Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Katolik Hari Ini, Tidak Ada Pohon Baik yang Mengeluarkan Buah yang Tidak Baik
Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
Oleh: Pater Fredy Jehadin, SVD
TRIBUNFLORES.COM - Berikut ini adalah renungan Katolik hari ini, pekan biasa ke VIII, Minggu 27 Februari 2022.
Bacaan pertama, Sirakh 27: 4 - 7 Bacaan kedua,1 Korintus 15: 54 - 58
Injil Lukas: 6: 39 - 45
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat?
Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Orang-orang Seperti Itulah yang Empunya Kerajaan Allah
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.
" "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik.
Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Terpujilah Kristus
Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Apa yang Dipersatukan Allah, Janganlah Diceraikan oleh Manusia
SIRAMAN ROHANI
Tema: Tidak Ada Pohon Baik Yang Mengeluarkan Buah Yang Tidak Baik
Markus 10: 13 – 16
Saudara-saudari… Banyak orang katakan bahwa zaman kita sekarang adalah zaman digital, zaman instant. Dunia kita semakin kecil. Kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja entah dekat atau jauh, yang penting nomornya ada dalam cellphone kita.
Informasi yang terjadi di belahan bumi yang lain bisa diketahui dengan cepat lewat social media. Kalau kita mau belajar ilmu baru tanpa guru, kita bisa carinya lewat google. Di sana kita bisa temukan apa saja yang mau kita pelajari.
Kemajuan teknologi pasti membawa dampak akan kehidupan kita, entah dampak positip maupun negatip. Sadar akan dampaknya, maka sangat perlu sekali adanya pendampingan yang bertanggungjawab.
Pendamping/orangtua harus mengarahkan anak didiknya agar dia bisa belajar apa yang benar dan baik sesuai ajaran moral dan bermanfaat bagi perkembangan kepribadiannya.
Saudara-saudari, tidak jarang kita mendengar banyak keluhan, entah dalam keluarga maupun dalam Gereja kita. Ada beberapa umat mengeluh tentang pastornya. Ada yang mengeluh karena pastornya tidak disiplin, kurang gaul, manja, emosional, dan sebagainya.
Pendeknya, pastor yang ada sekarang tidak sesuai kriteria yang diharapkan umat.
Dalam sebuah kegiatan kursus pastoral, seorang pastor bertanya kepada beberapa utusan umat dari berbagai paroki: “Apakah mendidik anak zaman sekarang gampang atau susah?” Dengan spontan para peserta menyahut, “Sangat susah, Romo.” Pertanyaan yang yang sama diulang beberapa kali, dan mereka tetap menjawab yang sama: “sangat susah.” Lalu, Pastor itu mengatakan: “Dari antara anak-anak yang sangat susah bapa-ibu didik di rumah, dari situlah muncul calon-calon imam yang akan melayani Gereja kita.” Kata-kata ini membuat para peserta terhenyak, diam.
Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Pemberian yang Tulus dan Penuh Kasih Selalu Diperhitungkan Tuhan
Setelah jedah sebentar, lalu Pastor itu melanjutkan, barangkali sekarang bapa ibu bisa membayangkan bagaimana sulitnya para formator di seminari mendampingi dan membentuk anak-anak yang sangat tidak mudah bapak ibu didik, meski sudah bersama mereka sejak kecil.
Kalau dari rumah anak-anak sudah terbiasa dengan doa dan kedisiplinan, maka tidak akan ada banyak kesulitan di seminari.
Namun, bila di rumah tidak terbiasa disiplin, maka akan sangat sulit juga untuk membiasakan diri di seminari. Sekarang, kita menuntut imam yang disiplin, imam yang matang secara intelektual, emostional dan rohani, sementara keluarga tidak menyediakan bibit yang baik.
Saudara-saudariku, barangkali itulah inti pesan Yesus dalam Injil hari ini, di mana Yesus berkata: “Tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik”, maksudnya kalau dalam keluarga, orangtua selalu berdoa dan selalu mengajak anak-anak berdoa bersama, maka nilai rohani itu pasti akan dikembangkannya ke mana saja anak itu pergi.
Atau pada hari minggu, kalau orangtua selalu rajin ke Gereja, pasti kebiasaan baik ini akan diteruskan oleh anak-anaknya. Demikian pun dengan kedisiplinan dan kejujuran. Apa yang ditanamkan pada anak-anak dalam usia dini dengan penuh tanggungjawab, maka pasti anak akan meneruskannya.
Yesus juga mengajak kita supaya jangan cepat-cepat menghakimi. Lihat dulu ke dalam diri kita, jangan-jangan apa yang kita kritikan pada orang lain, akan kembali ke diri sendiri.
Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Kepadamu akan Kuberikan Kunci Kerajaan Surga
Karena itu Yesus berkata: Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui”
Marilah saudara-saudariku, tumbuh-kembangkanlah benih-benih kebaikan dalam diri kita lewat kata dan perbuatan, dan doronglah anak-anak kita untuk mengikuti dan mempelajarinya agar mereka pun pelan-pelan mengikutinya.
Apa yang selalu diikuti dan dilihat setiap hari pelan-pelan akan menyerap masuk dan berkembang menjadi kebiasaan dan menjadi bagian dari diri sendiri. Dan dampaknya bukan saja bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Dampingilah anak-anak dan tuntunlah dia dalam memilih apa yang benar dan baik agar apa yang dipelajari lewat dunia maya akan membawa dampak yang positip bagi kehidupannya.
Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita.