Uskup Larantuka

RD Yohanes Hans Monteiro Terpilih Jadi Uskup Larantuka, Ini Sejarah Keuskupan Larantuka

Ibadah pra-pengumuman dipimpin oleh Uskup Larantuka saat ini, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, yang telah memasuki

|
Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
GEREJA - Tampak depan Gerejea Keuskupan Larantuka di Flores Timur, NTT. Uskup Mgr Franskus Kopong Kung akan digantikan oleh Uskup Larantuka yang baru. Pengumuman akan disampaikan Paus Leo XIV dari Vatikan pada 22 November 2025. 
Ringkasan Berita:RD Yohanes Hans Monteiro Terpilih Sebagai Uskup Larantuka
RD Hans menggantikan Uskup Fransiskus Kopong Kung
Simak sejarah Keuskupan Larantuka

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Paus Leo XIV akhirnya menetapkan RD Yohanes Hans Monteiro sebagai Uskup Larantuka yang baru. Pengumuman resmi disampaikan dari Vatikan, Roma, Sabtu (22/11/2025) pukul 19.00 Wita.

Kabar tersebut disambut suka cita umat yang berkumpul di Gereja Katedral Reinha Rosari, Larantuka. Suasana haru dan gembira tampak saat pengumuman dibacakan di hadapan umat.

Sebelum pengumuman, TribunFlores melaporkan suasana penuh harap di Katedral Larantuka. Dalam video yang diunggah, umat berkumpul dan berdoa bersama, menantikan nama yang akan diumumkan. 

Ibadah pra-pengumuman dipimpin oleh Uskup Larantuka saat ini, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, yang telah memasuki masa pensiun. 

RD Yohanes Hans Monteiro saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor III Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero. Ia telah menjalani 26 tahun masa imamat.

 

Baca juga: BREAKING NEWS : RD Yohanes Hans Monteiro Jadi Uskup Larantuka

 

 

Dengan penunjukan ini, RD Monteiro akan menggantikan Mgr. Kopong Kung dan memimpin Keuskupan Larantuka ke depan.

Untuk diketahui, jelang pengumuman Uskup Larantuka yang baru di Gereja Katedral Larantuka, Kabupaten Flores Timur NTT, Sabtu, 22 November 2025 malam, umat, para biarawan dan biarawati mengadakan ibadat Vesper.

Sejarah Keuskupan Larantuka

Melansir berbagai sumber, Keuskupan Larantuka adalah salah satu Keuskupan Katolik Roma yang terletak di wilayah timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Keuskupan ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan penyebaran agama Katolik di wilayah timur Nusantara.

Awal mula kehadiran agama Katolik di Larantuka tidak bisa dilepaskan dari kedatangan bangsa Portugis pada abad ke-16. Mereka datang bukan hanya untuk berdagang, tetapi juga membawa misi penyebaran Injil. Larantuka menjadi salah satu pusat penting misi Katolik di wilayah timur Indonesia.

Sebelum menjadi keuskupan, wilayah ini merupakan bagian dari Vikariat Apostolik Kepulauan Sunda Kecil. Pada tanggal 08 Maret 1951, wilayah ini dipisahkan dan dibentuk menjadi Vikariat Apostolik Larantuka, dengan Mgr. Gabriel Manek, SVD sebagai Vikaris Apostolik pertamanya

Vikariat Apostolik Larantuka kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan Larantuka pada tanggal 3 Januari 1961, dengan uskup pertamanya adalah Mgr. Gabriel Manek, SVD. Perubahan ini menandai pertumbuhan dan perkembangan Gereja Katolik yang signifikan di wilayah tersebut.

Uskup kedua Keuskupan Larantuka adalah Mgr. Antonius Hubertus Thijssen, SVD, yang menjabat dari tahun 1961 hingga 1973. Ia memainkan peran penting dalam membangun struktur keuskupan dan memperkuat kehidupan iman umat.

Setelah Mgr. Thijssen, Keuskupan Larantuka dipimpin oleh Mgr. Darius Nggawa, SVD, dari tahun 1974 hingga 2004. Di bawah kepemimpinannya, keuskupan mengalami perkembangan dalam bidang pendidikan, pastoral, dan sosial.

Sejak tahun 2004, Keuskupan Larantuka dipimpin oleh Mgr. Franciskus Kopong Kung. Ia sebelumnya menjabat sebagai Uskup Koajutor sejak tahun 2001. Di bawah kepemimpinannya, keuskupan terus berkembang dalam pelayanan pastoral dan evangelisasi.

Keuskupan Larantuka merupakan bagian dari Provinsi Gerejawi Ende, bersama dengan Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo. Keuskupan ini mencakup wilayah Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.

Saat ini, Keuskupan Larantuka memiliki 51 paroki yang tersebar di tiga dekenat: Larantuka, Adonara, dan Lembata. Setiap dekenat memiliki struktur pastoral yang mendukung pelayanan kepada umat di wilayah masing-masing.

Salah satu ciri khas Keuskupan Larantuka adalah tradisi Semana Santa, yaitu perayaan Pekan Suci yang sangat kental dengan nuansa budaya lokal dan devosi kepada Bunda Maria. Tradisi ini menarik perhatian umat Katolik dari berbagai daerah setiap tahunnya.

Tradisi Semana Santa merupakan warisan dari pengaruh Portugis yang masih sangat hidup di tengah masyarakat Larantuka. Prosesi-prosesi religius yang dilakukan selama pekan ini menjadi bentuk nyata dari iman yang dihayati secara mendalam oleh umat.

Keuskupan Larantuka juga dikenal dengan semangat misioner yang kuat. Banyak imam dan biarawan-biarawati dari keuskupan ini yang melayani di berbagai wilayah Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.

Dalam bidang pendidikan, Keuskupan Larantuka turut berperan aktif melalui pengelolaan sekolah-sekolah Katolik yang tersebar di berbagai paroki. Pendidikan menjadi salah satu sarana penting dalam pewartaan Injil dan pembentukan karakter Kristiani.

Tantangan yang dihadapi Keuskupan Larantuka di era modern ini meliputi arus sekularisasi, migrasi umat, dan kebutuhan akan pembinaan iman yang lebih mendalam. Namun, dengan semangat pelayanan dan kesetiaan kepada Kristus, keuskupan ini terus melangkah maju.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved