Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025, Tidak Penting Rebut Harta Kekayaan

Mari simak renungan harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025. Tema renungan harian Katolik tidak penting rebut harta kekayaan.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
GEREJA MATALOKO BAJAWA - Gereja Mataloko di Bajawa, Ngada, Flores, NTT, 2025.Mari simak renungan harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025. Tema renungan harian Katolik tidak penting rebut harta kekayaan. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak renungan harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025.

Tema renungan harian Katolik tidak penting rebut harta kekayaan.

Renungan harian Katolik disiapan untuk hari Minggu Biasa XVIII, Santo Stefanus I, Paus dan Martir, dengan warna liturgi hijau.

Renungan harian Katolik ada dibagian akhir artikel ini.

Adapun bacaan liturgi Katolik hari Minggu 3 Agustus 2025 adalah sebagai berikut:

Baca juga: Teks Misa Sore Minggu 3 Agustus 2025 Hari Biasa Pekan XVIII

 

Bacaan Pertama Pkh. 1:2; 2:21-23

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, sungguh kesia-siaan belaka! Segala sesuatu adalah sia-sia. Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah mencari hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagianya kepada orang lain yang tidak berlelah-lelah untuk itu.

Ini adalah kesia-siaan dan kemalangan yang besar. Apakah faedah yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati; bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Ini pun adalah kesia-siaan.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Mazmur Tanggapan: Mzm. 90: 3-4, 5-6, 12-13, 14,17

Ref. Tuhan Engkaulah tempat perlindungan kami turun-temurun

Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, “Kembalilah, hai anak-anak manusia!” Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.

Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.

Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, berapa lama lagi? dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami teguhkanlah!

Bacaan Kedua Kol. 3:1-5.9-11

Saudara-saudara, kamu telah dibangkitkan bersama Kristus. Maka carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sisi kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah.

Kristuslah hidup kita. Apabila Dia menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.


Janganlah kamu saling mendustai lagi, karena kamu telah menanggalkan manusia-lama beserta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia-baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Penciptanya.

Dalam keadaan yang baru itu tiada lagi orang Yunani atau Yahudi, orang bersunat atau tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka; yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Bait Pengantar Injil: Mat 5:3,2/4

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Bacaan Injil: Lukas 12:13-21

Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.”

Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.”

Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.’

Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku.

Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah!’

Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik 

Tidak sedikit keluarga yang terpecah, saling bertikai, bahkan saling membunuh hanya karena memperebutkan harta warisan. Bagi orang yang serakah, harta akan dipandang lebih bernilai daripada hidup seseorang. Yesus juga dihadapkan pada kasus pembagian harta warisan. Pada zaman-Nya, sudah menjadi kebiasaan orang-orang membawa perselisihan mereka kepada para rabi untuk diselesaikan. Namun, Yesus menolak untuk menyelesaikan perkara tersebut. 

Sebaliknya, la memberikan nasihat kepada mereka yang berselisih itu melalui perumpamaan. Yesus tidak mengkritik soal harta warisan, tetapi la mengkritik sifat egois dan serakah yang lebih mementingkan diri sendiri daripada berbagi dengan banyak orang yang membutuhkan. Perumpamaan Yesus tentang orang kaya yang bodoh sebenarnya hendak menunjukkan tipikal orang yang telah kehilangan rasa peduli terhadap orang lain. Bagi orang yang tidak memiliki rasa peduli, hidup adalah menghabiskan harta yang dikumpulkan untuk dirinya sendiri. Sayangnya, ketika nyawanya diambil oleh Sang Pencipta, tampak bahwa semua harta yang dikumpulkannya itu akan menjadi sia-sia belaka. Sebab bukan dia yang menikmati harta itu, melainkan orang lain. 

Dalam perumpamaan ini, Yesus mengajarkan pentingnya menggunakan harta secara tepat dan bermanfaat. Sebab bukan hartalah yang menjadi persoalan, melainkan ketamakan dan keserakahan akan harta itulah yang membahayakan. Yesus mengatakan dengan tegas, "Walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak berasal dari kekayaan itu." Hidup adalah dari Allah, dan kekayaan yang dinoiliki juga perlu memberikan manfaat kepada Allah melalui perbuatan baik kepada sesama.

Ada baiknya kita ingat bahwa kekayaan, jabatan, dan status terhormat adalah jerat bagi hidup kita jika kita tidak hati-hati mengendalikannya. Kita semua sama di hadapan Tuhan, dan apa yang kita miliki semata-mata adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk kepentingan dunia, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Menjadi kaya di dunia ini bukanlah dosa. Akan tetapi, ketamakan akan kekayaan, sehingga menutup mata dan hati pada penderitaan orang lain, adalah dosa. Kekayaan hendaknya mendekatkan kita kepada Allah dan sesama, bukannya menjauhkan kita dari Allah dan sesama. Sebenarnya, apa harta kita yang sesungguhnya dalam hidup ini? 

Tuhan, bebaskanlah kami dari segala ketamakan dan keterikatan pada harta benda. Semoga kami sepenuhnya menginginkan Engkau sebagai harta kami yang sesungguhnya. Tolonglah kami supaya kami dapat menggunakan harta yang Engkau berikan dengan baik sehingga bermanfaat bagi kemuliaan nama-Mu serta bagi kebaikan sesama, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan. Amin. (Sumber iman katolik.com/kgg).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved