Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Katolik Hari Ini Senin 4 Agustus 2025, Belajar Berbagi dari yang Sedikit 

Mari simak renungan Katolik hari ini Senin 4 Agustus 2025. Tema renungan Katolik hari ini belajar berbagi dari yang sedikit.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
PATER JOHN LEWAR SVD - Sosok Pater John Lewar, SVD.Mari simak renungan Katolik hari ini Senin 4 Agustus 2025. Tema renungan Katolik hari ini belajar berbagi dari yang sedikit. 

Oleh: Pastor John Lewar SVD

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak renungan Katolik hari ini Senin 4 Agustus 2025.

Tema renungan Katolik hari ini belajar berbagi dari yang sedikit.

Renungan Katolik hari ini disiapkan untuk Senin Biasa XVIII, Peringatan Wajib Santo Yohanes Maria Vianney, Pengaku Iman, dengan warna liturgi putih.

Renungan Katolik hari ini ada dibagian akhir artikel ini.

Baca juga: Renungan Katolik Senin 4 Agustus 2025, Lima Roti dan Dua Ekor Ikan

 

Adapun Bacaan liturgi Katolik hari Senin 4 Agustus 2025 adalah sebagai berikut:

Bacaan Pertama Bil 11:4b-15

Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas bangsa ini.

Sekali peristiwa, dalam perjalanannya melintasi gurun pasir, orang-orang Israel berkata, “Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir tanpa bayar, akan mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tiada sesuatu pun yang kita lihat kecuali manna.”

Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah. Orang-orang Israel berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. 

Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng. Dan apabila embun turun di tempat perkemahan pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ.

Musa mendengar keluh-kesah bangsa itu, sebab orang-orang dari setiap keluarga menangis di depan pintu kemahnya.

Maka bangkitlah murka Tuhan dengan sangat, dan hal itu dinilai jahat oleh Musa. Maka berkatalah Musa kepada Tuhan, “Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk, dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia dalam pandangan-Mu? 

Mengapa Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? Akukah yang mengandung atau melahirkan bangsa ini? Mengapa Engkau berkata kepadaku, ‘Pangkulah dia seperti seorang inang memangku anak yang sedang menyusu? Bimbinglah dia ke tanah yang Kujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyangnya!” 

Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dan berkata, ‘Berilah kami daging untuk dimakan. Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. 

Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja; jika aku mendapat kasih karunia dalam pandangan-Mu, janganlah kiranya aku mengalami malapetaka!”

Demikianlah sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah

Mazmur Tanggapan Mzm 81:12-13.14-15.16-17

Ref: Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.

Umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku. Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti angan-angannya sendiri!

Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku; sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan, seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan para lawan mereka Kupukul dengan tangan-Ku.

Orang-orang yang membenci Tuhan akan tunduk kepada-Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya. Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil Mat 4:4b

Manusia hidup bukan saja dari makanan, melainkan juga dari setiap sabda Allah.

Bacaan Injil Matius 14:13-21

Sambil menengadah ke langit Yesus mengucapkan doa berkat; dibagi-bagi-Nya roti itu, dan diberikan-Nya kepada para murid.  Lalu para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak.

Sekali peristiwa, setelah mendengar berita pembunuhan Yohanes Pembaptis, menyingkirlah Yesus; dengan naik perahu Ia bermaksud mengasingkan diri ke suatu tempat yang sunyi. 

Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat, dari kota-kota mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Menjelang malam para murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya dapat membeli makanan di desa-desa.”

Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Mereka tidak perlu pergi. Kalian saja memberi makan mereka.” Jawab mereka, “Pada kami hanya ada lima buah roti dan dua ekor ikan.” 

Yesus berkata, “Bawalah ke mari.” Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Setelah itu Ia mengambil kelima buah roti dan kedua ekor ikan itu. Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikan-Nya kepada para murid. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak. 

Mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian potongan-potongan roti yang sisa dikumpulkan sampai dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu orang pria, tidak termasuk wanita dan anak-anak.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik

Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang hari ini sangat interesant. 
Yesus mengambil lima roti dan dua ikan tersebut, menengadah ke langit, 
mengucap syukur, dan memecah-mecahkannya. Dia kemudian 
memberikan makanan itu kepada para murid-Nya untuk dibagikan kepada 
orang banyak.

Makanan tersebut cukup untuk memberi makan sekitar 
lima ribu orang pria, belum termasuk wanita dan anak-anak. Orang-orang 
di sekitar tempat itu dibuat semakin takjub ketika sisa roti yang 
dikumpulkan dari antara mereka berjumlah dua belas bakul penuh. 
Mukjizat ini menunjukkan kuasa dan belas kasih Yesus, serta sebagai 
bukti bahwa Ia adalah roti hidup yang memelihara baik tubuh maupun 
jiwa. 

Kisah ini mengingatkan kita akan kasih Allah yang tidak mau seorang pun 
kelaparan. Lima roti dan dua ikan dibuat-Nya cukup untuk makan lima 
ribu orang, bahkan masih ada dua belas bakul tersisa. Yang tadinya 
sangat sedikit, justru malah sisanya berlipat ganda. Yang tadinya tidak 
mungkin (impossible) dijadikan sangat mungkin (possible).

Bagi Allah tidak ada yang mustahil, semua dapat terlaksana dengan baik sesuai 
dengan rencana dan kehendakNya sendiri. Kasih Tuhan selalu cukup. Ini 
adalah simbol bahwa kasih Tuhan tidak pernah terbatas. Ketika kita 
berbagi, kita tidak akan kekurangan. Justru kita akan melihat bahwa 
berkat Tuhan akan mengalir lebih banyak dari yang kita duga. 

Penginjil Matius (14: 13-21) memperlihatkan bagaimana Yesus mengajak 
para rasul untuk tidak mundur ketika berhadapan dengan perosalan yaitu 
harus memberi makan lima ribu orang. Yesus melibatkan mereka semua 
untuk karya ini secara bersama demi mengatasi persoalan yang besar ini. 
Yesus sendiri yang langsung mengambil prakarsa untuk menggandakan 
roti dan ikan. Para murid hadir dan menyaksikan hal itu. Dua belas bakul 
menjadi tanda keberlimpahan karena mereka ikut berperan dan 
bersyukur atas apa yang sudah diterima. 

Dari kisah injil ini, kita bisa belajar beberapa hal. Pertama, Iman dan rasa 
percaya kepada Tuhan. Mukjizat ini mengajarkan pentingnya memiliki 
iman kepada Tuhan. Meskipun murid-murid Yesus awalnya ragu dengan 
jumlah makanan yang sedikit, Yesus menunjukkan bahwa dengan iman, 
hal-hal yang tampaknya mustahil bisa terjadi. 

Kedua, kita bisa belajar bahwa dengan berbagi, kita tidak akan pernah 
kekurangan atau kehabisan. Justru berbagi itu akan mendatangkan 
kelimpahan. Bukan soal jika ingin mendapat banyak maka berilah banyak, 
tetapi memberi dengan ketulusan dan keiklasan. Langkah pertama bukan 
supaya mendapat sesuatu, tetapi memberi sesuatu dengan tulus iklas. 

Kita juga belajar tentang kekuatan dalam keterbatasan. Seringkali orang 
putus asa karena merasa tidak mampu berbuat banyak atau memberi 
banyak kepada orang lain. Ketika dia mempunyai sedikit, maka dia 
berpandangan tidak bisa berbuat apa-apa. Lima roti dua ikan menjadi 
daya dorong kita bahwa walaupun punya sedikit, tetapi kita bisa berbuat 
banyak.  

Ketiga, Bersyukur. Yesus mengucap syukur sebelum membagikan roti dan 
ikan. Ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Mengucap syukur itu 
tidak pernah ada ruginya. Sekecil apapun yang ada pada kita atau yang 
kita miliki, kita syukuri; mensyukuri semuanya yang kita terima dari 
Tuhan.

Jika disyukuri, justru akan menjadi berkelimpahan bahkan akan 
bertambah. Sementara sebanyak apapun, jika tidak disyukuri, akan selalu 
kurang dan kurang terus. Itulah berkat Ekaristi, perayaan syukur atas 
kasih Tuhan yang berlimpah-limpah yang kita terima dan peroleh. Jangan 
biarkan yang sedikit tetap menjadi sedikit. Dari sedikit yang kita miliki, 
kita bisa berbagi lima roti dan dua ikan kepada orang lain, untuk sesama 
kita.  

Doa:  

Ya Tuhan Yesus, ajar aku untuk berani datang kepadaMu, terlebih ketika 
sedang dalam persoalan. Ajarilah aku untuk berani membuka diriku serta 
berserah diri kepadaMu. Biarlah rahmat yang aku terima bisa juga aku 
bagikan kepada sesama yang berkekurangan..Amin 

Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Senin Pekan Biasa XVIII  Salam 
doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan 
Putera dan Roh Kudus...Amin  (Sumber the katolik.com/kgg).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved