Laporan Reporter TRIBUN-FLORES.COM, Berto Kalu
TRIBUN-FLORES.COM, LABUAN BAJO - Angka prevalensi tengkes atau stunting di Kabupaten Manggarai Barat, NTT, mengalami kenaikan dari 8,2 jadi 8,8 persen berdasarkan hasil timbang di Februari 2024. Menanggapi itu Pemerintah Manggarai Barat melakukan Audit tahap I.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat setda Kabupaten Manggarai Barat, Hilarius Madin menjelaskan stunting di daerah itu sempat turun dari 15 ke 9 persen di akhir tahun 2023.
"Kemudian dari 9 persen kita turunkan menjadi 8,2 persen. Ada dinamika terakhir mengalami kenaikan 0,6 persen sehingga menjadi 8,8 persen. Kita berhasil menurunkan 1 digit," ujar Hilarius saat membuka kegiatan Audit stunting di kantor bupati Manggarai Barat, Rabu 10 Juli 2024.
"Hanya barangkali kita terlena dengan peristiwa ini sehingga mengalami kenaikan 0,6 persen diakhir tahun kemarin. Kondisi ini jangan dianggap biasa-biasa saja. Kita semua harus terus bergerak," tambahnya.
Baca juga: Target Turunkan 5 Persen, Stunting di Manggarai Barat Naik 8,4 Persen
Hilarius mendorong agar berbagai program strategis dalam upaya menurunkan angka stunting terus digenjot. Salah satunya program bapak asuh.
Program bapak asuh untuk anak stunting mengusung konsep gotong-royong dengan mengajak para donatur, melalui pemberian dana pendamping untuk meningkatkan kualitas gizi anak.
Di Manggarai Barat, program ini melibatkan berbagai pihak mulai dari BUMN, hotel, BUMD, perbankan, TNI-Polri, pelaku pariwisata, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai bapak atau bunda asuh bagi anak stunting usia 6 sampai 23 bulan.
"Demikian juga dengan program-program lain yang berdampak pada menurunnya angka prevalensi stunting di Manggarai Barat," jelasnya.
Baca juga: 5 Desa di Sikka NTT GTerkena Dampak Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB), Rafael Guntur, menambahkan audit stunting bertujuan untuk mengetahui penyebab risiko, serta bagaimana upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus serupa. Selain itu untuk menganalisa faktor risiko stunting serta memberi rekomendasi penanganan kasus.
Audit tahap I ini dipusatkan di Desa Pangga, Kecamatan Kuwus. Alasannya karena kasus stunting di wilayah itu masih tinggi. Adapun sample yang diambil di Desa Pangga berjumlah 16 terdiri dari calon pengantin 1 orang, ibu hamil 4 orang, ibu pasca salin 2 orang, 5 baduta, dan 4 balita.
"Sudah dilakukan intervensi tetapi belum ada perubahan yang begitu baik dan juga karena ketersediaan data," pungkasnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News