Berita NTT

'Ayo Bangun NTT' Pesan Sang Pemimpin untuk NTT

Editor: Nofri Fuka
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Alumni Komunikasi UNWIRA Kupang, Mario Rensy, S.I.Kom.

Oleh: Alumni Komunikasi UNWIRA Kupang, Mario Rensy, S.I.Kom, 

TRIUNFLORES.COM, KUPANG - Dunia telah menapaki babak baru meninggalkan era 4.0, menuju pada penyempurnaan yang disebut sebagai Society 5.0 (era 5.0). Revolusi cepat telah dicapai dengan kehadiran artificial intelligence (AI), hingga Internet of Things (IoT).

Indonesia sebagai bagian warga dunia, juga dituntut untuk melakukan transformasi. 

Bagaimanakah posisi Nusa Tenggara Timur (NTT) menanggapi era baru sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI)?. Sedangkan realitanya kini, NTT masih menyisakan berbagai problem ketertinggalan pembangunannya. 

Apa yang sesungguhnya dibutuhkan NTT agar tidak gagap dalam menghadapi, mengisi, serta memaknai secara tepat dan bersikap adaptif dengan kemajuan ini? Bagaimana pula NTT mempertahankan nilai budaya, adat-istiadat dan karakternya dalam menghadapi peradaban baru dunia ini? 

 

Baca juga: Gubernur NTT Melki Laka Lena, Ucap Selamat Tahun Baru 2025 bagi Seluruh Masyarakat NTT 

 

 

Babak Baru Nusa Tenggara Timur

Palu KPUD Provinsi NTT telah diketok, tanda perhelatan Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur (PilGub) NTT 2024 telah usai. Melkiades Laka Lena–Johni Asadoma telah ditetapkan KPUD NTT, sebagai pasangan yang mengemban amanah rakyat NTT sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2025-2030. 

Pilgub 2024 lalu menyisakan begitu banyak cerita, baik yang terpampang dari panggung depan gelanggang pesta demokrasi lima tahunan itu, maupun cerita duka cita mendalam rakyat NTT akibat erupsi gunung Lewotobi laki-laki. Di Tengah keprihatinan ini, rakyat NTT masih menyisakan optimisme karena berhasil menyelenggarakan pilkada dengan aman dan damai. 

Apresiasi tertinggi sudah sepantasnya diberikan bagi seluruh rakyat NTT, yang menunjukan kematangan dalam berdemokrasi dengan menjaga, memelihara serta mengedepankan rasa persaudaraan, juga saling menghargai antar pendukung. Kesadaran ini sungguh amatlah penting dalam upaya menjaga iklim demokrasi yang teduh, damai dan penuh dengan rasa persaudaraan di bumi flobamorata tercinta. Sejatinya rakyat NTT-lah pemenang dalam kontestasi pilgub 2024 ini. 

Peran besar juga ditunjukan oleh ketiga paslon, dengan meletakan kontestasi PilGub 2024 lalu pada tataran pertarungan ide, gagasan serta citra teduh untuk mendapatkan simpati juga hati rakyat NTT. 

Tentulah tidak berlebihan jika boleh dikatakan, ketiga paslon adalah putra terbaik NTT yang berjiwa kesatria, sebagai garda terdepan dalam membangun dan menjaga paradigma berdemokrasi di NTT dengan elegan. 

Berangkat dari kondisi ini, sejatinya rakyat NTT memiliki optimisme menapaki tahun 2025 bersama pemimpin baru. Rasa ini juga turut berbarengan dengan optimisme rakyat Indonesia dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. 

Medio Oktober 2024 lalu, Lembaga survei Indikator merilis survei nasional yang mencatat bahwa 85,3 persen responden yakin bahwa Presiden Prabowo Subianto kedepannya bakal memimpin Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. 

Pengalaman di masa lalu tentunya telah memberikan pelajaran berarti bagi rakyat Indonesia, untuk memaknai dengan baik betapa pentingnya kebersatuan yang utuh sebagai sebuah bangsa, dibandingkan terpisah oleh polarisasi. 

Ayo Bangun NTT, Fondasi Pembangunan NTT  

Melki-Johni sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, tentunya mengemban misi besar dalam menahkodai NTT. 

Sejumlah persoalan NTT telah menanti diantaranya, kemiskinan, infrastruktur, stunting, kematian ibu dan anak, kualitas pendidikan, konflik agraria, perusakan lingkungan dan sejumlah persoalan lainnya. 

Lantas seperti apakah strategi serta gaya kepemimpinan Melki-Johni dalam menjawab persoalan-persoalan di NTT? Jika merujuk pada pernyataan William G. Scott (1962), kepemimpinan merupakan proses memengaruhi kegiatan yang diselenggarakan dalam kelompok, dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 

Pada titik ini, Gubernur haruslah menentukan strategi komunikasi secara tepat dalam upaya menentukan gerak dan arah rakyat serta stakeholder guna mencapai tujuan pembangunan yakni peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat NTT. 

