Wisata Flores
Pelabuhan Marina Labuan Bajo, Persinggahan yang Menghidupkan Banyak Wajah
Dari pantauan Tribunflores.com, pagi di Desa Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai
Laporan siswa magang SMK Negeri 2 Ende, Fatima Sary Mahmud
TRIBUNFLORES.COM, LABUAN BAJO - Saat sinar jingga pertama menyentuh laut Flores pada Senin pagi, 8 Oktober 2025, Pelabuhan Marina Labuan Bajo perlahan terjaga. Bukan dengan gemuruh mesin besar atau teriakan keras, tetapi dengan alunan lembut kehidupan yang menyatu harmoni dengan alam.
Dari pantauan Tribunflores.com, pagi di Desa Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, bukan sekadar waktu pergantian hari.
Ia menjadi titik awal dari serangkaian cerita: perjumpaan budaya, geliat ekonomi masyarakat dan petualangan para wisatawan menuju gugusan pulau eksotis Taman Nasional Komodo.
Udara laut yang sejuk menghembus lembut ke wajah, membawa aroma asin yang khas. Bau solar sesekali ikut menumpang dari kapal-kapal yang memanaskan mesin tanda bahwa hari akan segera dimulai.
Baca juga: Turun dari Kapal Pesiar, Ratusan Wisatawan Asing Pesiar ke Objek Wisata Flores Timur
Di kejauhan, cahaya matahari muda memantul di permukaan laut, seperti pecahan kaca perak yang menari di antara lambung-lambung kapal pinisi, perahu nelayan dan kapal wisata.
Suara burung camar melengking di langit, berpadu dengan seruan pelaut yang sibuk mengatur tali tambat. Pagi di Pelabuhan Marina ibarat simfoni alam yang mengalun lembut, membangkitkan seluruh dermaga dari kantuk malamnya.
Lapak Terbuka, Harapan Kembali Dibentangkan
Di sisi dermaga, geliat kehidupan mulai tampak. Para pedagang kaki lima, sebagian besar warga lokal, membuka lapak sederhana mereka. Kain tenun Manggarai digantung di tiang-tiang kayu, gantungan kunci berbentuk komodo disusun rapi di atas tikar dan ukiran kayu kecil diletakkan dengan penuh harap di meja dagangan.
Seorang pedagang tua tampak khusyuk menata gelang manik-manik miliknya. Wajahnya tenang, namun sorot matanya menyiratkan kesiapan. "Belum ramai, tapi sebentar lagi kapal dari Bali mau sandar," katanya ramah, saat disapa seorang perempuan muda yang membawa keranjang berisi botol air mineral.
Wisatawan dan Pemandu: Cerita dari Banyak Bahasa
Di sisi lain, para pemandu wisata sudah bersiap. Berdiri di bawah payung besar, mereka memegang papan bertuliskan nama-nama paket tur: Komodo Adventure, Rinca Day Trip, Pink Beach Experience.
Dengan suara penuh semangat, mereka menawarkan pengalaman menjelajah pulau-pulau legendaris.
Suara mereka saling bersahutan, bercampur dalam bahasa Indonesia, Inggris, bahkan Spanyol menggambarkan Labuan Bajo sebagai titik temu dunia.
Seorang wisatawan asal Jepang tampak terpesona menatap laut biru yang terbentang luas. “So beautiful,” bisiknya pelan. Seorang pemandu lokal membalas dengan senyum bangga, “Yes, Mister. Labuan Bajo paradise from the edge of Flores.”
Ketika Pelabuhan Benar-Benar Hidup
Menjelang pukul sembilan, suasana Pelabuhan Marina mencapai puncaknya. Kapal-kapal wisata mulai meninggalkan dermaga satu per satu. Para penumpang melambaikan tangan ke arah darat, sementara yang tertinggal sibuk mengabadikan momen dengan latar belakang laut biru dan kapal kayu berwarna putih yang menjauh perlahan seperti lukisan hidup yang bergerak.
Namun, pelabuhan ini bukan hanya milik pelancong. Di sisi dermaga lainnya, para nelayan lokal menurunkan hasil tangkapan pagi mereka: cakalang, kerapu hingga sotong.
Suara tawa mereka terdengar dalam bahasa Manggarai, bersahabat dan riuh. Di antara keranjang ikan, seorang anak kecil berlarian, memungut cangkang yang berkilau di bawah cahaya pagi.
Dari sudut pelabuhan, aroma kopi hitam dan pisang goreng menyeruak dari warung kecil. Beberapa petugas pelabuhan duduk santai, menyeruput kopi sambil mendengarkan pengumuman melalui pengeras suara: “Kapal wisata Lalang departure at ten o’clock, please prepare for boarding.”
Dermaga yang Tak Pernah Sepi Cerita
Matahari mulai menggantung nyalang di langit, menyinari seluruh pelabuhan. Cahaya putihnya menyilaukan permukaan laut. Beberapa pedagang menutupi dagangan mereka dengan kain untuk berlindung dari panas yang menyengat. Namun denyut pelabuhan tak surut.
Wisatawan yang baru kembali dari tur tampak lelah namun puas dengan kulit terbakar matahari, senyum lebar, dan ponsel penuh foto.
Seorang penjual kelapa muda berteriak dari tepi jalan: “Kelapa muda! Dingin-dingin!” Suara itu langsung disambut gelak tawa dan langkah-langkah cepat para wisatawan.
Pelabuhan Marina Labuan Bajo bukan sekadar dermaga transit. Ia adalah tempat di mana kehidupan lokal dan global bertemu dalam satu ruang.
Di sini, wajah-wajah berbeda bersilangan: nelayan, pedagang kecil, pemandu wisata, turis dari berbagai belahan dunia, hingga anak-anak lokal yang bermain bebas tanpa batas.
Semua menyatu dalam satu pagi yang penuh warna membuktikan bahwa Pelabuhan Marina bukan hanya gerbang wisata, tetapi juga panggung kehidupan masyarakat pesisir yang terus bergerak, terus hidup, dan terus memberi cerita.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Veronika Jaina, Pejuang Kebersihan di Tengah Gemerlap Kota Wisata Labuan Bajo |
![]() |
---|
IAI dan Bajo Runners Gelar Apotekerun 2025 di Labuan Bajo |
![]() |
---|
Labuan Bajo dari Jalan Elang Darat, Sepotong Lukisan Pagi di Ujung Barat Flores |
![]() |
---|
Edukasi Warga, Bank Indonesia Laksanakan Program Jelajah Budaya Indonesia Bali Nusra di Labuan Bajo |
![]() |
---|
Kebakaran Kapal Pinisi di Labuan Bajo, DPRD Peringatkan Bisa Ganggu Kepercayaan Wisatawan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.