Berita Sikka

Festival Tana Ai Pesona Waiblama, Ruang Merawat Kearifan Lokal dan Promosi Wisata Kabupaten Sikka

Festival Tana Ai menjadi ruang bagi masyarakat untuk merawat warisan budaya sekaligus memperkenalkan potensi wisata daerah Kabupaten Sikka.

|
Penulis: Arnol Welianto | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO
FESTIVAL BUDAYA- Ataraksi tarian tradisional dalam Festival Budaya Tana Ai, Pesona Waiblama yang berlangsung di area Bendungan Napun Gete, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT, Senin 27 Oktober 2025. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Festival budaya Tana Ai Pesona Waiblama 2025 di Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, menjadi ruang bagi masyarakat untuk merawat kearifan lokal sekaligus memperkenalkan potensi wisata daerah. 

Pemerintah Kabupaten Sikka berencana memasukkan festival ini ke dalam kalender resmi event Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Sikka agar menjadi agenda tahunan berkelanjutan.

Festival yang digelar oleh Karang Taruna Kecamatan Waiblama ini dibuka oleh Wakil Bupati Sikka Simon Subandi Supriadi pada Senin (27/10/2025) di area Bendunga Napun Gete. Puncak acara berlangsung pada Selasa (28/10/2025) bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, mengusung tema “Merawat Warisan, Menyatuhkan Generasi.”

Pelaksanaan festival berlangsung meriah dengan berbagai pameran hasil karya masyarakat lokal, seperti tenun ikat, alat musik tradisional, dan perlengkapan adat. Pengunjung juga disuguhkan pertunjukan seni dan tarian tradisional dari berbagai desa di wilayah Tana Ai, serta pementasan musik dan ritual adat tradisional yang memperlihatkan kekayaan budaya masyarakat Waiblama.

 

Baca juga: Feronika Lewar Perkenalkan Kue Adat Bolo Pagar saat Festival Jelajah Maumere 2025

 

 

Salah satu penampilan yang menarik perhatian ialah teatrikal “Dua Toru”, yang dipentaskan sebagai bentuk penghormatan terhadap pahlawan perempuan Sikka. Dua Toru dikenal sebagai sosok perempuan pejuang Tana Ai yang berani dan gigih melawan penjajahan Belanda.

Ketua Panitia Festival Budaya Tana Ai Pesona Waiblama, Yohanes Fandi, mengatakan festival ini menjadi wadah pengetahuan agar masyarakat mengenang nilai ketangguhan sosok perempuan dari Tana Ai dalam sejarah perjuangan lokal dan nasional.

“Festival ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Waiblama dan sekitarnya untuk meneguhkan semangat persatuan, memperkuat identitas budaya, serta memperkenalkan Bendungan Waiblama sebagai destinasi wisata baru Kabupaten Sikka,” ujar Yohanes.

Menurut Yohanes, Bendungan Waiblama menjadi ikon wisata baru Kabupaten Sikka yang memiliki nilai budaya dan sosial tinggi, sekaligus menampilkan kekayaan seni dan tradisi Tana Ai, khususnya dari Kecamatan Waiblama.

 

Baca juga: Geliat Perempuan Pengrajin Periuk Tanah Desa Wolokoli di Sikka NTT Jaga Tradisi Tetap Lestari

 

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sikka Simon Subandi Supriadi menegaskan bahwa festival tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan sarana untuk merawat kearifan lokal. Ia menilai kegiatan semacam ini dapat memperkuat jati diri generasi muda agar mengenal dan bangga terhadap akar budayanya.

“Menguatkan jati diri generasi muda, agar mereka mengenal dan bangga dengan akar budayanya dan memperkuat elemen masyarakat di bumi Tana Ai, serta mempromosikan budaya ke dunia lebih luas,” ujarnya.

Simon juga mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja keras dan bergotong royong menyukseskan kegiatan kebudayaan tersebut. Ia berharap kegiatan itu tidak berhenti sebagai acara seremonial semata, melainkan menjadi event berkualitas yang berdampak nyata bagi masyarakat.

“Ini harus menjadi harus masuk di kelender resmi untuk masuk di Kabupaten, jadi dinas pariwisata tolong koordinasikan dan setiap tahun, tahun depan nanti intervensi sedikit anggaran untuk mereka, untuk dibuat menjadi iven tahunan,” ujarnya saat memberikan sambutan pada pembukaan Festival Budaya Tana Ai, Senin 27 Oktober 2025.

Selain itu, Simon juga menyoroti potensi Bendungan Napun Gete yang berada di wilayah tersebut. Menurutnya, bendungan itu merupakan surga tersembunyi yang belum banyak dimanfaatkan sebagai destinasi wisata.

“Bendungan Napun Gete merupakan surga yang tersembunyi, surga yang terlupakan, meski saat ini, Bendungan Napun Gete masih membendung air dan belum mengalirkan air,” katanya.

Ia menjelaskan, anggaran untuk mengalirkan air dari Bendungan Napun Gete sebesar Rp 300 miliar namun terdampak efisiensi anggaran.

“Tidak usah kuatir, sementara perjuangan di balai wilayah di provinsi, semoga tahun depan sudah mendapatkan jawabannya,” katanya.

Simon menambahkan, lokasi Bendungan Napun Gete bisa dijadikan tempat wisata untuk memancing dan olahraga dayung.

Ia pun mendorong dinas terkait untuk mulai memikirkan pembangunan lopo-lopo bagi pelaku UMKM di kawasan tersebut.

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved