Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Selasa 4 November 2025, Banyak yang Diundang, Sedikit yang Datang

Simak renungan harian Katolik Selasa 4 November 2025. Tema renungan harian Katolik banyak yang diundang, sedikit yang datang.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
GEREJA CENTRUM DANGA - Gereja Katolik Centrum Paroki Stellamaris Danga di Kota Mbay, Nagekeo, Flores, NTT.Mari simak renungan harian Katolik Selasa 4 November 2025. Tema renungan harian Katolik banyak yang diundang, sedikit yang datang. 
Ringkasan Berita:
 
  • Undangan Tuhan selalu hadir – Allah mengundang setiap orang untuk mengalami kasih-Nya, tetapi kita sering menolak karena kesibukan atau alasan duniawi.
  • Tuhan mencari yang mau datang – Kasih-Nya tidak berhenti pada mereka yang menolak; yang kecil dan tersisih pun bisa menjadi tamu kehormatan di meja Tuhan.
  • Kesediaan hati lebih penting dari kesempurnaan – Yang dibutuhkan Tuhan hanyalah hati yang siap hadir, menjawab undangan-Nya dengan “Ya, Tuhan, aku datang.”

 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak renungan harian Katolik Selasa 4 November 2025.

Tema renungan harian Katolik banyak yang diundang, sedikit yang datang.

Renungan harian Katolik ada dibagian akhir artikel ini.

Renungan harian Katolik untuk hari Selasa XXXI, peringatan wajib Santo Karolus Boromeus, Uskup dan Pengaku Iman, Santo Emerik, Pengaku Iman dengan warna liturgi putih.

Adapun bacaan liturgi Katolik hari Selasa 4 November 2025 adalah sebagai berikut:

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 4 November 2025, Siap Menjawab Undangan Tuhan

 

Bacaan Pertama : Rm. 12:5-16a

demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.

Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;

jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.

Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!

Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan : Mzm. 131:1,2,3

Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!

Bait Pengantar Injil : Mat 11:28

Datanglah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepada kalian.

Bacaan Injil : Lukas 14:15-24

Pergilah ke semua jalan dan persimpangan dan paksalah orang-orang yang ada di situ masuk, karena rumahku harus penuh.

Pada waktu itu Yesus diundang makan oleh seorang Farisi. Sementara perjamuan berlangsung, seorang dari tamu-tamu berkata kepada Yesus, “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” 

Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Ada seorang mengadakan perjamuan besar. Ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan, ‘Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. 

Tetapi mereka semua minta dimaafkan. Yang pertama berkata, Aku baru membeli ladang dan harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata, Aku baru membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata, Aku baru saja menikah, dan karena itu aku tidak dapat datang.

Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semua itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya, Pergilah segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan cacat, orang-orang buta dan lumpuh. 

Kemudian hamba itu melaporkan, ‘Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan. Sekalipun demikian, masih ada tempat. Maka tuan itu berkata,

Pergilah ke semua jalan dan persimpangan dan paksalah orang-orang yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu, Tidak ada seorang pun dari para undangan itu akan menikmati jamuan-Ku.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik 

“Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah!”

Tetapi Ia menjawab: “Banyak yang diundang, namun sedikit yang datang.”

1. Undangan dari Surga yang Tak Boleh Diabaikan

Injil hari ini melanjutkan kisah Yesus tentang perjamuan kasih.

Seorang tuan rumah mengadakan perjamuan besar dan mengundang banyak orang.

Namun, ketika waktunya tiba, satu per satu menolak datang dengan berbagai alasan:

membeli ladang, mencoba lembu, baru menikah, dan seterusnya.

Yesus menggambarkan bahwa undangan itu adalah simbol panggilan Allah kepada umat-Nya panggilan menuju hidup baru dalam kasih dan keselamatan.

Namun betapa sering manusia justru sibuk dengan urusan duniawi hingga lupa akan undangan surgawi itu.

2. Kesibukan yang Menggeser Tuhan

Para undangan pertama bukanlah orang jahat - mereka hanya sibuk.

Namun kesibukan mereka menjadi penghalang untuk mengalami hadirat Tuhan.

Yesus menunjukkan bahwa bahaya terbesar bukanlah dosa besar,

melainkan hati yang terlalu penuh oleh hal-hal duniawi hingga tak lagi punya ruang untuk Allah.

Berapa kali kita berkata:

“Nanti saja berdoa, Tuhan pasti mengerti.”

“Aku belum sempat ke Misa, pekerjaanku menumpuk.”

Tanpa sadar, kita menolak undangan Tuhan — bukan dengan kata, tetapi dengan pilihan hidup.

Kita membiarkan berkat lewat begitu saja, karena hati lebih terikat pada hal dunia.

3. Tuhan Tidak Pernah Kehilangan Tamu

Ketika orang-orang yang pertama menolak, tuan rumah berkata:

“Pergilah ke jalan-jalan dan lorong-lorong kota dan bawa kemari orang miskin, orang cacat, orang buta, dan orang lumpuh.” (Luk 14:21)
Inilah kabar gembira: kasih Allah tidak berhenti hanya karena manusia menolak.

Tuhan mencari mereka yang mau datang, sekecil apa pun mereka di mata dunia.

Mereka yang tersisih justru menjadi tamu kehormatan di meja Tuhan.

Kerajaan Allah bukan untuk yang sempurna, tapi untuk yang mau datang.

4. Undangan yang Sama untuk Kita

Injil ini bukan hanya kisah masa lalu.

Setiap hari, Tuhan masih mengundang kita: melalui sabda-Nya,
melalui sesama yang membutuhkan,
melalui perayaan Ekaristi,
bahkan melalui kejadian sehari-hari.
Pertanyaannya: apakah kita datang, atau menolak dengan alasan-alasan kecil yang tampak masuk akal?

Tuhan tidak menuntut kesempurnaan, hanya kesiapan hati.

Yang dibutuhkan hanyalah satu hal: kesediaan untuk hadir di hadapan kasih-Nya.

5. Bahaya “Alasan Rohani”

Kadang penolakan terhadap Tuhan justru disamarkan dengan alasan yang tampak baik.

Kita merasa sudah cukup berdoa, sudah cukup berbuat baik-padahal hati kita sudah tidak lagi terbuka.

Yesus menegur sikap rohani yang hanya formalitas, tanpa keintiman.

Undangan Tuhan bukan sekadar ke gereja, tetapi masuk ke dalam relasi pribadi dengan Dia yang mengasihi tanpa batas.

6. Kasih yang Ingin Dirayakan

Perjamuan dalam Injil selalu menjadi simbol sukacita surgawi.

Tuhan ingin kita mengalami kebahagiaan sejati bukan dari kesuksesan, tapi dari duduk bersama-Nya di meja kasih.

Setiap Misa adalah cicipan dari perjamuan itu.

Setiap kali kita menerima Komuni Kudus, kita sebenarnya sedang menjawab undangan Sang Raja:

“Datanglah, semua sudah tersedia.”

7. Refleksi Hidup

Mari bertanya pada diri sendiri:

Apakah aku masih sibuk hingga lupa menghadiri undangan Tuhan?
Siapa “orang miskin” yang Tuhan kirim untuk mengingatkanku tentang kasih-Nya?
Sudahkah aku menanggapi undangan Tuhan dengan hati yang siap?
Tuhan tak pernah berhenti mengundang.

Yang Ia tunggu hanyalah jawaban: “Ya, Tuhan, aku datang.”

8. Doa Renungan

Ya Tuhan, sering kali aku menolak undangan-Mu tanpa sadar, karena sibuk dengan urusanku sendiri.

Lunakkanlah hatiku, agar aku selalu siap datang ke hadapan-Mu, menikmati kasih-Mu yang tak berkesudahan.

Amin.

9. Penutup

Yesus tidak sekadar bercerita tentang perjamuan;

Ia sedang mengundangmu secara pribadi hari ini.

Apakah engkau akan datang?

Ingatlah, setiap “ya” kecil yang kau ucapkan kepada Tuhan adalah langkah menuju sukacita kekal di Kerajaan Surga. (Sumber the katolik.com/kgg).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved