Oleh Romo Yudel Neno, Imam Keuskupan Atambua
TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Dalam deretan gembala Gereja yang mewarnai perjalanan Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr, merupakan salah satu figur yang tidak mudah dilupakan.
Beliau bukan sekadar seorang uskup yang pernah menjabat sebagai gembala utama, tetapi lebih dari itu, ia adalah seorang intelektual Gereja, guru iman yang ulung dan pemikir yang tajam serta bernyali.
Sosok yang sangat menginspirasi ini telah pergi untuk selamanya menghadap sang khalik.
Raganya akan hilang namun jiwa dan amal baiknya akan tetap abadi dalam ingatan setiap insan yang pernah bersua dengannya.
Baca juga: Jenazah Mgr Petrus Turang Dimakamkan di Gereja Katedral Kristus Raja Kupang
Mgr Petrus Turang: Cerdas, Kritis dan Distinktif
Kecerdasan Mgr Petrus Turang tidak hanya tampak dalam gelar dan jabatan, melainkan pada kedalaman isi khotbah dan refleksi-refleksi imannya yang selalu aktual, singkat, padat, jelas dan bercorak kateketik.
Setiap kali ia berkhotbah, umat tahu bahwa mereka tidak sedang mendengar ‘ceramah biasa’, melainkan menerima pembelajaran iman yang disampaikan dengan gaya yang khas tanpa basa-basi, langsung ke pokok persoalan, dan disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna.
Sikapnya yang distinktif dikenal luas oleh mereka yang pernah bekerja bersamanya. Ia adalah pribadi yang konsisten: jika ‘ya’, maka ‘ya’; jika ‘tidak’, maka ‘tidak’. Tidak ada ruang untuk kompromi abu-abu dalam prinsip-prinsip yang dipegangnya.
Dalam konteks dunia yang kerap bermain dalam diplomasi basa-basi, Mgr. Petrus adalah pengecualian yang menyejukkan: tulus, tegas, dan jujur.
Kateketik dan Inovatif
Dalam gaya pewartaannya, Mgr. Petrus sangat kental dengan metode pengajaran kateketik. Baik dalam homili, sambutan resmi, maupun dalam kegiatan pastoral, ia selalu menghadirkan gagasan-gagasan baru yang memperkaya pemahaman umat.
Ia tidak takut menegaskan sesuatu yang belum pernah dikatakan, jika hal itu dapat menggugah dan mencerdaskan umat.
Baginya, pekerjaan yang baik bukanlah soal kuantitas, tetapi kualitas: efektif dan efisien.
Pena dan Bahasa sebagai Alat Pewartaan
Mgr. Petrus adalah sosok yang tekun menulis. Tulisannya tidak hanya memuat pemikiran mendalam, tetapi juga menunjukkan kegigihannya dalam mendokumentasikan pengalaman, harapan, dan pengajaran Gereja.
Tak hanya itu, kefasihannya dalam berbahasa Inggris menjadi kekuatan tersendiri.
Banyak dokumen Gereja diterjemahkannya sendiri dengan rapi dan bertanggung jawab demi kemudahan umat di Keuskupan Agung Kupang.
Itu adalah bentuk kepedulian intelektual dan pastoral yang patut diapresiasi.
Disegani karena Integritas
Sebagian orang, terutama yang tidak mengenalnya secara dekat, bisa saja salah paham akan gaya komunikasinya yang blak-blakan.
Namun mereka yang pernah mendengarnya berbicara atau bekerja bersamanya, tahu bahwa ketegasan itu lahir dari kejujuran dan tanggung jawab moral.
Ia tidak menyukai basa-basi; ia berbicara sesuai dengan apa yang diyakini benar. Dan karena itulah ia disegani: bukan karena kekuasaan, melainkan karena integritas dan orisinalitas pikirannya.
Relasi yang Dirawat, Kemandirian yang Dijaga
Mgr. Petrus adalah pribadi yang memiliki jaringan relasi luas, baik di dalam negeri maupun lintas negara.
Ia tidak hanya membangun relasi, tetapi merawatnya dengan sungguh. Namun, yang menarik dari dirinya adalah bahwa di tengah jaringan luas itu, ia tidak pernah kehilangan kemandirian berpikir.
Ia adalah pribadi yang tidak bisa didikte. Ia berjalan dengan langkahnya sendiri, mengarahkan perahu Gereja lokal dengan kompas nilai-nilai yang diyakininya secara mendalam.
Penutup
Sebagai seorang imam yang pernah mendengar, menyimak, dan menyerap begitu banyak dari pemikiran dan teladan Mgr. Petrus, saya menyaksikan bahwa ia adalah salah satu dari sedikit pemimpin Gereja yang berhasil menyatukan kecerdasan, keberanian, dan kesetiaan dalam satu tarikan nafas kerasulan.
Ia bukan hanya seorang Uskup Emeritus, tetapi seorang guru iman, pengajar, dan pendoa yang telah memberikan wajah yang unik, khas, dan tajam bagi Keuskupan Agung Kupang.
Selamat jalan ke Rumah Bapa, Bapak Uskup Petrus Turang, Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang.
Jejakmu telah terukir jelas dalam sejarah Gereja lokal, dan kami bersyukur pernah belajar dari sosok sepertimu.
*****
Untuk diketahui, Mgr Petrus Turang meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta akibat komplikasi penyakit 4 April 2025.
Beliau lahir di Minahasa, Sulawesi Utara pada 23 Februari 1947, dan ditahbiskan menjadi imam pada 8 Desember 1974.
Pada 27 Juli 1997, di usianya yang genap 50 tahun, Petrus Turang ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Agung Kupang oleh Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J.
Mendiang Uskup Emeritus Mgr Petrus Turang Pr saat merayakan pesta perak pada 27 Juli 2022 lalu.
Petrus Turang menggantikan Mgr. Gregorius Monteiro, SVD, yang mengundurkan diri karena faktor usia. Saat usianya genap 75 tahun, Petrus Turang menyampaikan pengunduran diri ke Vatikan.
Paus menyetujui pengunduran dirinya dan mengangkat Mgr. Hironimus Pakaenoni, Pr, sebagai penggantinya pada 29 Maret 2024 lalu.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News