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam buku “Techniques for Effective Communication”, seperti dikutip oleh Effendy, menyatakan bahwa strategi komunikasi memiliki tiga tujuan utama (Effendy, 2003: 32), diantaranya untuk mengamankan pemahaman, untuk menetapkan penerimaan dan untuk memotivasikan tindakan.

Melki Laka Lena memulainya dengan menyampaikan pesan “Ayo Bangun NTT” sebagai fondasi awal dalam menentukan gerak pemerintahan serta arah tujuan pembangunan di NTT. 

“Ayo Bangun NTT” sengaja ditampilkan oleh Melki sebagai pesan yang menjadikan dan menghidupi kembali budaya gotong royong atau kerja bersama seluruh elemen masyarakat dalam membangun NTT. Budaya Gotong royong bukan hal baru, melainkan merupakan nilai tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat NTT. 

Tradisi budaya yang menjadi kekuatan rakyat NTT, coba ditampilkan Melki sebagai kekuatan pembangunan NTT. 

Tradisi kumpul keluarga dalam proses perkawinan menjadi contoh nyata, bagaimana nilai kegotong royongan hidup dengan kuat dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari orang NTT. 

Tradisi ini dibangun dalam bingkai rasa kekeluargaan, untuk terlibat secara aktif mengambil peran dan bagian masing-masing dalam menyukseskan sebuah proses perkawinan. 

Di Kota Kupang contohnya, kumpul keluarga tidak hanya mengikutsertakan etnis sesama suku, melainkan melibatkan relasi lintas suku yang terjalin dalam hubungan kekerabatan sosial seperti tetangga atau relasi pada lingkungan pekerjaan yang terbangun secara emosional dalam bingkai kekeluargaan. Tradisi budaya ini bukan lagi dipandang sebagai solusi materi untuk menyukseskan sebuah hajatan perkawinan, melainkan dimaknai sebagai bagian paling penting merawat silaturahmi dalam bingkai kekeluargaan. 

Kehadiran individu (orang yang diundang) dalam tradisi budaya kumpul keluarga merupakan bentuk kontribusi paling nyata yang sekaligus menandai kesatuan tujuan terselenggaranya sebuah perkawinan antara kedua calon mempelai. Dengan kata lain, tujuan dua orang (calon mempelai) yang ingin menikah kemudian melebur secara alami menjadi tujuan bersama. 

Fenomena inilah yang sepertinya telah dipotret oleh Melki, dengan melihat tradisi budaya kumpul keluarga sebagai salah satu contoh nilai luhur, jati diri, sekaligus kekuatan besar orang NTT.  

Indonesia sendiri memiliki begitu banyak tradisi budaya dari setiap suku-suku yang berakar pada semangat nilai gotong royong. Akar nilai inilah yang juga menjadi karakter bangsa Indonesia. 

Presiden pertama Indonesia Soekarno, memberikan penekanan tentang pentingnya semangat gotong royong yang merupakan perekat, serta kekuatan bangsa Indonesia. 

Soekarno bahkan merangkum Pancasila dalam satu nilai yaitu, gotong-royong atau yang disebutnya sebagai Ekasila. Masih segar dalam ingatan kita, ketika pada tahun 2019 bangsa Indonesia sempat dihadapkan pada polarisasi serta keterbelahan pasca PilPres. 

Kendati sempat dihadapkan pada situasi tersebut, namun nilai kegotong royongan kembali menjadi kekuatan ketika kedua kekuatan yang bertarung di PilPres, kala itu bertemu dan kemudian bersatu untuk bersama membangun Indonesia. Hasilnya adalah keberhasilan Indonesia dalam melewati covid-19, dengan merujuk pada indikator jumlah kasus, vaksinasi, dan kemampuan negara dalam menangani juga merawat mereka yang terkena Covid-19. 

Berangkat dari nilai budaya yang tumbuh di NTT dan telah menjadi nafas bangsa Indonesia inilah, menjadikan pesan “Ayo Bangun NTT” tak berlebihan jika dikatakan tepat dikumandangkan oleh Melki.  

Pesan “Ayo Bangun NTT” menjadi langkah paling awal yang disampaikan Melki dalam rangka menumbuhkan kembali semangat dan tanggung jawab bersama seluruh rakyat NTT membangun rumah Nusa Tenggara Timur. Seruan “Ayo Bangun NTT” dapat juga dilihat sebagai “self defence” yang kini harus diwujudkan jika merujuk pada perkembangan dunia kini. 

Pertahanan diri dimaksudkan bukanlah anti terhadap perkembangan dunia, namun membangun kerja bersama-sama dalam mencapai tujuan pembangunan dengan, menjaga nilai-nilai dan karakter budaya NTT. Tantangan era 5.0 saat ini yang ditandai dengan era robot, artificial intelligence (AI) hingga Internet of Things (IoT) telah hadir dan sepertinya tidak lagi dapat dihindari. 

Meski masih terasa jauh, NTT haruslah segera mencari dan menemukan titik temu pembangunan yang seimbang dengan berpijak pada nilai-nilai dan karakter budaya NTT. 

Semangat “Ayo Bangun NTT” secara bersama merupakan langkah tepat dalam menjawab sejumlah persoalan yang ada. “Ayo Bangun NTT” menegaskan bahwa Melki-Johni melihat tantangan kedepan dengan paradigma adaptif, tidak sebagai sebuah ancaman. 

Dengan seruan “Ayo Bangun NTT” pemerintahan Melki-Johni ke depan, perlu menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai budaya NTT ke dalam proses pembangunan. 

Tujuannya agar tercipta pembangunan dengan keseimbangan budaya lokal juga kelestarian tetap terjaga. “Ayo Bangun NTT” memberi sebuah langkah konkrit dan yang perlu dilakukan Melki-Johni yakni FKP (Forum Konsultasi Publik). 

OPD (Organisasi Perangkat Daerah) juga perlu didorong untuk menjadikan FKP sebagai bagian tak terpisahkan dalam mewujudkan arah pembangunan di NTT. 

Hal ini dinilai penting karena segala persoalan yang ada tentunya berkaitan dengan persoalan manusia dan kebutuhan publik NTT. Maka dari itu, mendengarkan masukan publik adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan. 

FKP yang melibatkan akademisi, tokoh agama, tokoh adat, budayawan, serta stakeholder merupakan sarana interaksi dua arah, diharapkan dapat menghasilkan kesepahaman serta mufakat yang tentunya harus dituangkan dalam bentuk dokumen berita acara pelaksanaan. 

Penyelenggaraan FKP yang membahas terkait rancangan kebijakan, penerapan kebijakan, dampak kebijakan, evaluasi pelaksanaan kebijakan ataupun permasalahan terkait pelayanan publik, sangatlah penting diwujudkan sebagai bentuk transparansi dan efektivitas untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik. 

Pada tataran ini “Ayo Bangun NTT” dapat mengisyaratkan bahwa, masyarakat dan pemerintah menjadi satu tarikan nafas yang sama dalam menjaga, merawat dan memaksimalkan seluruh potensi yang ada. 

Tahun 2022, Badan Pusat Statistik mencatat NTT memiliki 609 pulau. 

Data ini seolah ingin menunjukan bahwa NTT memiliki potensi sekaligus kekayaan yang juga perlu dikembangkan, dioptimalkan sekaligus dijaga kemanfaatannya bagi rakyat NTT. 

Dari sejumlah persoalan dan potensi yang dimiliki NTT, “Ayo Bangun NTT” merupakan upaya Melki untuk menciptakan daya rekat bersama, sebagai titik pijak awal dalam menentukan arah pembangunan NTT lima tahun kedepan. 

Seruan “Ayo Bangun NTT” yang disampaikan oleh Melki-Johni dengan menempatkan nilai kegotong royongan sebagai fondasi merupakan sebuah langkah tepat dan cerdas. 

Pasalnya Melki-Johni telah menempatkan nilai dan akar budaya dari masyarakat NTT, sebagai kekuatan pembangun dalam menjawab tantangan kedepan. Hal ini bisa dianggap sebagai kesuksesan awal Melki dalam membangun narasi pesan pembangunan dengan mengatakan “ayo rakyat NTT, mari kita bekerja bersama-sama membangun, serta menjaga Nusa Tenggara Timur yang kita cintai bersama.” 

Undangan telah dilayangkan sang pemimpin kepada rakyat NTT. 

Saatnya kini untuk seluruh elemen masyarakat NTT hadir bersama-sama Melki-Johni menyampaikan ide, gagasan, kritik/masukan dalam menata tujuan pembangunan di NTT. 

Kerja bersama dalam balutan seruan “Ayo Bangun NTT” yang dikumandangkan Gub/Wagub terpilih Melkiades Laka Lena/Johni Asadoma, diharapkan dapat terus dipelihara sebagai nafas pembangunan di NTT. 

Jika hal ini tercapai, niscaya pemerintahan Melki-Johni diyakini dapat menghadirkan iklim pemerintahan yang demokratis juga inklusif. 

Hal ini juga memiliki tujuan agar pemerintah provinsi dapat memainkan perannya secara baik, dalam mengorkestrasikan tujuan pembangunan nasional secara bersama-sama dengan pemerintah kabupaten/kota se-NTT. 

“Ayo Bangun NTT” bak sebuah komposisi musik yang  menempatkan Melki-Johni sebagai komposer untuk mengorkrestasikan tujuan pembangunan nasional agar sejalan dengan kebutuhan kabupaten/kota sehingga tercipta harmonisasi dalam pembangunan di NTT tercinta.     

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News