Berita Sikka

Misionaris Lembata di Paraguay; Harga Telur, Ide Imam Jerman Hadirkan Koperasi

Karya misionaris Lembata di negara Paraguay bukan semata urusan iman umat,mereka juga terlibat mengurus pendidikan,ekonomi dan karya sosial lainnya.

Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
DOKUMENTASI PATER KORNELIS
Misionaris SVD asal Lembata,Pater Kornelis Boli Udjan bersama pimpinan SVD Paraguay. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE-Kembali dari Paraguay 1997 ke Tanah Flores,  Pater Kornelis Boli Udjan melanjutkan studi theologia di STFK Ledalero, Kabupaten Sikka. Dua tahun kemudian,28 Juli 1999 imamat tahbisan diterimanya. 

Tak berlama-lama  berada di tanah air, Pater Kornelis memulai lagi persiapan ke tanah misi. Bersama Bruder Lambert, di bulan Februari tahun yubileum (tahun 2000) keduanya terbang Roma.

“Kami manfaatkan juga jalan-jalan di Roma di tahun Yubileum itu,”kisah Pater Kornelis,kepada TribunFlores.com, Kamis 20 Januari 2022.

Tanggal 1 April 2000, Pater Kornelis Boli Udjan, SVD tiba kembali di Kota Asuncion, ibukota Paraguay. Saat ini dia kembali ke Indonesia menjalani masa cutinya, sekalian napak tilas kembali perjalanan awal misinya.

Pater Kornelis, bukan misionaris asal Indonesia pertama yang menjalani pengabdian di salah atu negara di Benua Amerika bagian selatan. Sebelum ia datang, sudah ada Pater Marthin Bisu,SVD. Rohaniawan asal Riung, Kabupaten Ngada,Pulau Flores tercatat sebagai misionaris SVD pertama asal Indonesia.

Baca juga: Misionaris Lembata di Paraguay; Undangan Makan Siang Keluarga Cardoso Bikin Betah Pater Kornelis

“Setelah dia,saya dengan teman frater dari Timor Leste, Jaime Gomez Fareira, SVD. Kami dua punya sejarah yang hampir sama,”kenang Pater Kornelis.

Ada juga Pater Robert Bala. Ia pernah diutus studi di Salamanca Spanyol,  namun setelah studi dan kembali ke Indonesia, dia memutuskan pilihan yang lain. Pater Kornelis menjadi misionaris SVD ketiga asal Indonesia yang bekerja di Paraguay.

Pernah kursus Bahasa Spanyol ketika menjalani OTP tahun 2016 di Paraguay, Pater Kornelis harus  mengikuti kursus penyegaran Bahasa Spanyol, selain Bahasa  Guarani, bahasa resmi di Paraguay. Sering berganti tutor memberikan kursus dan selalu memulai lagi dari permulaan, Pater Kornelis tak betah mengikuti kursus. Mulai bulan Mei 2000 sampai Januari 2021, dia memilih menjalani karya pastoral  menjadi pastor pembantu di Paroki San Lucas-Ciudad del Este-Alto Paraná- Paraguay, terletak di selatan berbatasan dengan Brasil.

Mutasi dari satu paroki ke paroki yang lain memperkaya pengalaman bermisi di Paraguay.

Tahun 2001-2003 menjadi Pastor Pembantu Paroki Espíritu Santo Hohenau dan mengajar pada Colegio San Blas,Obligado-Itapua, Paraguay. Bertugas di paroki ini, Pater Kornelis mengembang tugas tambahan mengajar di lembaga pendidikan non formal untuk kaum dewasa yang telah berkeluaga dan putus sekolah.

Wilayah ini berbatasan langsung dengan Brasil. Kebanyakan umat berprofesi petani. Komunikasi berlaku dua bahasa, Spanyol dan Portugis.

“Modelnya macam pendidikan paket (A,B dan C) di Indonesia,” katanya.

Tahun  2004 sampai Juli 2005, Pater Kornelis mengembang tugas  lain lagi sebagai Pastor Pembantu Paroki Doce Apostoles,Mbaracayú, Alto Paraná.  Bulan Agustus-Desember 2005 Pastor Pembantu Paroki San Juan Bautista Verbo Divino,Asunción.

