Pengungsi Lewotobi di Flores Timur

Warga dan Pengungsi di Flores Timur NTT Kesulitan Air Bersih, Tak Bisa Masak dan Buang Air

Penulis: Paul Kabelen
Editor: Hilarius Ninu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ANTRI AIR-Sejumlah ibu-ibu mengantre air di sebuah profil tank di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Senin, 19 Mei 2025.

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Warga dan pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mulai dari memasak, mandi, mencuci, hingga urusan mendesak ke toilet. Semua kebutuhan urgen dan tak bisa ditunda ini perlu diatasi segera.

Demi mendapatkan air, mereka rela membeli air yang dijual dengan mobil pickup. Kondisi ini sudah berlangsung hampir satu minggu hingga Senin, 19 Mei 2025.

Sekira pukul 09.00 Wita, beberapa penyintas mengantre air pada sebuah profil tank. Profil berkapasitas 1.300 liter namun tak terisi penuh itu diantri puluhan ibu-ibu. Kurang dari 15 menit air sudah habis. Banyak yang tidak kebagian jatah.

 

 

 

 

Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Tunjukan Kenaikan Aktivitas, Status Awas

 

 

 

 

 

 

 

"Satu drom itu harganya Rp 15.000. Sudah mau 1 minggu ini kami sulit dapat air," ujar seorang penyintas, Maria Astiani Nona Mau.

Astiani mengeluhkan pendistribusian air ke profil tank yang semakin jarang. Terdapat tujuh profil tank sudah kosong. Biasanya, sejumlah mobil tangki membawa air bantuan Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur ke posko-posko.

"Di sini poslap ada 7 profil tank, tapi biasanya mereka isi hanya 4, kadang cuman tiga. Tetapi sekarang kosong sama sekali," ungkapnya.

Demi bisa memasak dan mencuci, Astiana dan pengungsi lainnya meminta bantuan ke warga Desa Kobasoma. Parahnya lagi, air di wilayah setempat tak tersedia sejak pagi tadi.

"Tapi mereka (warga) juga tidak ada air. Sejak pagi tadi air tidak keluar," katanya.

Kegelisahan semakin terasa saat sejumlah pengungsi hendak buang air. Mereka terpaksa membeli air dari saluran air berjarak sekira 1 kilometer dari poslap. (cbl)


Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News