U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
"Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu." (Mat 13:44b). Harta yang fana selalu menarik dan menjadi pujaan serta berhala bagi manusia. Bahkan semakin memiliki harta berkelimang orang lalu berpikir bahwa Tuhan Yesus semakin mengasihi dan mencintainya. Harta fana tetap menggoda manusia untuk berjuang mengejarnya tanpa batas. Yesus memiliki satu semangat hidup yang berbeda dengan kita manusia biasa ini. Semangat kekosongan harta fana apa pun dalam hidup, itulah yang Yesus bawa ke dalam dunia yang amat mabuk dengan harta duniawi. Harta fana tetap berpengaruh buruk bagi manusia, menjauhkan dia dari Allah dan menutup hati bagi sesama.
Hatinya melekat pada hartanya. "Di mana hartamu berada di situ pula jiwamu berdiam." Jiwa lengket pada barang duniawi karena bagaimana cara memperolehnya penuh dengan tipu daya yang mengebiri nilai kejujuran dan keadilan mandul dalam diri. Maka Yesus mengajarkan kepada kita bahwa Kerajaan Allah itu seumpama harta karung yang ditemukan di ladang atau mutiara indah yang dicari orang untuk memilikinya. Kerajaan Allah itu harta termahal, terindah bagi keselamatan jiwa kita. Ketika menemukannya harta fana apa pun yang dimiliki dijual tuntas untuk membeli atau memilikinya. Semua itu terjadi karena sukacita dalam hati.
Hati anak muda yang kaya menjadi sedih dan batal ikut Yesus karena hartanya banyak dan tidak mau menjualnya untuk ikut Yesus dan memperoleh harta Surgawi yang membawa sukacita dan kedamaian lestari dalam hidupnya. Harta Surgawi termahal dan terindah adalah milik Yesus. Untuk mendapatkannya harus mengikuti Tuhan Yesus dengan menjual harta fana yang membelenggu yaitu harta dosa dan kekayaan kesombongan, ketidakadilan, keserakahan dan nafsu untuk memiliki tanpa batas.
Musa ketika bertemu Tuhan dan berbicara dengan Dia, menanggalkan selubung wajahnya. Ketika ia datang bertemu orang Israel wajahnya bercahaya. Menanggalkan selubung wajah menggambarkan ketaklayakan manusia di hadapan kekudusan Allah. Inilah cara hidup rohani yang benar. Tanggalkan harta fana kebiasaan buruk kita. "Apabila Musa masuk menghadap Tuhan untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar. Dan apabila ia keluar, ia menyampaikan kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya." (Kel 34:34). Orang Israel takut mendekati Musa.
Ia tetap rendah hati dan memanggil mereka. Ia bersukacita karena telah menemukan harta terindah Surgawi dan membagikannya kepada mereka yang ia pimpin. Pemazmur menanggapi dalam madahnya, "Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus. Sebab kuduslah Tuhan, Allah kita." (Mzm 99:9). Bertemu Tuhan adalah suatu kesempatan yang sakral. Kerendahan hati, tahu ketaklayakkan, lalu kita tunjukkan dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Musa menyadari kerapuhannya maka ia menanggalkan selubung wajanya selama urusan rohani berbicara dengan Tuhan.
Kesempatan Tuhan berikan kepada kita untuk memiliki harta yang tak ternilai itu. Maka mari kita berjuang dengan iman mengandalkan Tuhan untuk merebut harta Surgawi ini dengan setia bertobat, berani memberi pengampunan, rajin berbuat baik, dan selalu terdorong untuk beramal kasih bagi saudara-saudara Yesus: kaum miskin yang dipermiskin, para difabel, para kaum yang terjerat trik iblis yang memprovokasi melakukan kejahatan besar di luar kemampuan mereka.
Kosongkan harta fana dalam diri biar cahaya Allah bersinar dalam hidup, ada ruang buat Tuhan dalam diri, agar hidup terlindungi, terberkati dan diluputkan dari serarangan setan yang membinasakan. Akhirnya melalui kebajikan iman, harap dan kasih jadilah pemenang dalam merebut Kerajaan Allah. (Sumber the katolik.com/kgg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News