Tahun 2006-2011 memimpin umat Paroki San Juan Bautista Verbo Divino- Asunción. Tahun 2007-2011 menjabat Pastor Deken Dekenat V Keuskupan Agung Asunción.

Tahun 2013-2015  menjadi Pastor Pembantu Paroki Divino Pastor-Mostoles – Madrid. Tahun 2016-2017 menjabat pastor Pembantu Paroki Nuestra Señora de Butarque, Leganes, Madrid di Spanyol. Saat inilah, Pater Kornelis menjalani studi kitab suci di Spanyol.

Mengabdi di tanah misi, tak hanya gereja dan umat yang diurus. Urusan sosial, ekonomi dan pendidikan tak luput. Sebab, tidak mungkin seorang imam bisa mewartakan sabdi Tuhan kepada umat perut lapar. Ketika umat sedang lapar, mustahil mereka mendengarkankan dengan baik warta Sabda Tuhan.

Kongregasi SVD telah lama bermisi di Paraguay,sejak masa hidup Arnoldus Yansen (Santo) sang pendiri.

Karya yang diwariskan sampai saat ini yakni terbentuknya koperasi diprakarasai  pendirianya oleh seorang imam asal Jerman dengan empat imgran asal Jerman.

Kepada para imigran ini, sang pendiri mengatakan,“supaya kamu bisa jual kamu punya telur ayam dengan harga yang baik dan produksinya juga baik, harus dibuat koperasi,”Pater Kornelis mengingat kalimat pastor Jerman ini.

Ucapannya itu selalu diulang pada setiap perayaan ulang tahun koperasi yang kini menjadi salah satu koperasi besar,terkenal dan modern di Paraguay.

“SVD menginisiasi koperasi ini. Tahun lalu mereka memberi penghargaan kepada  SVD,” ucap Pater Kornelis.

Semua usahanya dilakukan secara profesional. Mempekerjakan kaum profesional, mengelola koperasi menjadi besar dan kuat.

Disektor pertanian modern, kata Pater Kornelis, koperasi membantu anggota   mulai penyiapan bibit kacang kedelai, pendamping petani sampai produk oleh asisten teknis. Bidang perternakan, produki susu sapi. Usaha simpan pinjam, asuransi kesehatan anggota, perdagangan dan eksport.

Kehidupan umat dan koperasi yang maju didukung etos kerja umat. Penduduk Paraguay selain Bangsa Spanyol dan Guarani, kebanyaan juga imigran  asal Eropa, Italia, dan Jepang dari Benua Asia. Mereka telah datang ratusan tahun lalu membawa budaya mereka. Jepang mewarisi disiplin dan kerja keras.

“Di sana, hampir tidak ada orang yang tidak punya kerja. Kurang sekali pencurian. Kalau ada pencurian, pelakunya akan datang dari luar,”kisah Pater Kornelis.

“Saya punya pagar rumah pendek saja. Kita lupa barang apapun di luar rumah, tidak diambil orang. Karena semua orang punya kerja.”

Di sekolah yang dikelola Pater Kornelis,sekitar 7 persen siswa keturu nan Jepang  dari total 1000 siswa. Hal membedakan siswa turunan Jepang dan warga lainnya adalah displin tinggi dan serius kerja.

“Para siswi di  sana, mereka kerja rapih, hurufnya bagus, tanggungjawab. Pekerjaan rumah dikerjakan semua,” beber Pater Kornelis.

Pater Kornel menerapkan metode mengajar yang agak berbeda dari pengajar kebanyakan. Mungkin belum ada di Indonesia.

“Saya punya sistim mengajar di sana. Saya bilang, kamu catat apa yang kamu tangkap ketika saya ajar. Saya tidak buat ujian akhir,tapi saya kumpulkan catatan saja. Saya periksa catatan saja. Dari sana saya bisa tahu, oh ternyata mereka tangkap ajaran saya. Ini menjadi penilaian akhir.Tidak ada ujian akhir,” Pater Kornelis membeberkannya. (bersambung)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved