TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Dua dokter anestesi di Rumah Sakit TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka mundur berujung pada kematian ibu hamil dan bayi dalam kandungannya, Rabu (9/4/2025) malam di IGD rumah sakit.
Hal ini ditanyakan anggota DPRD Sikka dari Fraksi PDIP, Benediktus Lukas Raja, saat GMNI cabang Sikka melakukan audiensi dengan pemerintah daerah dan anggota DPRD Sikka di ruang sidang Kantor DPRD Sikka, Jumat (11/4/2025) terkait kasus kematian ibu hamil akibat tidak ada dokter anestesi.
"Kalau kita mau buka-bukaan di sini tidak etis. Kami juga melakukan advokasi dan identifikasi kenapa dua dokter anestesi keluar dari RSUD TC Hillers Maumere. Bukan hanya dua pak bupati dan wakil bupati, ada lima dokter ahli kita yang keluar dari RSUD TC Hillers Maumere,"kata anggota DPRD Sikka yang dikenal Diki Raja itu.
Diki menegaskan, mundurnya dua dokter anestesi dan lima dokter ahli lainnya dari rumah sakit milik pemerintah itu menjadi menjadi alaram bahaya. Mengingat RSUD TC Hillers Maumere merupakan rumah sakit rujukan masyarakat di Kabupaten Sikka.
Baca juga: GMNI Desak Pemda Sikka dan Pihak RSUD Maumere Segera Hadirkan Dokter Anestesi, Jangan Tunda
"Dan ini ancaman, RSUD Maumere kita yang tipe C ini akan turun menjadi tipe D. Pada hal rumah sakit kita ini, rumah sakit rujukan yang sudah kita desain, banyak dokter yang keluar, ada tujuh yang keluar. Ada potensi dokter ahli lainnya akan keluar. Ada apa ini? Ini harus kita diagnosa,"ujarnya.
Lanjutnya, pihak pemerintah daerah harus memanggil kembali dua dokter anestesi yang mundur itu. Terkait insentif, kata Diki, pihak DPRD Sikka kabulkan. Sehinnga alasan kurangnya kapasitas fiskal daerah bukan menjadi alasan.
"Jadi pa bupati, ini ada dua dokter dari kita sudah ada ni. Jadi panggil baik-baik. Yang kami tahu mereka sudah ajukan sesuai mekanisme birokrasi. Dari tahun 2017 sampai dengan saat ini alasan kita bahwa kapasista fiskal daerah kita yang kurang, pada hal rumah sakit ini untungnya Rp 60 milyar per tahun dikembalikan ke rumah sakit untuk urus diri sendiri. Kalau kita biarkan begini terus, yah 62 ibu hamil dengan risiko itu yang baru teridentifikasi pak bupati,"ungkap Diki.
Baca juga: BREAKING NEWS: GMNI Demo Soroti Kematian Ibu Hamil Akibat Ketiadaan Dokter Anestesi di RSUD Maumere
Sementara itu Yoseph Don Bosco, anggota DPRD Sikka dari Fraksi PKB mengatakan bahwa DPRD sudah mendesak pemerintah daerah dan pihak RSUD TC Hillers Maumere. Ia meminta pemerintah untuk segera mengeksekusi.
"Ingat baik-baik, kami DPRD sudah mendesak ulang-ulang. Ekseskusi sudah tidak perlu lama lagi. Demi menyelamatkan nyawa masyarakat Kabupaten Sikka,"pungkasnya.
Hal yang sama juga diutarakan Yosep Nong Soni, anggota DPRD Sikka dari Fraksi Nasdem, menurutnya desakan GMNI meminta penanganan cepat dari pemerintah itu wajar karena kondisi darurat.
"Kondisi hari ini sudah darurat. Saya kecewa adalah yang disampaikan kami, bahwa dokter dari RS Kewapante tidak bisa karena tidak ada surat izin praktek. Kenapa pikiran kita baru muncul kemarin kita ibu itu sudah meninggal, selama ini kita pikir apa. Wajar rakyat marah. Ibu direktur (RSUD Maumere) bahwa segera percepat komunikasi dengan pihak rumah sakit, jangan hanya dengan dokternya tapi pihak manajemen rumah sakit,"ungkap Soni.
Baca juga: GMNI Desak Pemda Sikka dan Pihak RSUD Maumere Segera Hadirkan Dokter Anestesi, Jangan Tunda
Ia juga mengingtkan, tidak ada lagi kasus ibu hamil yang menjadi korban akibat ketiadaan dokter anestesi di RSUD TC Hillers Maumere.
"Seandainya rumah sakit ada dokter anestesi mereka tidak kecewa. Kita bilang sulit karena lulusan sedikit dan pembiayaan, sekelas RS Kewapante mampu hadirkan. Saya tidak mau lagi ibu hamil meninggal karena tidak ada dokter anestesid dan karena tidak tertolong,"tutupanya dengan tegas.
Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News