Berita Labuan Bajo

Festival Pesta Kampung 2025 Hadir di Pantai Pede Labuan Bajo dengan Tema Hilir Mudik

Mereka berbicara dari bagiannya masing-masing seperti Riset dan Kuratirial, Aden Firman, Manajemen Finansial

TRIBUNFLORES.COM / PETRUS CHRISANTUS GONSALES
Festival Pesta Kampung Labuan Bajo, Manggarai Barat. 

"Saya basicnya memang ilmu akuntansi. Masuk ke komunitas saya berpikir saya bisa bantu apa ya. Akhirnya saya tahu, dalam suatu komunitas membutuhkan satu sama lain," ujar wanita berjilbab tersebut.

Kata dia, komunitas Videoge sendiri memiliki kedekatan sosial cukup sangat baik.

"Saya melihat anak-anak muda yang bergabung di Videoge sendiri, punya kedekatan sendiri dengan warga, seperti membangun sebuah ekosistem baru," kata Fika, nama sapaan Musfika Syam.

Ia menyampaikan, pada tahun 2023, Pesta Kampung dilaksakanan secara nekat atau modal nekat, berdasarkan kedekatan sosial kepada masyarakat.

"Termasuk warga pengisi acara, eo, vendor eo benar-benar modal kedekatan. Termasuk konsumsi kita libatkan warga. Warga yang mengelolah sendiri," ungkapnya.

Redra Ramadhan, pengelolah musik dan audio menyampaikan keterlibatannya ke Festival Pesta Kampung, dipicu kurangnya pelibatan musisi di berbagai ruang di Labuan Bajo.

"Banyak Festival di Labuan Bajo, tetapi musisi-musis lokal di sini itu tidak dilibatkan. Makanya Festival Kampung itu memberikan ruang di situ," ujar Redra.

Kata dia, termasuk Videoge yang memberikan ruang lain seperti kegiatan Malam Turo.

Beri Unggas selaku moderator menanggapi apa yang disampaikan Redra, bahwa selain musik ada juga salah satu metode pengarsipan, dimana dalam pesta kampung disebut Sineas Mikrodok.

Untuk mengetahui tentang Sineas Mikrodok, Devy Rosyi menerangkan, cara kerja Mikrodok yakni mengarsipkan festival dalam sebuah bentuk dokumenter.

"Jadi semoga ini juga menjadi wadah atau media lain untuk kita mengarsipkan proses-proses kita," ujar Devy, singkat.

Dirinya menyampaikan, baru mengenal komunitas Videoge di awal tahun dan baru bergabung.

"Sebagai orang baru, saya dipercayakan banyak hal, diberikan wadah, banyak teman-teman yang dijadikan kolaborator," tutur perempuan asal Jawa itu.

Sebelum diskusi ditutup, Aden Firman merangkum dalam sebuah bahasa sederhana yakni Pesta kampung ingin menjadi Festival itu dipandang tidak hanya momen, atau momentum, tetapi dapat dimaknai sebagai sebuah monumental.

"Kita selalu menghasilkan output saat ini baru berupa buku untuk diarsipkan. Sudah ada beberapa buku seperti resep warga, dan itu setiap tahun akan terus diperbaharui kedepannya berdasarkan pengalaman dari waktu ke waktu," ujarnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved