Oleh: Pastor John Lewar, SVD
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Maret 2024.
Judul Renungan Harian Katolik Sikap yang benar dalam berdoa.
Renungan harian katolik disiapkan untuk pekan III Prapaskah 2024.
Renungan harian katolik disusun oleh Pastor John Lewar, SVD.
Sabtu 9 Maret 2024 merupakan Hari Sabtu Prapaskah III, Peringatan fakultatif Santa Fransiska Romana, Janda, Santo Gregorius dari Nyssa, Uskup dan Bapa Gereja, Empat puluh Martir dari Sebaste, dengan Warna Liturgi Ungu.
Baca juga: Teks Misa Hari Minggu Prapaskah IV Minggu 10 Maret 2024 dan Renungan Harian Katolik
Adapun Bacaan Liturgi Katolik Hari Sabtu 9 Maret 2024 adalah sebagai berikut:
Bacaan Pertama Hosea 6:1-6
"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."
Umat Allah berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita.
Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.
Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
Dan Tuhan berfirman, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 51:3-4.18-19.20-21b
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.
Bait Pengantar Injil Mzm 95:8ab
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
Bacaan Injil Lukas 18:9-14
"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.
Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Sabda Tuhan hari ini memperlihatkan sikap yang benar dalam berdoa. Yesus
memperlihatkan dua pria mengunjungi Gereja yang sama dan berdoa kepada
Tuhan yang sama. Namun ada perbedaan motivasi batin di antara keduanya.
Orang Farisi berdoa dengan motivasi batin: Ingin membanggakan diri di
hadapan Tuhan. Ia bangga dengan dirinya. Ia tampil beda, tidak sama seperti
orang lain, tidak seperti pemungut cukai. Ia merasa lebih suci, lebih bersih, lebih
benar. Ia bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina. Ia lebih taqwa,
berpuasa dua kali seminggu.
Ia lebih sosial, dengan memberikan sepersepuluh
dari segala penghasilannya dan memberikan derma. Ia mengucap syukur
kepada Allah, bukan atas segala rahmat yang Allah limpahkan kepadanya dan
yang telah ia terima dengan limpahnya, melainkan bersyukur atas
kehebatannya. Doa orang Farisi ini tidak ditujukan kepala Allah, sumber rahmat
dan berkat, tetapi ditujukan atau diarahkan kepada dirinya sendiri. Hatinya
sama sekali tidak tersentuh oleh kasih Allah yang telah dicurahkan kepadanya.
Hal yang menyentuhnya adalah apa yang telah ia buat atas jasanya sendiri.
Kelihatan dibalik doanya ada sikap mengadili orang lain. Selain itu model doa
orang Farisi ini mengandaikan bahwa ia sudah tidak butuh Tuhan lagi. Ia sudah
mampu menjadikan dirinya lurus dan benar tanpa bantuan Tuhan lagi. Orang
Farisi dalam perumpamaan hari ini adalah gambaran orang yang berdoa dengan
hati sombong, yang sudah tidak lagi membutuhkan Allah dan rahmat-rahmatnya
dan karena itu ia merasa tidak perlu memohon sesuatu kepada Allah. Orang
semacam ini selalu ada di segala zaman, mungkin juga ada dalam peristiwa dan
pengalaman doa kita setiap hari.
Sementara itu, Pemungut Cukai merendahkan diri di hadapan Allah. Si
Pemungut Cukai dengan perasaan takut datang kepada Allah. Dia memilih
tempat paling belakang. Dia menyadari kerapuhan dirinya dan sungguh
menyesali dosa-dosanya di masa lalu. Dia bersujud di hadapan Allah dan mohon
pengampunan atas dosa-dosanya, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”
Pemungut Cukai menyandarkan dirinya pada kekuatan dan belaskasih Allah.
Dalam kelemahan dan dosanya dia membuka diri bagi kerahiman Allah dan
kekuasaanNya. Dalam kerendahan hati dan kejujuran dia menemukan jalan
rahmat dan pengampunan.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Perumpamaan yang sangat inspiratif ini menjadi sebuah pembelajaran bagi
kita. Pertama, setiap doa, apa pun jenis doa: doa syukur atau permohonan atau
penyerahan atau pertobatan, perlu dilakukan dalam semangat kerendahan hati.
Di dalam Katekismus Gereja Katolik,” Kerendahan hati adalah dasar doa dan
karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rom 8:26).
Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di hadapan
Allah, manusia adalah seorang pengemis” (No. 2559)
Kedua, setiap orang adalah pendosa di hadapan Allah. Kebutuhan mendasar
seorang pendosa adalah belas kasihan Allah dan seorang pendosa yang rendah
hati tidak malu untuk mohon belas kasihan dari Allah. “Ya Allah, kasihanilah aku
orang berdosa ini “(Lukas 18:13) adalah doa yang perlu diserukan setiap hari.
Dalam Misa Kudus doa ini selalu diserukan dengan keyakinan, bahwa hati yang
remuk redam, yang sadar betul akan kesalahan dan kedosaannya, tidak akan
dipandang hina oleh Allah (Mazmur 51:19, Mazmur Tanggapan, bait kedua).
Ketiga, arah doa adalah tertuju kepada Allah, bukan kepada manusia.Oleh
karena itu, dalam doa orang bisa memuliakan Allah, tetapi tidak untuk
merendahkan martabat manusia. Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain (Lukas 18:11), jelas merupakan
sebuah doa yang merendahkan martabat manusia, orang lain, yang adalah
sesamanya. Inikah doa yang benar dan berkenan kepada Allah? Pasti tidak.
Itulah sebabnya, si Pemungut Cukai itu pulang sebagai orang yang dibenarkan
Allah, sedang orang lain itu, si orang Farisi, tidak.
Contemplasi:
Sikap yang benar dalam berdoa selalu didasarkan pada kerendahan hati dan
kejujuran. Bagaimana sikap doa kita sebagai orang beriman? Apakah kita akan
bersikap seperti orang farisi yang dengan angkuh berdoa kepada Tuhan dan
dengan sombong menpersalahkan orang lain? Atau apakah kita bersikap seperti
Pemungut Cukai yang dengan rendah hati mengaku kesalahannya di hadapan
Tuhan?
Doa:
Ya Tuhan, kasihanilah aku orang berdosa ini, yang sering menyombongkan diri, merasa berhak hidup dan apapun yang kulakukan...Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Sabtu. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News