Prakiraan Cuaca

Masa Peralihan Musim, BMKG Imbau Waspada Hujan Lebat dan Karhutla di Awal Oktober

Selama sepekan ke depan, pertumbuhan awan hujan yang cukup signifikan berpotensi memicu cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/KRISTIN ADAL
PRAKIRAAN CUACA- Hujan lebat di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. BMKG mengimbau waspada potensi hujan lebat dan karhutla pada masa peralihan musim di awal Oktober 2025. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- BMKG menyebutkan awal Oktober, sebagian wilayah Indonesia mulai bertransisi dari musim kemarau menuju musim hujan, yang ditandai dengan meningkatnya curah hujan di berbagai daerah. 

Periode pancaroba ini, hujan umumnya terjadi pada sore hingga malam hari, yang umumnya didahului cuaca hangat dan terik di pagi hingga siang hari. Pemanasan dari sinar matahari pada permukaan bumi yang kuat, mampu memicu pertumbuhan awan konvektif, khususnya awan Cumulonimbus (Cb). 

Awan ini umumnya menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, berdurasi singkat, bersifat lokal, dan berpotensi disertai petir, angin kencang, bahkan hujan es. Dalam beberapa hari terakhir, BMKG mencatat curah hujan lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah, seperti Ternate, Maluku Utara (149,7 mm/hari), Manado, Sulawesi Utara (138,9 mm/hari), dan Poso, Sulawesi Tengah (59 mm/hari).

Selain faktor lokal, dinamika atmosfer skala global hingga regional turut mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia pada periode ini. Nilai Dipole Mode Index (DMI) yang bernilai negatif berkontribusi terhadap peningkatan pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Di samping itu, gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator juga memperkuat labilitas atmosfer, sehingga meningkatkan potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah Indonesia.

 

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca NTT 8-10 Oktober 2025: Sebagian Wilayah Potensi Hujan Sedang-Lebat

 

 

 

 

Sementara itu, berdasarkan peta sebaran titik panas (hotspot) tanggal 8 Oktober 2025, masih terdeteksi hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi di beberapa wilayah, terutama Kalimantan bagian tengah dan selatan (18 titik), serta Nusa Tenggara (8 titik). 

Titik panas juga terpantau di Jawa (2 titik) dan Maluku (1 titik). Kondisi ini menunjukkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih perlu diwaspadai, khususnya di wilayah dengan lahan kering dan vegetasi yang mudah terbakar.

Melihat potensi tersebut, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan kilat/petir yang dapat memicu banjir, genangan, maupun longsor dalam sepekan ke depan. 

Selain itu, masyarakat yang dekat dengan titik panas juga perlu mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebagai langkah antisipasi, pastikan saluran air tetap bersih, hindari pembakaran terbuka, dan pantau informasi cuaca resmi BMKG secara berkala sebelum beraktivitas.

 

Baca juga: Tim SAR Cari Nelayan Hilang saat Memancing di Sekitar Perairan Pelabuhan Pertamina Ende

 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved