Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Katolik Rabu 12 November 2025, Kembali Sambil Memuliakan Allah
Mari simak renungan Katolik Rabu 12 November 2025. Tema renungan Katolik kembali sambil memuliakan Allah.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Mereka tinggal berdiri agak jauh, dan berteriak, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Yesus lalu memandang mereka dan berkata, "Pergilah dan perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam."
Dan sementara dalam perjalanan, mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus, dan mengucap syukur kepada-Nya.
Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, "Bukankah sepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini? Lalu Yesus berkata kepada orang itu, "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
“Kembali sambil memuliakan Allah”
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Salam sejahtera untuk kita semua. Pada hari ini, kita memperingati Santo Yosafat, seorang uskup dan martir dari Ritus Bizantium, yang dikenal karena usahanya untuk mempersatukan Gereja Katolik dengan Gereja Ortodoks. Tema "Kembali sambil memuliakan Allah" mengajak kita untuk merenungkan tentang syukur, iman, dan bagaimana kita merespons anugerah yang telah kita terima, serta bagaimana kita dapat menjadi agen persatuan dan rekonsiliasi di dunia ini, seperti yang diteladankan oleh Santo Yosafat.
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Dalam Kitab Kebijaksanaan (6:1-11), penulis sekali lagi mengingatkan para penguasa dunia untuk mencintai keadilan dan mencari Tuhan dengan hati yang tulus. Ia menekankan bahwa kekuasaan mereka berasal dari Tuhan dan bahwa mereka akan dihakimi dengan keras jika mereka tidak memerintah dengan adil dan bijaksana. Ia juga mengingatkan mereka bahwa hikmat lebih berharga daripada kekayaan dan kekuasaan, dan bahwa hanya dengan hikmat mereka dapat memerintah dengan benar dan berkenan kepada Allah. Kisah ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati harus didasarkan pada keadilan, kebijaksanaan, dan takut akan Tuhan. Dalam Injil Lukas 17:11-19, ketika Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem, Ia melewati perbatasan Samaria dan Galilea. Di situ datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan, mereka tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus bertanya: "Bukankah kesepuluh orang tadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang Samaria itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kisah ini menunjukkan bahwa iman yang sejati menghasilkan ucapan syukur dan bahwa orang-orang yang rendah hati dan terbuka untuk menerima kasih karunia Allah akan mengalami penyembuhan dan keselamatan.
Teladan Santo Yosafat: Santo Yosafat adalah contoh nyata dari seseorang yang menghidupi ajaran Yesus ini. Ia mengabdikan dirinya untuk mempersatukan Gereja Katolik dengan Gereja Ortodoks, yang telah terpisah selama berabad-abad. Ia menghadapi banyak tantangan dan penolakan, bahkan sampai mati sebagai martir karena imannya. Namun, ia tetap setia pada panggilannya dan terus-menerus berdoa dan bekerja untuk persatuan umat Kristen. Hidupnya adalah kesaksian tentang bagaimana kita dapat menjadi agen rekonsiliasi dan damai di dunia ini. Refleksi kita adalah tentang Kepemimpinan: Apakah kita memimpin dengan adil, bijaksana, dan takut akan Tuhan, seperti yang diharapkan dari para penguasa dalam Kitab Kebijaksanaan?Syukur: Apakah kita menghargai berkat-berkat yang telah kita terima dari Tuhan, seperti orang Samaria yang kembali untuk mengucap syukur? Apakah kita meluangkan waktu untuk memuliakan Allah atas kebaikan-Nya dalam hidup kita? Persatuan: Santo Yosafat mengabdikan hidupnya untuk mempersatukan Gereja. Bagaimana kita dapat berkontribusi pada persatuan dan rekonsiliasi dalam komunitas iman kita dan di dunia yang lebih luas?
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: hari ini, marilah kita merenungkan panggilan untuk hidup dalam keadilan, kasih, dan persatuan. Kedua, semoga kita diberi hikmat untuk mengenali kehendak Allah dalam hidup kita dan kekuatan untuk melaksanakannya. Ketiga, mari kita berdoa agar kita selalu terbuka untuk menerima kasih dan kebenaran-Nya, serta menjadi saksi yang hidup bagi-Nya di dunia ini, dengan meneladani Santo Yosafat dalam semangatnya untuk mempersatukan umat Kristen dan orang Samaria dalam ucapan syukurnya. (Sumber the katolik.com/kgg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Renungan Katolik Rabu 12 November 2025
Renungan Katolik Hari Rabu 12 November 2025
Tribun Flores.com
| Injil Katolik Hari Rabu 12 November 2025 dan Mazmur Tanggapan |
|
|---|
| Bacaan Liturgi Hari Ini Rabu 12 November 2025, Pekan XXXII Tahun C |
|
|---|
| Bacaan Injil Katolik Hari Ini Rabu 12 November 2025 dan Renungan Harian Katolik |
|
|---|
| Peringatan Santo dan Santa Pelindung Hari Ini Rabu 12 November 2025 |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 12 November 2025, Bersyukur Bukan Sekadar Kata |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/Br-Pio-Hayon-SVD.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.