Guru Aniaya Siswa SD di TTS
Tangis di Rumah Rafi, Bocah 10 Tahun Meninggal Akibat Dianiaya Guru SD Inpres One di TTS NTT
Sebelumnya, Rafi memilih diam dan tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang kejadian yang menimpanya.
“Saya rayu dia supaya tahan sedikit lagi, tapi dia bilang sudah tidak kuat dan mau tidur saja. Kami lalu berhenti di rumah warga untuk istirahat. Malam itu kami menginap di sana karena tidak ada mobil ke puskesmas, dan dari puskesmas juga bilang ambulans sedang dipakai pelayanan lain,” kenang Sarlisa.
Keesokan paginya, Kamis 2 Oktober 2025, mereka berjalan kaki pulang ke rumah sejauh sekitar satu kilometer. Dalam perjalanan pulang, Rafi tampak tenang, namun setibanya di rumah, ia kembali mengeluh sakit hebat di kepala dan mulai berteriak-teriak ketakutan.
“Dia sempat bilang takut, terus teriak kesakitan. Kami tidak tahu harus buat apa lagi. Tidak lama kemudian, sekitar pukul enam sore, dia mengembuskan napas terakhirnya,” tutur Sarlisa lirih.
Rafi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Sehari-hari, ia dikenal sebagai anak pendiam dan penurut.
Rumah tempat ia tinggal bersama bainya adalah bangunan sederhana dari bebak dan papan, dengan sebagian dinding bawah disemen permanen.
Atap seng yang sudah berkarat tampak menambah kesan rumah lama dan sederhana itu.
Di depan rumah terdapat teras kecil dengan tiang-tiang kayu penyangga. Tanah di sekitar halaman tampak kering dan berdebu, khas wilayah pedesaan di musim panas.
Beberapa tanaman hias tertata di depan rumah, memberi sedikit warna di tengah suasana duka mendalam yang menyelimuti keluarga.
Kini, rumah itu menjadi saksi bisu kehilangan besar bagi keluarga Toh. Raut wajah nenek dan kakek Rafi juga masih menunjukan ekspresi duka mereka mengenang cucu kesayangan yang telah pergi untuk selamanya akibat tindakan yang tidak manusiawi.
Keluarga mengaku sangat menyesal tidak segera membawa Rafi ke rumah sakit.
“Kami tidak sangka lukanya seberat itu. Kami cuma pikir nanti juga sembuh sendiri. Tapi Tuhan berkehendak lain,” ujar Sarlisa.
Keluarga kini hanya berharap agar kasus itu bisa diusut tuntas oleh pihak berwenang, dan pelaku mendapat hukuman setimpal.
“Kami tidak mau ada anak lain yang alami hal sama. Cukup sudah Rafi. Kami cuma minta keadilan untuk dia,” tegas Sarlisa.
Kasus dugaan penganiayaan yang berujung kematian terhadap Rafi To kini menjadi perhatian luas masyarakat Timor Tengah Selatan. Banyak pihak mengecam keras tindakan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah sebagau tempat yang seharusnya menjadi ruang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk tumbuh dan belajar. (ito).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google New
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/KORBAN-PENGANIAYAAN-Keluarga-korban-penganiayaan-hingga-meninggal.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.