Yesus mengajarkan pentingnya menggunakan harta secara tepat dan bermanfaat. Sebab bukan hartalah yang menjadi persoalan, melainkan ketamakan dan keserakahan akan harta itulah yang membahayakan. Yesus mengatakan dengan tegas, "Walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak berasal dari kekayaan itu." Hidup adalah dari Allah, dan kekayaan yang dinoiliki juga perlu memberikan manfaat kepada Allah melalui perbuatan baik kepada sesama.
Ada baiknya kita ingat bahwa kekayaan, jabatan, dan status terhormat adalah jerat bagi hidup kita jika kita tidak hati-hati mengendalikannya. Kita semua sama di hadapan Tuhan, dan apa yang kita miliki semata-mata adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk kepentingan dunia, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Menjadi kaya di dunia ini bukanlah dosa. Akan tetapi, ketamakan akan kekayaan, sehingga menutup mata dan hati pada penderitaan orang lain, adalah dosa. Kekayaan hendaknya mendekatkan kita kepada Allah dan sesama, bukannya menjauhkan kita dari Allah dan sesama. Sebenarnya, apa harta kita yang sesungguhnya dalam hidup ini?
Tuhan, bebaskanlah kami dari segala ketamakan dan keterikatan pada harta benda. Semoga kami sepenuhnya menginginkan Engkau sebagai harta kami yang sesungguhnya. Tolonglah kami supaya kami dapat menggunakan harta yang Engkau berikan dengan baik sehingga bermanfaat bagi kemuliaan nama-Mu serta bagi kebaikan sesama, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan. Amin. (Sumber iman katolik.com/kgg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.